Rabu, 07 Oktober 2020

Day 24; Melepaskan

0 komentar
Hari keduapuluh empat #30DaysWritingChallenge, tema tulisan hari ini adalah “a lesson you’ve learned.” 

Sebenarnya di tengah pandemi gini, banyak banget pelajaran yang bisa dijadikan pelajaran seperti sabar, ikhlas, bertahan, berjuang dan melepaskan. Dari semua itu, yang terakhir adalah “kelas” yang baru saja selesai saya ambil.

Bagaimana ternyata melepaskan tidak pernah semudah yang dikatakan orang. Bagaimana ternyata melepaskan juga tidak pernah sesulit yang saya bayangkan. Bagaimana ternyata melepaskan bisa jadi satu penyebab luka dan trauma. Bagaimana ternyata melepaskan bisa jadi satu cara menyambut kebahagiaan lainnya. 

Bagaimana ternyata melepaskan adalah cara orang lain untuk mengalah. Bagaimana ternyata melepaskan membuat saya terlihat kalah. Bagaimana ternyata melepaskan membuat saya menangis terisak. Bagaimana ternyata melepaskan membuat beberapa orang bersorak bahagia. 

Bingung ya?
Bagi saya, melepaskan bukan tentang merelakan tapi juga cara saya mengatasi keterpaksaan.

Selasa, 06 Oktober 2020

Day 23; A Letter to You

0 komentar

Hai!

Apa kabar? Semoga kamu selalu dalam keadaan baik, sehat dan bahagia ya. Setiap hari sih saya doain kamu supaya selalu dilindungi Tuhan, selalu sehat, dan selalu bahagia. Saya sih yakin Tuhan menjaga kamu dimanapun kamu berada. Saya bingung sebenarnya mau nulis apa, secara Tuhan masih belum ngenalin kamu ke saya. Kalau gitu, saya cerita aja ya? Siapa tau kamu baca, ya kalau pun kamu gak baca saya bisa nunjukin ini ke kamu kalau Tuhan akhirnya ngenalin kamu ke saya.

Hari ini, 06 Oktober 2020, hari keduapuluh tiga saya ikutan #30DaysWritingChallenge sembari mengisi PSBB full kedua, tema hari ini "A Letter to Someone, Anyone." dan tiba-tiba saya kepikiran mau nulis surat buat kamu aja meski saya gak tau apakah ternyata kamu baca di hari yang sama saat tulisan ini saya terbitkan, atau baru saya tunjukin ke kamu beberapa bulan kemudian atau bahkan kamu gak pernah tau kalau tulisan ini ada karena waktu saya atau kamu sudah terlebih dulu habis. Saya sih tetap berharap Tuhan memperkenalkan kita sebelum waktu kita habis.

Hmmm... Saya bingung nih mau cerita dari mana, sama seperti pertemuan kita pertama nanti, mungkin saya akan lebih banyak mengamati meski bisa juga kamu akan capek denger saya ngomong karena ternyata kamu bisa langsung bikin saya nyaman untuk bercerita. 

Saat ini, kamu penasaran gak sih siapa saya? Soalnya saya penasaran kamu kira-kira siapa ya? Satu yang saya yakini, kamu adalah pilihan terbaik yang Tuhan ijinkan masuk menjadi bagian hidup saya. Semoga kamu juga menganggap saya adalah pilihan terbaik dari Tuhan ya. Meski saat ini saya punya banyak banget kekurangan, tapi saya pastikan kelak kita bisa saling menyempurnakan ya. 

Saat nulis tulisan ini, kebetulan hujan lagi turun dan playlist saya secara acak memainkan lagu Marry Your Daughter - Brian McKnight Jr. Seperti lirik lagunya, kelak kamu gak perlu nervous saat ketemu Ayah saya, beliau galak sih tapi sama saya doang, beliau pasti ada di pihak yang sama dengan kamu. Jadi, tenang aja. Ibu saya juga pasti sayang banget sama kamu, secara kayaknya yang lebih menantikan kehadiran kamu itu beliau dibanding saya.

