Minggu, 27 November 2016

Tentang Visa Jepang

0 komentar
Halo! Cinderlilaa datang lagi. 

Oh iya, sebelumnya mau ngasih tau kalau cinderlila.blogspot.com kini berubah menjadi cinderlila.com 😉 semoga dengan perubahan nama ini, makin banyak yang berkunjung dan makin sering nulis yang bermanfaat juga.

Okay, kali ini mau membagi pengalaman tentang pembuatan visa Jepang. Dua minggu lalu, tepatnya 15-20 November 2016 gue mendapatkan kesempatan untuk pergi ke Jepang—Nagoya tepatnya. Semuanya serba mendadak dan gue berangkat seorang diri. Tapi, alhamdulillah semuanya lancar dan menyenangkan. Seperti yang diketahui sebelumnya, kalau passport gue itu cuma passport 24 halaman, yang selalu bikin gue deg-degan setiap pengajuan visa.

Pengajuan visa Jepang menurut gue lebih simple dari visa Korea Selatan. Persyaratan dan biayanya pun lebih ringan, selain itu kemungkinan approved nya juga lebih besar—well, just my opinion. Jadi syaratnya apa aja nih untuk apply visa Jepang? Kalian bisa cek di situs ini, tapi gue akan merinci apa saja yang gue siapkan.

1. Passport Asli
Dalam semua pengajuan visa di negara manapun, passport asli yang masih berlaku sekurangnya enam bulan adalah wajib. Berbeda dengan visa Korea Selatan yang mengharuskan memberikan fotocopy halaman passport yang telah terisi, Jepang tidak perlu.

2. Fotocopy KTP

3. Formulir Permohonan Visa
Kalian bisa download formulir tersebut di sini. Jika kalian ingin meminta contoh formulir yang telah gue isi, silahkan tinggalkan komentar dengan email kalian ya. Oh iya, formulir visa ini harus dilengkapi dengan foto terbaru kalian dengan latar belakang putih dan ukuran 45mm x 45mm.

4. Tiket Pesawat Pulang-Pergi
Pihak kedubes Jepang mengharuskan kalian memiliki tiket pesawat pulang pergi ke Jepang dan ini hukumnya wajib dilampirkan.

5. Bukti Konfirmasi Penginapan
Ini tidak tertulis pada persyaratan, tapi gue melampirkan. Dan jika kalian belum pasti akan menginap dimana, kalian bisa membooking penginapan melalui booking.com yang tidak memerlukan pembayaran in advance dan bisa dibatalkan tanpa ada cancelation fee.

6. Itinerary
Selain formulir visa, kalian juga harus download form itinerary atau jadwal perjalanan pada web ini. Tips dari gue sih, itinerary yang dibuat harus juga sesuai dengan jumlah saldo pada rekening koran kalian. Jangan sampai saldo kalian misalnya hanya 5 juta tapi di itinerary kalian tulis Tokyo – Osaka – Nagoya, karena ini juga akan menjadi pertimbangan pihak kedubes apakah keuangan kalian mampu mengcover semua biaya hidup selama di Jepang. 

7. Rekening Koran
Rekening koran tiga bulan terakhir juga wajib hukumnya jika kalian berpergian menggunakan dana sendiri dan tidak disponsori siapapun. Jumlah dana pada rekening koran tidak ditentukan berapa nominalnya namun akan lebih baik jika dana yang kalian miliki dapat mengcover biaya hidup kalian selama di Jepang. Pada saat pengajuan, jumlah dana yang gue miliki saat itu tidak lebih dari dua digit lebih sedikit, dan itupun terbagi pada dua rekening dengan bank yang berbeda. Jadi pada saat apply, gue menyertakan dua rekening koran—masing-masing untuk tiga bulan. Untuk BCA, jika kalian punya e-banking kalian bisa print langsung rekening koran kalian dan meminta pengesahan dari bank. Untuk CIMB pun gue print langsung dari cimbclicks tanpa meminta pengesahan dari bank.

8. Surat Pernyataan Kantor
Surat ini menyatakan bahwa kalian adalah karyawan di perusahaan tersebut dan menjamin bahwa kalian akan kembali ke Indonesia. Jika kalian membutuhkan contoh surat ini, tinggalkan komentar dengan email kalian ya.

9. Kartu Keluarga dan Akta Lahir
Diperlukan jika kalian berpergian dengan keluarga atau dibiayai oleh keluarga, dokumen ini dapat membuktikan hubungan kalian. Namun jika kalian berpergian seorang diri dan membiayainya sendiri, ini tidak diperlukan. Untuk jaga-jaga, dibawa saja asli dan fotocopy nya.

Itu saja sih dokumen yang gue sertakan saat pengajuan visa Jepang. Untuk pengajuan visa Jepang sendiri, kalian bisa datang ke Kedubes Jepang pada jam 9 – 12 siang. Sebelumnya, pastikan kalian apply visa Jepang sesuai dengan wilayah yang sudah ditentukan oleh Kedubes Jepang. Sehingga tidak ada penolakan pada saat pengajuan.

Berbeda dengan visa Korea Selatan yang mengharuskan kalian membayar terlebih dahulu, visa Jepang kalian bayar nanti setelah visa sudah diterbitkan. Jadi, hari pertama kalian hanya akan memberikan dokumen-dokumennya. Pihak Kedubes akan memberikan kalian receipt dan memberitahu kapan kalian harus kembali lagi untuk mengambil visa. Waktu yang diperlukan biasanya 4 hari kerja. Dan pada saat pengambilan visa, kalian diharuskan menyiapkan uang sebesar Rp 330.000. Untuk waktu pengambilan visa yaitu pada hari kerja jam 1 – 3 siang.

