Minggu, 22 Mei 2016

Back to September, Kumpul Kota Depok

0 komentar
Hai! Cinderlila datang lagi membawa sebuah cerita~~ hahaha sebenernya ini cerita udah lama udah terpendam 8 bulan—1 bulan lagi udah jadi dedek bayik, abaikan—tapi kayaknya gak ada yang namanya basi ya buat sebuah pengalaman menyenangkan. Jadi, malam ini daripada cinderlila cuma bengong—pangeran dateng juga gak ada—maka ijinkan aku bercerita.

Mari naik lorong waktu ke delapan bulan lalu.

20 September 2015.

Hari ini buat gue termasuk satu hari dari 365 hari selama 2015 yang sangat gue syukuri. Jadi hari ini, gue mewakili Depok jadi Host untuk Kumpul Kota Depok. Acaranya gak besar, yang ikut juga gak banyak tapi dari sini gue banyak dapat pengalaman baru yang berkesan banget dan kenal teman-teman baru. Mungkin kalian bingung apa sih Kumpul Kota?


Kumpul Kota adalah suatu gathering dari #30HariKotakuBercerita untuk para pesertanya ditiap kota masing-masing. Kalau kalian belum tau apa itu #30HariKotakuBercerita, gue jelasin sedikit. #30HariKotakuBercerita adalah suatu kegiatan menulis selama 30 hari selama bulan September 2015 yang diadain oleh @PosCinta. @PosCinta sendiri sudah hampir 5 tahun mengadakan acara menulis #30HariMenulisSuratCinta setiap bulan February. Dan September ini temanya beda, kita harus menulis tentang kota kita sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Selain menulis, @PosCinta juga mengadakan gathering untuk para peserta disetiap kotanya yang diakomodir oleh pesertanya juga secara suka rela. 

Karna waktu itu gue berpikir, kayaknya bakal asik dan seru, suka rela lah gue mendaftar menjadi Host untuk Kumpul Kota Depok. Yang ternyata benar-benar terpilih. Benar-benar seru kah menjadi Host Kumpul Kota Depok? Seru! Tapi juga pusing. Ya gimana engga, karna tujuan acara ini agar kita lebih mencintai kota kita masing-masing dengan menjelajahi sejarah kota kita masing-masing. Nah lho! Masalah gak tuh? Gue dari lahir sampai 24 tahun—sekarang 25 oke fine—emang besar di Depok. Tapi masalahnya gue gak tau sejarah apapun tentang Depok. Emang ada tempat bersejarah di Depok? Yang gue tau cuma Mall di sepanjang Margonda.

Sempat pusing bingung stress gue mikirinnya. Googling sana sini, tanya teman-teman kali aja ada yang tau dimana tempat bersejarah di Depok. Sampai akhirnya ada seseorang yang mention ke twitter gue kalau dia dengan senang hati mau ngebantu. Ah seneng banget rasanya! Dari situ lah gue kenal sama yang namanya Nidi. Dia juga peserta #30HariKotakuBercerita dari Depok. Bertemulah kita, berdiskusilah kita dan bingunglah kita.

Alhamdulillah nya, di group Host Kumpul Kota saat itu Host Kumpul Kota Jakarta ngasih link tentang walking tour Depok. Googling lah gue tentang walking tour itu, tapi hasilnya yang ngadain walking tour itu udah bubar. Berbekal nyontek ide mereka, gue dan Nidi pun nge-arrange sendiri walking tour Depok—yang kemudian kita namakan Walking Tour Jelajah Depok. Kita gak berdua saat itu, ada Tika yang bantu bikin e-flyer Walking Tour Jelajah Depok dan Mutia yang bantu ngeguide selama acara berlangsung.



Sampailah pada hari H. 20 September 2015.


Sebagian peserta Walking Tour Jelajah Depok.
Setelah foto ini diambil, gubraaaakkkkkk cinderlila jatuh~~~ kecengklak dong sis hiks
Meeting point walking tour kita hari itu adalah Stasiun Depok Lama dengan peserta kurang lebih 15 orang, kita memulai walking tour tepat pukul 9 pagi dengan tujuan pertama yaitu Rumah Sakit Harapan. Rumah Sakit Harapan ini dulunya tempat bersejarah di Depok—ketika Belanda masih jadi tuan tanah. Di belakang rumah sakit tersebut dulunya merupakan gudang penyimpanan padi bagi para budak. Sedangkan di depan Rumah Sakit Harapan ini ada tugu bernama Tugu Cornelis Chastelein—ia merupakan orang Belanda yang datang ke Indonesia untuk bekerja pada VOC sekitar abad 16 yang setelah pensiun ia membeli tanah di pinggiran Jakarta yang sekarang bernama Depok dan mempekerjakan kurang lebih 150 budak dari berbagai wilayah.