Akhir-akhir ini, saya lagi banyak belajar. Belajar mengontrol emosi saya. Belajar merespon segala sesuatu yang terjadi di hidup saya. Saya juga masih berusaha belajar untuk terus menyayangi dan membahagiakan diri saya, agar kelak ketika Tuhan kenalin saya ke kamu, saya punya cukup kasih dan kebahagiaan yang bisa saya bagi ke kamu. Karena sejatinya, buat saya, kelak ketika saya hidup bersama kamu, saya bukan hanya mencari kebahagiaan tapi juga berbagi kebahagiaan.

Kamu lagi sibuk apa akhir-akhir ini? Saya lagi sibuk bolak-balik dapur mini saya, bereksperiman dengan bahan-bahan yang ada tentunya dengan contekan resep yang ada di online. Saya sedang menemukan kebahagian saya dari dapur, ternyata menyenangkan ya ketika hasil tangan saya disantap habis tak bersisa meski kadang ada aja anehnya hehe semoga ketika kelak sama kamu, saya udah lebih pro ya jadinya kamu gak perlu ngeliat bentuk churros saya yang abstrak atau makan sayur sop saya yang keasinan. 

Cerita saya sampai sini dulu ya. Sisanya saya ceritain langsung aja nanti saat Tuhan udah ijinkan kita bersama. Baik-baik ya. Jaga kesehatan. Semangat kerjanya!

Sampai jumpa diwaktu yang tepat. 

Salam,

Lila.

Senin, 05 Oktober 2020

Day 22; Yang Begitu Pasti

0 komentar

Sebenarnya tulisan untuk hari ini sudah saya buat dan bahkan sudah saya terbitkan. Tapi saat saya pulang menuju rumah, saya tiba-tiba terbesit satu pertanyaan untuk diri saya sendiri “Kenapa saya begitu semangat memperbaiki diri untuk menemukan belahan hati, jika nyatanya ada yang lebih pasti menghampiri yaitu mati?”

Sebelumnya saya mau kasih tau, saya gak hanya nulis tulisan ini untuk #30DaysWritingChallenge tapi juga semoga selalu menjadi salah satu pengingat untuk saya bahwa tidak ada yang lebih pasti dari kematian.

Kalau saya ingat-ingat, Tuhan pernah menegur saya, membuat saya begitu takut akan mati. Saat itu saya bahkan takut jika saya tidur saya gak akan bisa bangun lagi yang membuat saya berhari-hari tetap terjaga. Saat itu perjalanan menuju dan dari kantor selalu penuh cemas, bahkan mendengar suara deru motor mendekat saja bikin saya lemas karena saya takut tertabrak lalu mati. 

Lalu kenapa sekarang saya begitu percaya diri, bahwa yang akan lebih dulu menghampiri adalah belahan hati? Bukan mati? Di saat saya bahkan tidak tau apakah setelah menerbitkan tulisan ini, saya masih punya kesempatan untuk kembali berjumpa dengan pagi? 

Bodoh banget ya saya.

Semoga Tuhan gak hanya kasih saya kesempatan meninjau ulang kembali alasan saya memperbaiki diri. Tapi semoga Tuhan masih kasih saya kesempatan untuk benar-benar mempersiapkan diri jika kelak kematian datang menghampiri.


Day 22; Raka

0 komentar
Sejak terakhir kali aku mengetahui bahwa Raka mengirimiku pesan, Raka ternyata masih terus mengirimi pesan-pesan bermakna sama, aku pun nyatanya menjadi rutin masuk ke dalam media sosialku dan membaca pesan-pesannya. Responku pun masih sama; tanpa respon. 

Sampai pada hari ini, hatiku terasa sedikit sakit saat membaca pesan yang ia kirim hari ini. Aku terdiam cukup lama, membaca berulang kali pesan darinya, yang mungkin sebenarnya pesan yang kunantikan meski semestinya bukan pesan yang seharusnya aku ketahui di saat aku sudah berusaha sekuat hati kembali berdiri.

Raka
Sa, aku masih sayang kamu.

Berulang kali aku yakini hati untuk tidak larut hanya karena satu kalimat yang ia kirimkan. Otakku berusaha sekeras mungkin berkata “Kalaupun dia sayang sama kamu, kamu yakin dia bisa sama kamu?” berharap hatiku mendengarnya. Namun sepertinya, hatiku sudah kembali berlari menujunya. Hari ini akhirnya aku balas pesan darinya.