Selama dokumen yang kalian ajukan lengkap dan tidak ada catatan kriminal, visa Jepang dapat kalian dapatkan. Apalagi sekarang jika passport kalian sudah E-Passport, kalian dapat mengajukan visa waiver untuk berkali-kali kunjungan selama beberapa tahun.

Itu aja sih yang mau gue bagi kali ini. Untuk pengalaman selama di sana, soon akan gue tuliskan di sini. Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan hubungi via komentar ya. Semoga pengajuan visa Jepang kalian lancar!


Salam,
cinderlilaa 👰


Update :
* Per November 2017 (CMIIW) pengajuan Single Entry Visa Jepang harus dilakukan di VFS yang berada di Lotte Shopping Avenue. Di Kedutaan Jepang Jakarta hanya menerima pengajuan Visa Waiver khusus pemegang E-Paspor.

Jumat, 23 September 2016

Cinderlila; Dan Paspor TKI

0 komentar
Halo! Cinderlila is back!!

Yeay! Akhirnya sekarang akan bisa sering-sering nulis karena skripsi akhirnya selesai!! Dan kali ini gue mau bahas tentang paspor 24 halaman. 

Paspor yang kata orang banyak—termasuk petugas Imigrasi—adalah paspor TKI. Yang setiap kita mau buat mereka—petugas Imigrasi—akan menakut-nakuti kita dengan bilang “Ini paspor TKI, nanti kamu gak bisa masuk lho buat liburan.” 

Itu lah yang gue alami ketika 3 lalu gue memutuskan untuk bikin paspor 24 halaman. Alasan gue akhirnya apply untuk paspor 24 halaman karena saat itu gue mikir, gak bakalan habis itu halaman paspor selama 5 tahun buat gue. Dengan keadaan gue yang baru aja kerja 1 tahun dan gaji seadanya, mau kemana sih gue 5 tahun ke depan? Bisa ngelilingin Asia Tenggara aja gue seneng. Makanya daripada sayang itu halaman paspor gak kepake, mendingan gue bikin yang 24 halaman toh hak dan kedudukannya sama menurut web Imigrasi —kalian bisa cek langsung di webnya.

Jadilah, saat itu gue apply paspor 24 halaman via online di web Imigrasi. Setelah menyelesaikan pengisian data dan pembayaran di bank, gue datang ke Imigrasi Depok sesuai dengan tanggal yang ditentukan dengan membawa semua persyaratan yang ditentukan. Sesampainya di Imigrasi Depok dan masukin semua dokumennya, kemudian berkas dicek dan gue dipanggil untuk sedikit interview dan foto, petugas Imigrasi tersebut kemudian ngomong gini,

Petugas Imigrasi: “Mbak, mau bikin paspor 24 halaman?”

Gue: “Iya, Pak.”

Petugas Imigrasi: “Mbak, paspor 24 halaman itu untuk TKI. Nanti Mbak gak bisa masuk lho ke negara-negara tertentu.”

Gue: “Kata siapa pak paspor 24 halaman itu sekarang masih untuk TKI? Bapak kan petugas Imigrasi ya, seharusnya bapak tau dong kalo di web Imigrasi itu ditulis bahwa paspor 24 dan 48 halaman itu hak dan kedudukannya sama.”

Petugas Imigrasi: “Iya sih mbak sekarang udah sama tapi ada beberapa negara yang belum tau.”

Gue: “Nah itu bapak udah tau. Kalau pun beberapa negara belum tau, itu tugasnya siapa untuk ngasih tau?”

Setelah gue ngomong gini, petugasnya agak bete mungkin kesel gue jawab mulu kali ya, tapi toh gue bicara bener kan?

Petugas Imigrasi: “Iya tapi tetep aja mbak kita gak mau ya bertanggung jawab kalau mbak gak dikasih masuk ke negara tertentu.”

Gue yang dengernya seketika kesel. Lho lho lho!?!?!? Sama warga negaranya sendiri aja, pemerintahan kita gak mau bertanggung jawab, gak mau melindungi lho. Tadinya mau gue omongin kayak gitu tapi daripada gue makin ribut sama ini petugas jadinya gue gak jadi ngomong.

Gue: “Emang negara mana sih pak yang gak ngebolehin?” tanya gue sinis.

Petugas Imigrasi: “Ya, kayak Amerika, Eropa, Australia gitu mbak.”

Gue: “Saya gak bakal ke sana juga pak dalam waktu 5 tahun ke depan. Belum mampu. Bapak emang mau bayarin saya? Udah saya tetep bikin yang 24 halaman, Pak.”

Petugas Imigrasi: “Yaudah kalo mbak ngeyel. Tapi mbak harus bikin surat pernyataan di atas materai kalau tidak akan menyalahkan Imigrasi Depok kalo mbak dilarang masuk.”

Gue: “Heran, sama warga sendiri aja gak mau melindungi. Iya saya bikin pak tenang aja, saya gak akan nyalahin.”