Sayangnya Tugu Cornelis Chastelein tersebut sempat beberapa kali terhenti pembangunannya karna Pemkot Depok melarang pembangunan tugu tersebut karna beberapa alasan—salah satu alasannya karna Pemkot Depok menganggap bahwa Cornelis Chastelein adalah penjajah yang tidak patut dikenang.

Oh iya sebelum bercerita lebih jauh, kalian tau gak Depok itu ternyata adalah sebuah akronim?

DEPOK, De Eerste Protestante Organisatie van Christenen. Itulah asal muasal nama Depok. Dulu kala, Depok dimaksudkan untuk menjadi Padepokan Kristiani oleh Cornelis Chastelein.



Tujuan walking tour selanjutnya adalah Gereja Immanuel. Tapi sebelum ke Gereja Immanuel, kita sempat mampir ke salah satu rumah tua yang masih ditempati. Bapak pemilik rumah berbaik hati untuk menceritakan kalau rumah tersebut dulunya adalah rumah Belanda yang ketika kemerdekaan diserahkan kepada negara. Ia juga bercerita bahwa bentuk rumah tidak pernah ia ubah.



Di Gereja Immanuel, kita gak bisa masuk karna hari ini minggu dan sedang ada kebaktian. Sebelumnya, ketika survey lokasi, gue dan Nidi sempat masuk ke dalamnya. Di pintu-pintu samping gereja terdapat 12 marga Depok. Jangan kaget! Depok juga punya marga lho. Apa aja marga-marganya?

Bacas, Isakh, Jacob, Jonathans, Joseph, Laurens, Leander, Loen, Samuel, Soedira, Tholense dan Zadokh. Tapi sayangnya, marga Zadokh sudah tidak ada penerusnya karna keluarga ini tidak memiliki anak lelaki.

Dari Gereja Immanuel, kita lanjut ke YLCC yang letaknya gak jauh dari Gereja Immanuel. YLCC atau Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein adalah suatu yayasan yang didirikan oleh orang-orang asli Depok. Di sini kita diberi tau tentang sejarah Depok lebih jauh oleh Bapak Ferdi. Gue sebenernya gak nyangka banget beliau bisa meluangkan waktunya untuk jelasin sejarah Depok secara langsung, karna pas janjian by phone 1 minggu sebelum hari ini, awalnya beliau menolak karna ini adalah hari libur dan YLCC tidak buka. Tapi kemudian setelah dijelaskan maksud tujuan kita adalah untuk mengenal Depok lebih jauh, Bapak Ferdy & Ibu Suzana menerima kita dengan begitu hangat.


Di YLCC terdapat berbagai peninggalan-peninggalan Belanda terdahulu. Di kursi-kursi yang sedang kita duduki itu, dibelakangnya terdapat 12 nama marga Depok seperti yang ada di Gereja Immanuel. Bapak Ferdy & Ibu Suzana mengungkapkan bahwa mereka senang sekali masih ada yang ingin tau dengan sejarah Depok. Mungkin kalian tau nya umur Depok itu 18 tahun, tapi ternyata umur Depok sudah lebih dari 300 tahun, tapi lagi-lagi sayangnya Pemkot Depok tidak setuju untuk menghitung umur Depok dari awal sejak Cornelis Chastelein mendirikan Depok.

Peserta Walking Tour Jelajah Depok dengan Bapak Ferdy dan Ibu Suzana dari YLCC
Kalau sekarang ini Depok itu panas dan suka banjir, for your information, dulunya Depok merupakan wilayah yang sangat subur dan memiliki sistem pengairan yang canggih. Depok dulunya juga merupakan penghasil padi. Gak ada tuh yang namanya kelaparan dan kebanjiran di Depok. Pas denger ini, gue agak sedih sih. Cukup lama juga kita di YLCC, Bapak Ferdy dan Ibu Suzana menjelaskan begitu detail tentang Depok.