Me 
Aku harus gimana, Ka?

Raka
Gak perlu gimana-gimana, Sa.
Syukurlah kalau kamu udah bisa lupain aku.
Kamu baca chat aku aja ya, Sa.
Baik-baik ya.

Me
Ka, kamu tau? Sesungguhnya aku juga masih merasakan hal yang sama. Sesungguhnya aku benar-benar bertanya, aku harus bagaimana? Karena aku benar-benar tidak tau apa yang harus aku lakukan. Ka, andai jawabanmu adalah “Kamu mau menunggu aku sebentar? Biar aku cari cara untuk menyelesaikan semuanya terlebih dahulu.” Mungkin aku akan menjawab iya tanpa ragu. Tapi, nyatanya kamu tetap menjadi dirimu yang tak pernah benar-benar menggenggam hatiku.

Aku membaca berulang-ulang pesan yang telah aku ketik untuknya. Yang akhirnya kuputuskan untuk kuhapus kembali dan mengetik pesan yang baru...

Me
Terima kasih, Ka.

Sudahlah, Sa. Mari lepaskan yang tak pernah menggenggammu. Pesanku untuk diriku sendiri.

Ditulis untuk #30DaysWritingChallenge hari keduapuluh dua dengan tema Write About Today.

Minggu, 04 Oktober 2020

Day 21; Cinta

0 komentar
Hai, perkenalkan aku Mita. Hari ini aku mengambil alih blog ini untuk bercerita, tentang Zaki seseorang yang pernah begitu istimewa di hatiku.

Zaki, seseorang yang tiba-tiba saja hadir di hidupku. Seseorang yang sedari awal sudah menyita perhatianku. Seseorang yang sedari awal sudah ku ijinkan masuk dalam hidupku.  Seseorang yang begitu aku inginkan. Seseorang yang begitu sempurna dan tanpa celah di mataku. Seseorang yang aku kira adalah akhir dari segala pencarianku.

Zaki, seseorang yang membuatku memberikan penuh cintaku padanya tanpa menyisakan cinta untuk diriku sendiri. Seseorang yang berkali-kali aku bawa ke depan Tuhanku, untuk memintanya sebagai pendamping hidupku. Meski setelahnya, tidak adalah jawaban yang selalu Tuhan berikan. Rasanya kala itu, aku menyesal menanyakannya pada Tuhan karna bukan tidak jawaban yang aku inginkan. Iya aku tau, aku bodoh karena menentang jawaban Tuhanku. 

Aku masih berusaha mengubah jawaban Tuhan, berharap Zaki pun berusaha sebesar yang aku usahakan. Namun nyatanya semua terasa semakin sulit; Zaki berubah, menghilang hingga meninggalkanku seorang diri. Kecewa berjuta, terluka di semua sisi, hanya itu yang aku rasakan sampai akhirnya aku merasa tidak ada lagi yang bisa aku lakukan selain menerima. Aku pun memilih menyerah dan menerima jawaban yang Tuhan berikan.

Memang benar rupanya, semakin kamu berharap pada makhluk, semakin besar kecewa dan sakit yang kamu rasakan. Perlahan, kini aku paham, alasan di balik jawaban tidak yang Tuhan berikan, Tuhan seakan berkata;

Tidak, karena cinta untuk-Ku tak sebesar cintamu padanya.
Tidak, karena cintamu tidak melibatkan-Ku di dalamnya.
Tidak, karena kelak ada cinta yang begitu hebat untukmu dari seseorang yang begitu mencintai-Ku.

Ditulis untuk #30DaysWritingChallenge hari keduapuluh satu dengan tema; Love.

Sabtu, 03 Oktober 2020

Day 20; My Celebrity Crush

0 komentar

Kalau kalian sudah kenal saya dari sepuluh tahun lalu, pasti kalian tau banget siapa My Celebrity Crush yang akan saya bicarakan hari ini. Saya sebenarnya sudah lama gak terlalu mengikuti dia lagi, kayaknya sejak dua tahun lalu, cuma satu kali saya nonton konsernya dia. Saya juga sudah kurang mengikuti project dan kegiatannya, paling hanya dari updatean teman-teman yang juga ngefans sama dia aja. Kayaknya karna saya lagi nemuin hal menarik lainnya, meski kalau ditanya “mau nonton konsernya lagi gak?” saya bakal tetap jawab mau—kalau ada rejekinya 😁

Jadi, siapa dia?