Dan akhirnya kalimat tersebut terucap dari mulut gue. sumpah saat itu gue kesel bukan main. Bener-bener kesel, sedih, kecewa campur lah jadi satu. Untuk hal yang kayak gini aja, ketauan kan kalau negara kita birokrasinya jelek? Antara web Imigrasi aja sama petugas Imigrasi sendiri gak sinkron. Jadi gue ngerti deh kenapa sampe beberapa negara yang belum tau bahwa mulai 2010, paspor 24 halaman itu sudah bisa untuk semua WNI juga hak dan kedudukannya sama dengan paspor 48 halaman. Yang membedakan hanya jumlah halaman dan harga saat pembuatannya. Tapi 1 tahun setelah gue buat paspor itu, beredar kabar kalau per 2020 itu paspor biasa ditiadakan dan menjadi e-paspor.

Setelah semua drama dengan petugas imigrasi itu, 3 hari kemudian paspor gue jadi. Dan sampai tulisan ini di tulis, Alhamdulillah gue bisa masuk ke 6 negara tanpa ada pencekalan ataupun wawancara di Imigrasi negara-negara tersebut. Ya memang sih enam negara tersebut hanya negara di Asia dan cuma 1 yang memerlukan apply visa terlebih dulu.

Ini dia paspor TKI gue hahahaha


Enam negara tersebut adalah Malaysia, Singapura, Hongkong, Macau, Korea Selatan dan Thailand. Gue masuk ke negara-negara tersebut tanpa dipersulit, tanpa ada pertanyaan “Ini kan paspor TKI” (pas gue mau ke Singapura, Mas Imigrasi di Bandara Soekarno Hatta malah yang ngenye begitu tuh, “Mbak kok paspornya paspor TKI?” yang gue jawab cuma dengan tatapan sinis.) Dan bahkan bisa lolos apply visa untuk Korea Selatan.

Jadi, kalau sekarang masih bisa bikin paspor 24 halaman dan kalian pun berpikir hal yang sama kayak gue—gak bakal habis itu paspor—jangan takut untuk bikin paspor 24 halaman. Jangan takut gak bisa berpergian ke negara yang sudah pernah gue kunjungi itu.

Dan Maret 2017 insyaallah gue akan ke China, doakan tidak ada halangan juga ya.


Sabtu, 30 Juli 2016

Karena Hanya Aku Yang Meminta

0 komentar
Pernah ada satu nama
Yang kuucap dalam setiap doa 
Yang selalu kugantungkan
Tanpa sedikit pun rasa bosan
Yang tak pernah letih
Aku ceritakan pada-Nya 
Bagaimana aku ingin ia terpilih
Tuk menyatukan hati yang dua

Detik menit jam berlalu
Hari bulan tahun berganti
Tak ada yang berubah
Dua hati tak jua menyatu
Aku bertanya dalam hati

Ini kah pertanda?
Bahwa Ia tak mengijinkan kita bersama
Atau Ia tak terima
Karena hanya aku yang meminta

Minggu, 22 Mei 2016

Back to September, Kumpul Kota Depok

0 komentar
Hai! Cinderlila datang lagi membawa sebuah cerita~~ hahaha sebenernya ini cerita udah lama udah terpendam 8 bulan—1 bulan lagi udah jadi dedek bayik, abaikan—tapi kayaknya gak ada yang namanya basi ya buat sebuah pengalaman menyenangkan. Jadi, malam ini daripada cinderlila cuma bengong—pangeran dateng juga gak ada—maka ijinkan aku bercerita.

Mari naik lorong waktu ke delapan bulan lalu.

20 September 2015.

Hari ini buat gue termasuk satu hari dari 365 hari selama 2015 yang sangat gue syukuri. Jadi hari ini, gue mewakili Depok jadi Host untuk Kumpul Kota Depok. Acaranya gak besar, yang ikut juga gak banyak tapi dari sini gue banyak dapat pengalaman baru yang berkesan banget dan kenal teman-teman baru. Mungkin kalian bingung apa sih Kumpul Kota?


Kumpul Kota adalah suatu gathering dari #30HariKotakuBercerita untuk para pesertanya ditiap kota masing-masing. Kalau kalian belum tau apa itu #30HariKotakuBercerita, gue jelasin sedikit. #30HariKotakuBercerita adalah suatu kegiatan menulis selama 30 hari selama bulan September 2015 yang diadain oleh @PosCinta. @PosCinta sendiri sudah hampir 5 tahun mengadakan acara menulis #30HariMenulisSuratCinta setiap bulan February. Dan September ini temanya beda, kita harus menulis tentang kota kita sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Selain menulis, @PosCinta juga mengadakan gathering untuk para peserta disetiap kotanya yang diakomodir oleh pesertanya juga secara suka rela. 

Karna waktu itu gue berpikir, kayaknya bakal asik dan seru, suka rela lah gue mendaftar menjadi Host untuk Kumpul Kota Depok. Yang ternyata benar-benar terpilih. Benar-benar seru kah menjadi Host Kumpul Kota Depok? Seru! Tapi juga pusing. Ya gimana engga, karna tujuan acara ini agar kita lebih mencintai kota kita masing-masing dengan menjelajahi sejarah kota kita masing-masing. Nah lho! Masalah gak tuh? Gue dari lahir sampai 24 tahun—sekarang 25 oke fine—emang besar di Depok. Tapi masalahnya gue gak tau sejarah apapun tentang Depok. Emang ada tempat bersejarah di Depok? Yang gue tau cuma Mall di sepanjang Margonda.

Sempat pusing bingung stress gue mikirinnya. Googling sana sini, tanya teman-teman kali aja ada yang tau dimana tempat bersejarah di Depok. Sampai akhirnya ada seseorang yang mention ke twitter gue kalau dia dengan senang hati mau ngebantu. Ah seneng banget rasanya! Dari situ lah gue kenal sama yang namanya Nidi. Dia juga peserta #30HariKotakuBercerita dari Depok. Bertemulah kita, berdiskusilah kita dan bingunglah kita.

