Kringgggg...
"Cepet banget sih udah pagi aja." Ku matikan alarm di handphone, yang ku lanjutkan dengan memeriksa beberapa pesan masuk. Dari sekian banyak pesan yang masuk, aku hanya membuka dua pesan dari dua orang berbeda namun dengan nama yang sama, setidaknya di kontak ponselku.
From : Mine
Message : Aku hari ini pulang, akan sampai di rumah jam 10:00. Gak perlu masak, aku sampai kita langsung makan siang di luar ya. Aku kangen.
Ku baca pesan itu dan tanpa sadar seketika senyumku merekah di wajah yang belum ku cuci ini. Aku pun membaca satu pesan lainnya.
From : Mine
Message : Morning! Kita jadi nonton ya hari ini. Aku jemput jam 11:00. Love you!
Seharusnya setelah membaca pesan kedua ini aku akan bereaksi sama seperti membaca pesan sebelumnya. Namun tentu tidak hari ini, karena aku memilih menyanyikan sepenggal lirik dari lagu yang sesungguhnya tidak aku ketahui "Dan terjadi lagi~~~"
Sebelum kalian bingung membaca kisahku yang memang rumit ini, biar ku jelaskan terlebih dahulu. Pesan pertama berasal dari dia yang memang sudah menjadi milikku setelah ia resmi membaca akad di depan orang tuaku, tujuh bulan lalu. Pesan kedua berasal dari dia yang menganggapku adalah miliknya meski ia tau persis bagaimana statusku sekarang ini. Aku sengaja menyimpan nomor keduanya dalam satu nama, untuk memperkecil kecurigaan orang lain. Toh, aku sangat mampu membedakan keduanya hanya dari gaya menulisnya.
Aku rasa cukup sampai di sini perkenalanku tentang keduanya. Seiring berjalannya ceritaku, kalian pasti akan menjadi (yang paling sok) tau tentang cerita ini.
Aku memilih membalas pesan kedua, membatalkan janji menonton film terbaru yang sudah kita rencanakan sejak dua minggu lalu.
To : Mine
Message : Batal ya. Aku hubungi lagi nanti.
Dan tanpa perlu menunggu berlama-lama, pesan balasan sudah aku terima "Ok, kamu have fun ya."
Sama seperti sebelum-sebelumnya, ini bukan kali pertama aku membatalkan janji dengannya. Tanpa perlu ku jelaskan panjang lebar, ia sudah sangat mengerti apa alasan yang membuatku membatalkan janji itu. Yang sebenarnya masih tidak aku mengerti mengapa ia memilih tetap bertahan.
Bagaimana? Apakah sepenggal kisahku ini sudah membuat kalian ingin menyerngitkan dahi? Apakah sepenggal kisahku ini sudah membuat kalian ingin memaki?
Aku ceritakan lagi nanti ya. Aku harus bersiap terlebih dahulu, untuk menyambut dia yang sudah lama aku rindukan. Sambil menunggu aku memiliki waktu kembali untuk bercerita, silahkan siapkan mental terlebih dahulu.
*to be continued*