Namanya Jung Yong Hwa, vocalist, guitarist, rapper dari satu BAND—band lho ya yang pakai alat musik—Korea bernama CNBLUE. Saya tau dia awalnya dari Drama Korea yang ia bintangi—iya, dia actor juga. Meski di drama itu dia hanya Second Lead tapi kok saya kepincut ya? Yang ternyata jadinya malah keterusan :)))

Kalau kalo tau gimana saya ngefans sama dia, mungkin bakal bikin geleng-geleng kepala. Gaji saya saat pertama kali kerja, saya belikan tiket konsernya di Jakarta (2011) yang ternyata berujung batal dan uang saya gak kembali bahkan sampai hari ini 😆 dan setelahnya gak usah ditanya. 

Tapi kalau kalian pikir karena ngefans sama dia saya cuma hura-hura, kalian salah. Karena ngefans sama dia, saya jadi lebih rajin kuliah biar bisa cepat lulus, kerja terus sampai akhirnya saya (dan dua teman saya) bisa mendirikan @jalaninajadulu_tour dan bertahan selama tiga tahun sebelum akhirnya pandemi dan kami gak lagi beroperasi. Selain itu, saya juga jadi banyak punya kenalan yang awalnya kenal karena sama-sama ngefans malah bisa jadi rekan bisnis, koneksi saya untuk pekerjaan dan hal-hal positif lainnya.

Meski sekarang saya kurang mengikuti dan gak sengefans dulu, tapi kayaknya kalau ada yang tanya siapa sih artis yang lo suka? Saya bakal tetap jawab Jung Yong Hwa. 😄 Ditulis untuk #30DaysWritingChallenge hari ke duapuluh dengan tema Your Celebrity Crush.

Jumat, 02 Oktober 2020

Day 19; My First Love

0 komentar
Seperti sabtu-sabtu sebelumnya, aku sudah berada di kelas pada pukul tujuh. Namun hari ini bukan karena aku tidak ingin terlambat masuk ke kelas, sesungguhnya kelasku libur pagi ini. Tapi ada satu hal yang membuatku rela bangun pagi, menempuh puluhan kilo untuk menuju kampus di akhir pekan; Sinta. 

Iya, entah kenapa ia membuatku menantikan datangnya sabtu. Aku sudah bertekad untuk meminta kontaknya hari ini. Kalian tau? Sinta adalah orang pertama yang membuatku jatuh hati di usiaku yang sudah duapuluh ini. 

Tak lama, ku dengar suara kaki di lorong lantai empat ini. Itu seharusnya Sinta, dugaku. Siapa lagi yang serajin kami sudah tiba di kampus sepagi ini di akhir pekan? Dan dugaanku benar, langkah kaki itu Sinta.

"Hai!" Sapanya pelan sambil mengintip ke dalam kelas.

"Tumben banget lo." Yang berusaha untuk tidak terlihat canggung.

"Nanti kalau gue ngagetin, lo ngomong lagi ngagetin terus aja Sin, gitu." Balasnya seraya masuk ke dalam kelasku dan duduk di dua kursi sebelahku.

"Mana Death Note gue?" 

"Orang tuh nanyanya, gimana udah selesai bacanya? Bisa gak bacanya? Ngerti kan ceritanya? Gitu lho. Galak banget lo ya." Jawabnya sambil membuka tasnya dan mengembalikan Death Noteku.

"Gimana udah selesai bacanya? Bisa gak bacanya? Ngerti kan ceritanya?" Tanyaku menyalin perkataannya yang ia balas dengan tatapan sinis yang sesungguhnya menggemaskan.

"Gak bisa gue bacanya hahahahaha pusing ah, Dim." 

"Apanya sih Sin yang dipusingin? Kan cuma dibaca aja ngikutin alur percakapannya aja." Tanyaku yang beneran bingung.