Alhamdulillah nya, di group Host Kumpul Kota saat itu Host Kumpul Kota Jakarta ngasih link tentang walking tour Depok. Googling lah gue tentang walking tour itu, tapi hasilnya yang ngadain walking tour itu udah bubar. Berbekal nyontek ide mereka, gue dan Nidi pun nge-arrange sendiri walking tour Depok—yang kemudian kita namakan Walking Tour Jelajah Depok. Kita gak berdua saat itu, ada Tika yang bantu bikin e-flyer Walking Tour Jelajah Depok dan Mutia yang bantu ngeguide selama acara berlangsung.



Sampailah pada hari H. 20 September 2015.


Sebagian peserta Walking Tour Jelajah Depok.
Setelah foto ini diambil, gubraaaakkkkkk cinderlila jatuh~~~ kecengklak dong sis hiks
Meeting point walking tour kita hari itu adalah Stasiun Depok Lama dengan peserta kurang lebih 15 orang, kita memulai walking tour tepat pukul 9 pagi dengan tujuan pertama yaitu Rumah Sakit Harapan. Rumah Sakit Harapan ini dulunya tempat bersejarah di Depok—ketika Belanda masih jadi tuan tanah. Di belakang rumah sakit tersebut dulunya merupakan gudang penyimpanan padi bagi para budak. Sedangkan di depan Rumah Sakit Harapan ini ada tugu bernama Tugu Cornelis Chastelein—ia merupakan orang Belanda yang datang ke Indonesia untuk bekerja pada VOC sekitar abad 16 yang setelah pensiun ia membeli tanah di pinggiran Jakarta yang sekarang bernama Depok dan mempekerjakan kurang lebih 150 budak dari berbagai wilayah.


Sayangnya Tugu Cornelis Chastelein tersebut sempat beberapa kali terhenti pembangunannya karna Pemkot Depok melarang pembangunan tugu tersebut karna beberapa alasan—salah satu alasannya karna Pemkot Depok menganggap bahwa Cornelis Chastelein adalah penjajah yang tidak patut dikenang.

Oh iya sebelum bercerita lebih jauh, kalian tau gak Depok itu ternyata adalah sebuah akronim?

DEPOK, De Eerste Protestante Organisatie van Christenen. Itulah asal muasal nama Depok. Dulu kala, Depok dimaksudkan untuk menjadi Padepokan Kristiani oleh Cornelis Chastelein.



Tujuan walking tour selanjutnya adalah Gereja Immanuel. Tapi sebelum ke Gereja Immanuel, kita sempat mampir ke salah satu rumah tua yang masih ditempati. Bapak pemilik rumah berbaik hati untuk menceritakan kalau rumah tersebut dulunya adalah rumah Belanda yang ketika kemerdekaan diserahkan kepada negara. Ia juga bercerita bahwa bentuk rumah tidak pernah ia ubah.



Di Gereja Immanuel, kita gak bisa masuk karna hari ini minggu dan sedang ada kebaktian. Sebelumnya, ketika survey lokasi, gue dan Nidi sempat masuk ke dalamnya. Di pintu-pintu samping gereja terdapat 12 marga Depok. Jangan kaget! Depok juga punya marga lho. Apa aja marga-marganya?

Bacas, Isakh, Jacob, Jonathans, Joseph, Laurens, Leander, Loen, Samuel, Soedira, Tholense dan Zadokh. Tapi sayangnya, marga Zadokh sudah tidak ada penerusnya karna keluarga ini tidak memiliki anak lelaki.

Dari Gereja Immanuel, kita lanjut ke YLCC yang letaknya gak jauh dari Gereja Immanuel. YLCC atau Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein adalah suatu yayasan yang didirikan oleh orang-orang asli Depok. Di sini kita diberi tau tentang sejarah Depok lebih jauh oleh Bapak Ferdi. Gue sebenernya gak nyangka banget beliau bisa meluangkan waktunya untuk jelasin sejarah Depok secara langsung, karna pas janjian by phone 1 minggu sebelum hari ini, awalnya beliau menolak karna ini adalah hari libur dan YLCC tidak buka. Tapi kemudian setelah dijelaskan maksud tujuan kita adalah untuk mengenal Depok lebih jauh, Bapak Ferdy & Ibu Suzana menerima kita dengan begitu hangat.


Di YLCC terdapat berbagai peninggalan-peninggalan Belanda terdahulu. Di kursi-kursi yang sedang kita duduki itu, dibelakangnya terdapat 12 nama marga Depok seperti yang ada di Gereja Immanuel. Bapak Ferdy & Ibu Suzana mengungkapkan bahwa mereka senang sekali masih ada yang ingin tau dengan sejarah Depok. Mungkin kalian tau nya umur Depok itu 18 tahun, tapi ternyata umur Depok sudah lebih dari 300 tahun, tapi lagi-lagi sayangnya Pemkot Depok tidak setuju untuk menghitung umur Depok dari awal sejak Cornelis Chastelein mendirikan Depok.

Peserta Walking Tour Jelajah Depok dengan Bapak Ferdy dan Ibu Suzana dari YLCC
Kalau sekarang ini Depok itu panas dan suka banjir, for your information, dulunya Depok merupakan wilayah yang sangat subur dan memiliki sistem pengairan yang canggih. Depok dulunya juga merupakan penghasil padi. Gak ada tuh yang namanya kelaparan dan kebanjiran di Depok. Pas denger ini, gue agak sedih sih. Cukup lama juga kita di YLCC, Bapak Ferdy dan Ibu Suzana menjelaskan begitu detail tentang Depok.

