Kamis, 16 Oktober 2014

Selamat Jalan, Wa...

0 komentar

12 October 2014,
09:50 WIB.

Waktu rasanya berjalan semakin cepat, gak kerasa sudah enam hari semenjak kepergian almarhum. Rasanya masih gak percaya, almarhum pergi secepat itu. Tapi mungkin delapan bulan berjuang melawan kanker bagi beliau berjalan begitu lama. Sakit yang gak pernah hilang bahkan selalu bertambah. Dan semua itu akhirnya berakhir. Kalau ingat itu, rasanya ingin marah sama diri sendiri karna susah sekali ikhlas melepas kepergian almarhum.

Sepuluh tahun lebih tinggal di satu rumah yang sama dan selama itu almarhum begitu menyayangi kami. Dan bahkan selama itu almarhum lebih sering menemani saya kemanapun. Jadi, bagaimanalah saya bisa semudah itu untuk melepas kepergiannya? Almarhum bahkan sudah lebih dari seorang paman, buat saya almarhum sudah seperti orang tua saya sendiri.

Selama hidupnya, saya jarang sekali mendengar almarhum mengeluh bahkan ketika almarhum terkena kanker. Dan saya tidak mampu untuk menahan tangis ketika almarhum menulis bahwa kepalanya sakit luar biasa (karena almarhum sudah tidak bisa berbicara ketika terkena kanker). Saya menyesal rasanya telat mengetahui sakit yang almarhum derita. Maafkan kami, Wa...

February 2014, ketika almarhum batuk dan mengeluarkan darah, dokter memvonis beliau terkena kanker thyroid stadium dua. Rasanya hati saya runtuh ketika mendengar hal tersebut. Ya Allah, mengapa kami begitu bodoh tidak mengetahui penyakit itu bersarang ditubuh almarhum? Bahkan ketika tanda-tandanya sudah ada.

Maret 2014, almarhum menjalani operasi pertama. Leher almarhum harus dilubangi untuk menyelamatkan pernafasnnya. Karena kanker sudah hampir menutupi pernafasannya. Operasi berjalan lancar. Namun dua hari setelah kepulangan almarhum ke rumah, almarhum batuk dan mengeluarkan darah dari mulut dan lubang pernafasan di lehernya. Rasanya begitu menyakitkan melihat almarhum masih sempat menghibur saya untuk kuat dan meyakinkan saya bahwa almarhum akan selalu bersemangat untuk sembuh.

May 2014, seharusnya 16 May 2014 almarhum dijadwalkan untuk operasi kedua. Operasi tersebut operasi inti untuk mengangkat kankernya. Tanggal tersebut tepat sekali dengan ulang tahun saya. Kesembuhan almarhum saya harap menjadi kado ulang tahun untuk saya saat itu. Namun, 4 hari sebelum operasi, dokter membatalkan operasinya dikarenakan kanker sudah naik menjadi stadium 4. Dan sudah menyebar ke lidah almarhum. Jika operasi tetap dijalani, lidah almarhum harus ikut diangkat. Kami tidak sanggup membayangkannya. Dan akhirnya setelah berdiskusi juga dengan almarhum, kami memutuskan untuk menunda dan menjalani kemo terlebih dulu untuk mengecilkan sel kanker tersebut.

Kemoterapi yang seharusnya dijalani almarhum adalah 25 kali. Namun kenyataannya, almarhum hanya sanggup menjalani 10 kali kemo. Juni, July, Agustus keadaan almarhum naik dan turun, ada kalanya almarhum sehat dan bahkan mampu membawa kendaraan tapi ada kalanya bahkan almarhum tidak sanggup untuk berdiri.

Sampai akhirnya September 2014, keadaan almarhum semakin parah. Almarhum semakin sering mengeluh giginya sakit, lehernya panas, bibirnya kebal dan kepalanya semakin sakit. Almarhum bahkan tidak sanggup mengunyah dan menelan makanan. Tapi dokter pun tidak bisa memberi obat apapun, karena sumbernya adalah kanker itu sendiri. Almarhum mulai makan melalui hidung menggunakan selang, itupun hanya mampu cairan.

Tapi almarhum masih bersemangat untuk sembuh. Sampai ketika almarhum dan orang tua saya mendatangi dr. Warsito (menurut sumber dr. Warsito memiliki pakaian penghilang kanker) tapi kenyataan pahit harus almarhum terima bahwa nyatanya kankernya sudah tidak bisa disembuhkan. Mungkin dari situ lah almarhum mulai ikhlas jika sewaktu-waktu malaikat maut menjemputnya. Kami pun bersiap, tapi sungguh... tidak secepat ini, Ya Allah. Hanya berselang beberapa hari.

10 October 2014, almarhum jatuh ketika ke kamar mandi dan sempat tidak sadarkan diri, 11 October 2014 semuanya sudah kembali normal. Aktifitas sudah seperti biasa. Dan kami tidak menyangka 12 October 2014, kami kedatangan tamu yang tidak kami ketahui kedatangannya sampai akhirnya ia pergi membawa almarhum selama-lamanya, ya malaikat Izrail, malaikat maut.

Saya sampai detik ini tidak pernah menyangka hari itu saya menyaksikan langsung kepergiannya. Saya tidak menyangka saya akan melihat almarhum meregang nyawa. Tapi sungguh, Allah begitu baik. Tidak saya lihat almarhum kesakitan, almarhum pergi begitu tenang. Sampai kami mengira almarhum tidur. Saya bahkan masih mengira almarhum pingsan ketika saya tidak dapat menemukan detak nadinya. Karena kepergiannya sungguh begitu tenang.


Ya Allah.....
Aku menyesal begitu banyak menyakitinya.
Aku menyesal tidak mampu membahagiakannya.
Aku menyesal tidak maksimal merawatnya.
Aku menyesal karna ketakutan ketika almarhum menatap untuk terakhir kalinya.

Ya Allah......
Sungguh sampaikan maaf dan penyesalan ini.

Ya Allah........
Hatiku sakit.
Aku kehilangan sosok almarhum yang selalu melindungi.
Aku kehilangan sosok almarhum yang selalu menyayangi.
Aku kehilangan sosok almarhum yang selalu mendukung.
Hatiku hancur.

Ya Allah........
Sungguh berkali-kali aku meyakinkan hati untuk ikhlas, tapi selalu berakhir perih di dalam sini.
Maafkanku jika air mata ini hanya memberatkan kepergian almarhum.

Ya Allah........
Berjanjilah, untuk menjaga almarhum.
Melindungi almarhum, menempatkan almarhum di sisi-Mu yang paling baik.
Hilangkan segala sakitnya. Mudahkan almarhum menjawab setiap pertanyaan malaikat-Mu. Aku percaya, Engkau adalah sebaik-baiknya penjaga.

-his little nephew-

 

cinderlila's diary Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template