"Iya tapi pusing. Dim, udah sarapan? Tadi gue beli roti sobek sama kopi nih. Lo kan suka kopi." Jawabnya sambil menawariku roti sobek dan kopi yang ia beli.

Aku bingung darimana ia tau aku suka kopi? "Tau dari mana gue suka kopi?" 

"Nebak aja. Masa cowok gak suka kopi sih." 

"Thanks ya. Lo kelas sampai jam berapa hari ini?" Tanyaku seraya menerima roti dan kopi yang Sinta belikan.

"Di lantai empat sih sampai jam 11. Habis itu pindah ke lantai satu sampai jam 2. Lo sampai jam berapa?" 

"Kelas pagi gue libur. Nanti ada lagi jam 1 sampai jam 4 di lantai dua." 

"Heh? Terus lo ngapain berangkat pagi? Terus nunggu di sini?" Tanyanya sambil membelalakan matanya.

"Makan roti sama minum kopi dari lo......" Belum selesai aku berbicara, Sinta sudah tersedak roti yang ia makan.

"Pelan-pelan, Sin. Minum minum." Ucapku yang bingung kenapa ia bisa tiba-tiba tersedak.

Setelahnya Sinta lebih memilih memakan rotinya dengan diam. Aku pun bingung harus mencari bahasan obrolan apa lagi. Aku sungguh bukan tipe orang yang mudah mengobrol santai dengan orang yang baru kukenal. Aku memilih membuka media sosialku sambil berharap Sinta membuka obrolan. 

"Dim, bolos aja yuk." Ucap Sinta tiba-tiba yang membuatku kaget. Sepertinya memang hobi Sinta adalah membuat orang-orang di sekitarnya kaget. 

"Bolos semua kelas hari ini? Ngapain?" Tanyaku bingung tapi sebenarnya bolos dan menghabiskan akhir pekan bersamanya menarik juga, untungnya absenku pada kelas selanjutnya masih tersisa dua, jadi seharusnya tidak masalah.

"Ke Bogor, makan terus nonton? Sebentar deh gue cari lagi ada film apa." Ucapnya segera membuka handphonenya.

"Nah ada nih, My First Love. Comedy gitu." Sinta menunjukan kepadaku hasil pencariannya.

"Berdua doang?" Tanyaku ragu-ragu.

"Ya mau ngajak temen lo sekelas kan mereka baru dateng nanti jam 1, gak kayak lo yang rajin gini."

"Lo gak apa-apa bolos?" 

"Tenang, gue belum pernah absen di dua kelas ini. Yuk. Mau gak? Naik kereta aja."

Kalian tau kan kalau niatku hari ini memang untuk meminta kontaknya, namun ajakannya untuk bolos dan pergi bersamanya adalah sesuatu hal yang membuatku kaget. Sepertinya benar, hobi Sinta adalah membuatku kaget. 

"Yaudah boleh." Aku menerima ajakannya. 

Tunggu sebentar.... pergi makan dan nonton hanya berdua dengannya? Bukankah ini seperti dating


Ditulis untuk #30DaysWritingChallenge hari kedelapanbelas dengan tema My First Love.

Kamis, 01 Oktober 2020

Day 18; Thirty Facts about Myself

0 komentar
Bismillahirahmanirahim... tema kedelapanbelas #30DaysWritingChallenge ini gak tau kenapa jadi mirip ujian softskill waktu kuliah dulu, karena harus menjelaskan fakta-fakta tentang diri sendiri. Banyak banget lagi tigapuluh, ada yang mau baca apa ini? Yaudah lah yaaa, bismillah...

1. Faktanya saya lebih suka dipanggil Qifthi dibanding Lila, tapi karena bagi beberapa orang mengeja Qifthi itu susah jadi yaudah Lila juga oke kok asal jangan Nur ya.

2. Saya si sulung yang kadang sangat keras kepala terutama dengan keputusan-keputusan yang saya ambil, pokoknya keputusan saya benar, kalau salah akan ada kalimat pamungkas saya yang keluar yaitu "ya tapi kan..." sebelum akhirnya "iya, yaudah saya salah."

