Kamis, 29 Juni 2017

Jadi, Kapan Nikah?

0 komentar
Been a while sejak terakhir kali ngeblog, eh tau-tau udah lebaran aja. Sebelum berlanjut ketulisannya, mohon maaf lahir batin dulu ya teman-teman untuk segala kesalahan dan selamat hari raya idulfitri.

Gimana lebarannya tahun ini? Semoga tetap menyenangkan.

Lebaran kali ini buat gue gak lagi semenyenangkan tahun-tahun sebelumnya. Gue gak lagi semangat ketemu sanak saudara dan kerabat terdekat sih. Kalau udah masuk keusia seperempat abad lebih satu tahun, dan kalian masih aja sendiri, pasti taulah apa penyebabnya. 

Salah sendiri lagian pakai dibayangin segala. 

Ah, gak usah lebay deh biasa aja masuk kuping kanan keluar kuping kiri.

I wish. Gue sih berharap gitu, bisa gak usah kepikiran ini itu. Gak perlu masukin ke hati. Berusaha sehappy mungkin untuk nyambut hari yang cuma ada 1 tahun sekali dan belum tentu juga tahun depan gue bisa ngerayain lagi. Tapi kenyataannya, ketika hari H gak semudah itu sih. 

Walau pada akhirnya gue tetap berusaha tersenyum semanis dan seikhlas mungkin meski pertanyaan yang gue harapin gak pernah terlontar itu banyak terlontar. Sekali dua kali bisa dianggap jadi bentuk perhatian, tiga kali empat kali? Apa jadinya bukan ngurusi hidup orang?

Dari semua yang udah gue lakuin, yang udah gue capai, yang udah gue hasilkan, selama dua puluh enam tahun satu bulan tigabelas hari hidup, ternyata gak ada artinya selama pertanyaan "Jadi kapan nikah?" "Pacarnya mana udah punya belum?" masih gue jawab dengan "Doain aja."

Sedih, sis.

Padahal kalau mau lihat, satu tahun terakhir aja deh, ada banyak lho pertanyaan lain yang bisa ditanya. Misalnya "Kerjanya gimana sekarang?" "Usahanya lancar?" "Kapan lanjutin sekolah lagi?"

Dari sekian banyak pertanyaan lain itu, yang gue denger cuma "Jadi kapan nikah? Kirain udah punya anak." "Udah punya pacar? Terlalu milih sih." "Belum laku juga?" 

Kenapa cuma nikah yang seakan jadi titik pencapaian terbesar sih?

Nikah memang menyempurnakan iman dan separuh agama, tapi menikah juga anjuran hanya untuk yang sudah mampu. Belum menikah bukan berarti tidak melaksanakan perintah. Tapi ya karena memang Tuhan anggap belum mampu. Mampu dalam banyak hal; iman, materi, mental dan banyak hal. 

Hanya karena seseorang belum menikah, lantas bukan berarti hidupnya tidak berguna. Karena hidup terlalu berharga untuk disia-siakan.

Hanya karena seseorang masih sendiri, lantas bukan berarti dirinya tidak laku. Karena hidup seseorang tidak dapat diperjualbelikan. 

Hanya karena seseorang belum menikah, lantas bukan berarti hidupnya tidak bahagia.

Orang bilang, alasan orang-orang bertanya itu karena mereka peduli. Jika memang iya, bukankah ada cara lebih bijak dengan mendoakan?

Orang bilang, alasan bertanya karena mereka ingin kita juga segera berbahagia. Padahal nyatanya, ada banyak cara menjadi bahagia tidak hanya karena sesegera mungkin menikah.

Buat gue, bagian tersakitnya bukan hanya karena dianggap gak laku ditanya terus-menerus kapan nikah, tapi karena semua usaha yang gue lakuin dari lanjutin sekolah sambil kerja dan harus pulang pergi sejauh total 70km lebih, demi kelak mampu menjadi Ibu yang cerdas yang dapat anaknya banggakan, merangkak buat usaha demi kelak mampu menjadi Ibu yang dapat memberikan pandangan lebih luas untuk anaknya, sampai usaha gue menahan dosa yang timbul agar dapat menjadi anak yang tidak memberatkan dosa orang tua, dianggap sia-sia.

Karena ternyata, ya yang terpenting secepatnya laku dan nikah 👋😒 

Kamis, 09 Februari 2017

Merindumu

0 komentar

Ah~ lagi-lagi kutulis sesuatu tentangmu, sesuatu untukmu. Sepertinya aku mulai (meng)gila (tentangmu) lagi. Sebelumnya, berjanjilah kamu akan menganggap tulisan ini bukan tentangmu, tulisan ini bukan untukmu, sekalipun kepalamu membesar mengetahui aku masih menggilaimu.

Kamu tau? Setelah yang kamu lakukan kala itu, aku bahkan masih menantimu. Tidak. Aku tidak sedang menanti dirimu membawa hatimu untukku, sudah lama aku menyerah untuk itu. Aku hanya sedang menanti kamu bercerita di depan rumahmu. Jika saja kamu tau sudah berapa ratus kali aku mengunjungi rumahmu. Berharap ada cerita baru di depannya. Sayangnya harapku tentangmu selalu sia-sia.

Kamu tak perlu memintaku berhenti berharap tentangmu. Sudah ku lakukan sejak lama. Hanya saja, aku masih belum rela mengenyahkanmu dari akar pikiranku. Mengeja namamu masih menjadi satu kesukaanku. Walau tak lagi dapat ku temukan dimana kamu.

Sudahlah. Aku hanya berharap kamu baik-baik saja. Aku berdoa agar semua bucket listmu segera terwujud. Semua. Termasuk menikah dengan wanita sholehah, cantik, cerdas dan kaya raya kalau bisa anak pejabat negara itu. :)

Satu yang ku pinta, tetaplah bercerita. Tak ada yang tau, ceritamu dapat menjadi segaris senyum seseorang.

 

cinderlila's diary Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template