Tujuan selanjutnya dari walking tour Jelajah Depok adalah piknik asik di Lembah Gurame. Hayooo tau gak kalian kalau Depok juga punya Taman Kota? Ya walau saat ini baru punya Lembah Gurame, tapi ini buat gue adalah kemajuan. Oh iya, kalau sekarang ini sepenglihatan gue, Pemkot Depok lagi gencar bikin taman kota baru. Semoga segera bisa kita nikmati ya.
Lembah Gurame ini ada di Jalan Gurame Depok 1. Kalau mau ke sini, kalian bisa naik angkot 01 dari terminal atau stasiun Depok dan turun deh di Lembah Gurame. Lembah Gurame akan lumayan ramai kalau weekend. Gue—ketika masih tinggal di Depok 1—sering banget olahraga pagi hari minggu di sini.

Piknik Asik di Lembah Gurame
Di sini, kita duduk-duduk sambil cerita-cerita dan nikmatin Jus Belimbing. Kalian tau kan kalau Belimbing itu Ikon Kota Depok—yang walau terlupakan? Sebenarnya, awalnya gue kepengen banget walking tour ini diadain di Argowisata Belimbing di Sawangan Depok. Tapi pas gue survey ke sana, ternyata sudah tinggal nama. Bangkrut sis L sedih gue beneran sedih berhari-hari hiks… 

Karna keinginan gue buat piknik di Kebun Belimbing masih kuat, gue pun beberapa kali survey ke Kebun Belimbing yang ada di Depok. Tapi apa hasilnya? Nihil sis. Kebun Belimbing di Depok sekarang rata-rata diurus atau punya orang pribadi atau disewakan ke Koperasi Belimbing, Pemkot Depok gak ada punya lahan untuk membudidayakan Belimbing—gue bahkan sampai ke Ketua Asosiassi Belimbing Depok buat nyari tau ini. Pemkot Depok gak pernah benar-benar mengurus Ikon nya itu. Gue sedih lagi doooonggg pas tau. Yampun ini tuh sedihnya lebih sedih dibanding ditinggal mantan yang baru beberapa bulan putus eh nikah.



Buat gue, jadi Host Kumpul Kota Depok ini berkesan banget. Kalau bukan karna acara ini, gue gak akan tau banyak sejarah tentang kota kelahiran gue, kota yang ngebesarin gue, kota dimana orang yang gue sayang tinggal, kota yang menjadikan gue, Dalila, seperti saat ini. Ibarat Ibu, Depok pun berandil besar dalam membesarkan gue. Diluar dari kekurangannya, Depok masih jadi tujuan gue pulang. Depok masih jadi satu-satunya yang gue kangen ketika berada di kota lain.

Kamis, 19 Mei 2016

Cinderlila; Ulang Tahun!

0 komentar

Happy birthday, dalila nurqifthiyyah!

Iya jadi senin kemarin, dalila nya bertambah usianya. Berkurang lagi jatah hidupnya. Dua puluh lima tahun sudah. Gak kerasa banget, kayaknya baru aja kemarin gue tiup lilin di TK, baru aja kemarin gue terima KTP, lalu sekarang usia gue udah 25.

Lalu apa yang udah gue capai di usia yang kata orang golden age ini?

Kalau diliat kasat mata sih jawabnya gak ada. Gue masih gini-gini aja. Kuliah masih belum lulus, masih berstatus karyawan bukan mengkaryawankan dan satu yang direpotin banyak orang; masih single.

Iya, gak ada yang bisa dibanggain. Gitu juga awal pemikiran gue ketika 16 mei 2016 datang. Tapi, setelah dirunut lagi satu tahun belakang, ternyata ada banyak hal yang harus gue syukuri. Terlepas dari tiga hal tadi.

Satu tahun ini, ada banyak banget kenangan indah, pengalaman baru dan teman-teman baru yang gue dapet. Semua itu buat gue berkah yang akan selalu gue syukuri. Kalo dipikir lagi, gue gak akan pernah nyangka semua itu terjadi dalam satu tahun ini. Allah baik banget.

Lalu, apa yang gue harapin di usia 25 ini? Banyak. Tapi satu hal yang pasti, gue cuma berharap gue bisa lebih banyak bersyukur atas semua yang udah gue punya. Dibanding meminta lebih, gue cuma berharap semua yang udah ada bisa bikin gue jadi a better qifthi.

Let's face this year with positive energy!

Sabtu, 12 Maret 2016

Cinderlila; Doyan Bengong~

0 komentar
Sabtu, 12 Maret 2016.
00:32 Waktu Indonesia Bagian Cinderlila gak bisa tidur—lagi.

Sebelumnya mohon maaf ya kalau misalnya dari kalian—yang sengaja ataupun gak sengaja—mampir ke blog ini, lalu agak eneg—pake G biar makin eneg—tiap baca Cinderlila Cinderlila gitu. Eng….. anggap aja bantu ngedoain si Dalila nya cepet berubah jadi Cinderella yang akhirnya ditemukan oleh Pangeran dan hidup bahagia selama-lamanyaaaaaa.