Tujuan selanjutnya dari walking tour Jelajah Depok adalah piknik asik di Lembah Gurame. Hayooo tau gak kalian kalau Depok juga punya Taman Kota? Ya walau saat ini baru punya Lembah Gurame, tapi ini buat gue adalah kemajuan. Oh iya, kalau sekarang ini sepenglihatan gue, Pemkot Depok lagi gencar bikin taman kota baru. Semoga segera bisa kita nikmati ya.
Lembah Gurame ini ada di Jalan Gurame Depok 1. Kalau mau ke sini, kalian bisa naik angkot 01 dari terminal atau stasiun Depok dan turun deh di Lembah Gurame. Lembah Gurame akan lumayan ramai kalau weekend. Gue—ketika masih tinggal di Depok 1—sering banget olahraga pagi hari minggu di sini.

Piknik Asik di Lembah Gurame
Di sini, kita duduk-duduk sambil cerita-cerita dan nikmatin Jus Belimbing. Kalian tau kan kalau Belimbing itu Ikon Kota Depok—yang walau terlupakan? Sebenarnya, awalnya gue kepengen banget walking tour ini diadain di Argowisata Belimbing di Sawangan Depok. Tapi pas gue survey ke sana, ternyata sudah tinggal nama. Bangkrut sis L sedih gue beneran sedih berhari-hari hiks… 

Karna keinginan gue buat piknik di Kebun Belimbing masih kuat, gue pun beberapa kali survey ke Kebun Belimbing yang ada di Depok. Tapi apa hasilnya? Nihil sis. Kebun Belimbing di Depok sekarang rata-rata diurus atau punya orang pribadi atau disewakan ke Koperasi Belimbing, Pemkot Depok gak ada punya lahan untuk membudidayakan Belimbing—gue bahkan sampai ke Ketua Asosiassi Belimbing Depok buat nyari tau ini. Pemkot Depok gak pernah benar-benar mengurus Ikon nya itu. Gue sedih lagi doooonggg pas tau. Yampun ini tuh sedihnya lebih sedih dibanding ditinggal mantan yang baru beberapa bulan putus eh nikah.



Buat gue, jadi Host Kumpul Kota Depok ini berkesan banget. Kalau bukan karna acara ini, gue gak akan tau banyak sejarah tentang kota kelahiran gue, kota yang ngebesarin gue, kota dimana orang yang gue sayang tinggal, kota yang menjadikan gue, Dalila, seperti saat ini. Ibarat Ibu, Depok pun berandil besar dalam membesarkan gue. Diluar dari kekurangannya, Depok masih jadi tujuan gue pulang. Depok masih jadi satu-satunya yang gue kangen ketika berada di kota lain.

Kamis, 19 Mei 2016

Cinderlila; Ulang Tahun!

0 komentar

Happy birthday, dalila nurqifthiyyah!

Iya jadi senin kemarin, dalila nya bertambah usianya. Berkurang lagi jatah hidupnya. Dua puluh lima tahun sudah. Gak kerasa banget, kayaknya baru aja kemarin gue tiup lilin di TK, baru aja kemarin gue terima KTP, lalu sekarang usia gue udah 25.

Lalu apa yang udah gue capai di usia yang kata orang golden age ini?

Kalau diliat kasat mata sih jawabnya gak ada. Gue masih gini-gini aja. Kuliah masih belum lulus, masih berstatus karyawan bukan mengkaryawankan dan satu yang direpotin banyak orang; masih single.

Iya, gak ada yang bisa dibanggain. Gitu juga awal pemikiran gue ketika 16 mei 2016 datang. Tapi, setelah dirunut lagi satu tahun belakang, ternyata ada banyak hal yang harus gue syukuri. Terlepas dari tiga hal tadi.

Satu tahun ini, ada banyak banget kenangan indah, pengalaman baru dan teman-teman baru yang gue dapet. Semua itu buat gue berkah yang akan selalu gue syukuri. Kalo dipikir lagi, gue gak akan pernah nyangka semua itu terjadi dalam satu tahun ini. Allah baik banget.

Lalu, apa yang gue harapin di usia 25 ini? Banyak. Tapi satu hal yang pasti, gue cuma berharap gue bisa lebih banyak bersyukur atas semua yang udah gue punya. Dibanding meminta lebih, gue cuma berharap semua yang udah ada bisa bikin gue jadi a better qifthi.

Let's face this year with positive energy!

 

cinderlila's diary Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template