3. Seorang INFP-T meski bagi beberapa orang saya terlihat seperti Extrovert. Sebelum saya menulis ini, saya mencoba mengikuti lagi test di 16personalities, yang menghasilkan presentasi Introvert saya meningkat menjadi 71% dibanding satu tahun lalu yaitu 69% dan bahkan 4 tahun lalu hanya 51%. 

4. Suka nulis hal-hal random dari SMP, dulu sebelum punya diary online, saya punya banyak buku diary.

5. Bekerja sebagai Finance Accounting bukan keinginan saya, tapi karena sudah terlanjur nyemplung jadi yaudah belajar renang deh sekalian.

6. Saya lebih suka solo traveling dibanding group, kecuali kalau lagi bawa group tour saya.

7. Saya lebih suka winter dibanding summer. 

8. Saya gak bisa mengendarai kendaraan selain sepeda.

9. Mata saya minus tapi saya akan selalu melihat keberadaan cicak meski gak pakai kacamata. 

10. Sebelum PSBB di pertengahan bulan Maret, saya gak bisa masak, goreng telur aja saya takut.

11. Di satu waktu, saya bisa jadi manusia yang super gigih dan bersemangat. Di waktu lainnya, saya bisa jadi manusia insecure dan pesimis.

12. Saya cenderung mengamati pada pertemuan pertama. Jadi, jangan heran kalau saya gak banyak bicara. 

13. Saya suka banget sama makanan pedas, permen yang asam dan kopi yang agak pahit.

14. Saya punya satu adik berwujud manusia, dan delapan adik berwujud kucing.

15. Saya benci banget sama orang yang selingkuh, kamu selingkuh? Jangan harap bisa kenal saya lagi.

16. Fakta keenambelas, saya lahir di tanggal enambelas.

17. Makan adalah my middle name. Saya makan di segala suasana hati. Gak ada tuh yang namanya gak nafsu makan karena lagi galau, sedih, capek. 

18. Cerita yang saya tulis di blog, kebanyakan dari cerita nyata yang saya adaptasi. Tapi gak semuanya dari cerita pribadi saya :")

19.  Saya gak suka menyetrika pakaian, tolong nanti kalau kamu jadi partner hidup saya, saya bagian mencuci baju aja ya? :D

20.  Dalam satu weekend, saya bisa membaca 2-3 judul buku atau menghabiskan 1-2 drama atau memasak berbagai macam makanan atau menerima puluhan loyang orderan brownies atau gowes berpuluh-puluh kilometer atau sama sekali gak melakukan apapun dan rebahan sepanjang hari.

21. Kalau saya mutar lagu Tulus sepanjang hari, berarti saya lagi butuh disemangatin.

22. Jangan kaget kalau dengar saya bersin sampai puluhan kali dalam satu waktu ya :)))

23. Saya pernah dikejar anjing sampai bikin saya masuk ke rumah orang yang gak saya kenal tanpa permisi, tapi anjingnya tetap ngikutin saya, ternyata saya masuk ke rumah si pemilik anjing tersebut.

24. Kamu belum bikin saya marah kalau belum saya diemin, acuhin dan saya anggap gak ada.

25. Tidur saya berisik, terutama kalau suasana hati saya lagi gak baik. Jangan kaget kalau tiba-tiba saya ngomong atau bahkan nangis saat tidur. :)))

26. Saya bisa menahan perasaan suka saya sama orang selama tiga tahun, tapi saya gak bisa menahan perasaan ingin ke toilet meski cuma sepuluh menit.

27. Kalau saya bilang "Jangan ngebut-ngebut ya." Saat kamu lagi boncengin saya naik motor, please maksud saya itu di bawah 40km/jam. Saya takut, tau.

28. "Yang ngobrolnya nyambung sama saya." selalu jadi satu-satunya jawaban setiap saya ditanya "Kamu tuh nyari pasangan yang gimana sih?"

29. Ini tema tersulit di #30DaysWritingChallenge buat saya, saya menyelesaikan tulisan ini sembari kerja dari jam sembilan pagi sampai akhirnya selesai di jam setengah enam sore.

30. Saya lagi suka menyebutkan nama kamu di doa saya.

Huaaaaa... Akhirnya bisa juga saya nulis 30 fakta tentang diri saya, meski baru bisa selesai di sore hari gini. Semoga ada yang baca ya.
 

cinderlila's diary Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template