Malam ini, yak lagi-lagi Cinderlila yang ini jadi saksi pergantian hari. Kalo Cinderella itu kan jam segini baru pulang ya abis dansa sama Pangeran, nah Cinderlila yang ini sih sebenernya udah gegoleran dibawah selimut tapi apa daya kantuk tak jua menyapa—bahkan ngantuk aja gak mau nyapa hello apa kabar Pangeran gue. Hiks.

Sebenernya ada yang mengganggu pikirian gue malam ini sampai terbitlah postingan ini. Kalian sering gak sih denger orang-orang di sekitar kalian ngomong gini

“Makanya jangan bengong.”

Setiap entah kalian tiba-tiba masuk ke selokan pas lagi jalan, jatuh dari kursi pas lagi makan, ketipu atau bahkan ‘ketempelan sesuatu’—plislah kalian ngerti maksud ini gak usah dijelasin lagi ya gue agak serem.

Nah itulah yang kejadian sama gue. Katanya gue kebanyakan bengong.

Tapi sebenernya gue masih agak bingung sama definisi bengong itu sendiri. Kalau menurut KBBI—serius ini gue sampe nyari.

Bengong;
Termenung (terdiam) seperti kehilangan akal (karena heran, sedih dan sebagainya)

Nah kalau yang dimaksud dengan bengong itu seperti yang dimaksudkan KBBI, udah pasti gue gak pernah ngalamin itu dong seharusnya. Seperti kehilangan akal, dari kalimat itu aja gue jelas-jelas masih punya akal dan bahkan ya ini isi otak kalau bisa diliat pasti kalian terheran-heran kenapa gak ada ruang kosong di situ. Semuanya penuh. Sibuk dengan tugasnya masing-masing. Bahkan saat gue ngetik ini, ada bagian diotak gue yang lagi repot mikirin nasip gue bulan depan—if you know what I mean.

Lalu kenapa setiap ada beberapa kejadian—aneh dan sedikit horror—yang gue alamin, pasti orang-orang di sekitar gue pertama kali responnya adalah “Elo sih kebanyakan bengong.”


Kan gue jadi bingung sendiri, sebenernya penyebab bengong tuh apa? Tandanya bengong tuh gimana? Bengong itu yang kayak gimana? Dan sesering itukah gue terbengong-bengong?

Sabtu, 05 Maret 2016

Cinderlila; Tentang dan Cara Apply Visa Korea Selatan

81 komentar
Sabtu, 5 Maret 2016.

Berhubung malam ini gak ada kerjaan, gak mood nonton drama—hidup gue dua mingguan ini udah penuh drama, cuma sendirian di kosan dan kemarin baru aja lega selega-leganya karna visa Korea akhirnya approved. Gue memutuskan buat sedikit sharing tentang pengalaman tentang visa Korea yang sungguh bikin sakit kepala dari beberapa bulan lalu. Kenapa? Coba aja kalian search di google, pasti banyak banget pengalaman-pengalaman dan rumor-rumor yang bikin takut bin mules gak kelar-kelar tentang visa Korea ini. Terutama tentang saldo tabungan yang mengendap. Jadi gue akan sedikit buka-bukaan tentang hal itu.

Gue dan dua teman berencana liburan ke Negeri Oppa-Eonni bulan April mendatang. Berbekal nekat dan Airasia promo bulan Juli 2015 lalu, kita akhirnya memutuskan untuk beli tiket PP Jakarta – Kuala Lumpur – Seoul – Kuala Lumpur – Jakarta seharga 2,9juta rupiah untuk keberangkatan 15 April 2016 dan kepulangan 22 April 2016. Murah? Iya lumayan. Eits, tapi jangan salah, tiket ini belum termasuk bagasi dan meal inflight. Kalian harus menambah 515ribu rupiah sekali jalan untuk bagasi 20kg. Tapi, gue sendiri memutuskan untuk tidak membeli bagasi saat pergi.

Tadinya gue berencana untuk apply visa bulan Maret pertengahan. Tapi karna dua teman gue mau apply visa di bulan February, jadilah gue ikutan.  Karna usut punya usut, kalau kalian ke Korea bareng teman-teman/keluarga, apply lah visa kalian pada saat yang sama. Setidaknya itu bisa bikin konsulatnya berpikir, ada yang bisa back-up kalian kalau amit-amit di sana terjadi sesuatu.

Mulai February pertengahan, kami bertiga sudah mulai menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan. Syarat-syaratnya bisa kalian baca di web Kedutaan Korea Selatan. Berkas yang gue kumpulkan antara lain :

1. Paspor Asli
Perlu kalian tau, passport gue adalah paspor 24 halaman. Yang pas bikin sampe ada drama antara gue dan petugas imigrasi Depok. Gue kekeuh mau bikin 24 halaman karna gue mikir gak akan habis juga paspor ini dalam waktu 5 tahun. Toh menurut web imigrasi, fungsi, derajat & masa berlaku antara 24 & 48 halaman sudah sama. Yang membedakan hanya jumlah halaman & tarifnya. Tapi ketika di kantor imigrasi Depok, gue sampai diharuskan bikin surat bermaterai yang menyatakan bahwa tidak akan menuntut imigrasi Depok jika gue ditolak masuk ke suatu negara, karena kata mereka paspor itu hanya untuk TKI. Hell to the O, gue gak paham kenapa info di web Imigrasi ini gak nyampe dan gak bisa dipahami sama petugas imigrasi Depok. Negara kita gini amat ya? Sesama petugas Imigrasi aja infonya gak nyampe. Hvft. 

2. Fotocopy Halaman Depan, Halaman Yang Ada Cap Negara-Negara Dan Halaman Belakang Paspor
Paspor gue hanya berisi cap dua negara tetangga; 1 kali Malaysia dan 3 kali Singapura. Paspor teman yang lain, hanya berisi 1 negara dan yang satu lagi masih bersih tanpa cap.

3. Fotocopy Kartu Keluarga

4. Formulir Aplikasi Visa
Untuk form aplikasi ini bisa di download di web kedutaan, berisi 5 lembar, diisi dengan huruf kapital dalam Bahasa Inggris dan ditandatangani.

5. Foto Terbaru
Fotonya berukuran 3,5 x 4,5 berlatar putih dengan wajah yang terlihat jelas. Jika kalian berhijab, usahakan hijab kalian tidak menutupi alis ya. Di tempel di formulir aplikasi visanya.

6. Surat Jaminan Dari Kantor
Surat ini gue buat berbahasa Inggris yang intinya menjelaskan bahwa benar gue adalah karyawan di perusahaan tersebut, perusahaan sudah tau gue berniat mengambil cuti untuk berlibur ke Korea Selatan dan akan menjamin gue tidak akan mencari pekerjaan di sana. Surat ini ditujukan untuk Head of Section Consulate Visa Section The Embassy of South Korea. Jangan lupa dengan kop surat dan cap perusahaan ya. Surat ini bisa digantikan surat pengangkatan jika kalian berstatus pegawai negeri—itu yang dipakai oleh salah satu teman gue saat apply visa. Jika kalian belum bekerja, kalian bisa mengganti surat ini dengan surat jaminan dari orang tua kalian, bisa ditandatangani di atas meterai.

7. Slip Gaji
Slip gaji asli tiga bulan terakhir. Slip gaji gue ada yang gajinya masih prorate karena gue baru pindah kerja. Jadi kalau denger kalian harus bekerja minimal 1 tahun di perusahaan, gak usah takut. Saat apply, gue baru 3 bulan bekerja di perusahaan sekarang.

8. Fotocopy SIUP
Bisa kalian minta ke HRD atau bagian legal di perusahaan kalian bekerja. Bilang aja untuk keperluan apply visa.

9. Print SPT 2014 & Tanda Terima E-Filling
Berhubung bukti potong untuk SPT 2015 belum keluar dan gue belum bisa lapor pajak, jadi gue pakai SPT 2014. Saat itu gue udah lapor pajak menggunakan E-Filling, jadi SPT nya bisa kalian print dari web e-filling. Dan gue juga menyertakan email tanda terima E-Filling.

10. Fotocopy Kartu Jamsostek
Kalau sekarang sih sebutannya BPJS Ketenagakerjaan, bisa kalian copy kartunya. ini gak wajib karena teman gue lainnya tidak punya. Tapi kalau kalian punya, bisa disertakan.

11. Surat Referensi Bank
Surat ini bisa kalian minta ke bank, bilang saja untuk keperluan visa. Gue sendiri pakai Bank BCA. Saat itu gue datang langsung ke kantor cabang pembuka rekening, tapi menurut Customer Servicenya, bisa dilakukan di cabang manapun tapi ada waktu tunggu paling lambat 3 hari dengan biaya 50ribu rupiah yang akan dipotong langsung dari tabungan kita. Jangan lupa membawa KTP, ATM dan buku tabungan. Disurat itu bisa kalian pilih mau dinyatakan nominal tabungan kita atau tidak. Dan gue memilih untuk menyatakan nominal tabungan. FYI, nominalnya adalah nominal pada tanggal kalian mengajukan. Teman gue yang lain, ada yang menggunakan BNI & Mandiri. Syaratnya sih sama, hanya waktu dan biayanya saja yang berbeda. Di Mandiri jadi hari itu juga dengan biaya 100ribu rupiah dan BNI jadi keesokan harinya dengan biaya 200ribu rupiah.

12. Rekening Koran
Nah ini nih yang bikin banyak drama. Drama tentang rekening koran ini udah bermula dari bulan November. Karena jika kami berencana apply bulan February, kami diharuskan untuk memiliki rekening koran bulan November, Desember dan January dengan saldo yang cantik. Sedangkan saat itu saldo gue di bulan November jelek sejelek-jeleknya. Gue emang udah bekerja tapi dengan status lagi kuliah dengan biaya sendiri, nabung adalah hal yang berat buat gue. Hiks. Tapi, senangnya salah satu teman yang ikut berangkat, berbaik hati meminjamkan saldonya untuk mengendap di rekening gue sementara mulai bulan Desember—ini bisa jadi jalan keluar buat kalian yang saldonya gak seberapa kayak gue. Tapi tetap aja itu gak serta merta bikin jumlah tabungan gue jadi 50juta seperti yang travel agent wajibkan—gue pernah telpon Panorama & Dwidaya, keduanya mengharuskan saldo mengendap minimal 50juta selama tiga bulan. 

Di bulan Desember & January saldo gue masih belum juga menjadi 2 digit di depan, baru di bulan February akhirnya bisa mengendap sebanyak 10juta koma sedikit. Pada saat cetak rekening koran, di bank gue meminta dicetakan rekening koran bulan November, Desember dan January. February belum bisa dicetak saat itu karena masih bulan berjalan. Jadi gue menyiasati dengan mencetak sendiri dari internet banking lalu meminta pengesahan dari Bank BCA. Ketika apply nya, yang gue lampirkan hanya bulan Desember, January dan February (hanya sampai tanggal 19) tapi tetap membawa rekening koran November jaga-jaga pihak keduataan meminta. Untuk dua teman gue yang lain, saldo di rekening mereka juga hanya berkisar 13juta – 16juta rupiah. Jadi jangan percaya kalau travel agent bilang saldo mengendapnya minimal 50juta. Karna ini Korea Selatan we are talking about, yang sama-sama masih Asia. Mungkin beda hal kalau kalian apply visa Eropa, Amerika atau Australia.

13. Asuransi Perjalanan
Ini sebenarnya gak ada dipersyaratan kedutaan, cuma gue lampirkan sebagai bukti gue serius untuk pergi berwisata ke negara mereka dan tidak akan menyusahkan negara mereka jika amit-amit terjadi suatu hal. Asuransi yang gue beli yaitu Axa Smart Traveller sebesar 300ribuan. Dua teman gue lainnya tidak menyertakan asuransi.

14. Fotocopy ID Card Kantor
Gue sendiri tidak menyertakan ini, dua teman gue lainnya menyertakan.

Setelah semua berkas lengkap, kami bertiga datang ke Kedutaan pada hari Jumat, 26 February 2016. Kami sampai jam setengah 9 dengan nomor antrian 11. Dan jam 9 kami sudah dipanggil untuk menyertakan ketiga berkasnya. Setelah diperiksa, tidak ada berkas yang kurang, kami membayar sebesar 560ribu rupiah untuk satu orang untuk visa kunjungan single. Setelahnya kami diberi bukti pembayaran dan diberi tau perkiraan tanggal jadi yaitu 4 Maret 2016. Kami pulang dengan harap-harap cemas yang lebih kepasrah disetujui atau tidak disetujui sampai tanggal 4 Maret tiba.

Sebelumnya kami diberi tau untuk menelpon terlebih dulu tanggal 4 Maret diatas pukul 10 untuk menanyakan bagaimana status visa kami. Tapi jam 10 kami diberi tau bahwa visa masih proses dan bisa menelpon lagi jam 2 siang. Karena penasaran, akhirnya jam 1 kurang 15 gue memutuskan untuk mengecek melalui web Visa status visa kami. Daaaaaannnnnnnn yeeeaaaaayyyyyy!! Pihak Kedutaan Korea Selatan sepertinya membaca surat yang gue pernah tulis dalam rangka #30HariMenulisSuratCinta awal February lalu—oke gak usah dibahas lagi tentang surat surat cinta apalah itu daripada hidup gue drama lagi. Yang penting adalah visa kami bertiga approved!!! Jam 2 gue menelpon kedutaan untuk menanyakan apakah visa sudah bisa diambil, ternyata sudah bisa diambil dari jam 2 – 4 sore.

Korea Selatan,
See you soon~~~ wish us have a safe flight and have a fun trip—dan ketemu Oppa kesukaan kami—ya!

Salam,
Dalila.

Ps: Jika ada yang ingin ditanyakan atau ingin meminta contoh pengisian formulir aplikasi dan contoh surat jaminan kantor, tinggalkan saja email kalian. Akan gue kirimkan contohnya.


Update:
Sesuai dengan pengumuman yang tertera pada web kedutaan Korea Selatan, ada tiga perubahan yaitu:
1. Per tanggal 17 Oktober 2016, SPT dan rekening koran tabungan 3 bulan terakhir beserta surat referensi bank menjadi wajib untuk disertakan. Jika tidak memiliki SPT, harus melampirkan surat pernyataan yang menjelaskan alasan tidak memiliki SPT.
2. Per tanggal 11 Juli 2016, pengalaman mengunjungi negara OECD (seperti Jepang) tidak menjadi persyaratan mendapatkan multiple visa. 
3. Per tanggal 1 Mei 2016, meskipun telah memiliki visa Jepang, kita tidak dapat lagi mendapatkan bebas visa transit di Korea Selatan selama 30 hari. Jika ingin mengunjungi Jepang-Korea, maka diharuskan untuk memiliki dua visa negara tersebut.
4. Per 2 Maret 2018, untuk mempersingkat waktu pengajuan maka dokumen harus disusun sesuai ketentuan di link berikut ini
5. Per April 2018, sesuai info dari kedutaan berikut ini pengajuan aplikasi visa harus dilakukan secara pribadi dan tidak bisa diwakili oleh orang lain (kecuali ada hubungan keluarga dan berpergian bersama) Jika kalian tidak berada di Jabodetabek atau tidak bisa datang sendiri ke Kedutaan untuk menyerahkan berkas, maka kalian WAJIB apply pengajuan visa di Travel Agent yang terdaftar dan ditunjuk oleh Kedutaan. List Travel Agent yang ditunjuk dapat dilihat di sini
6. Per 9 April 2018, Kedutaan mengubah cara pembayaran pengajuan visa. Jika sebelumnya, pembayaran hanya by cash di loket pada saat pengajuan, mulai 9 April pembayaran pengajuan visa hanya dapat dilakukan di KEB Hana Bank sesuai info dari Kedutaan berikut ini


Note:
Teman-teman yang sudah membaca postingan ini dan ada yang ingin ditanyakan, bisa langsung mengirimkan pesan ke email berikut ini. Dikarenakan saya khawatir tidak dapat mengecek kolom komentar. Mohon maaf kepada semuanya yang sudah bertanya di kolom komentar tetapi tidak kunjung saya respon dan baru hari ini (08 April 2018) saya log-in ke blog ini lagi. Terima kasih! 

Selasa, 16 Februari 2016

Arina Nur Dina

0 komentar

Hai, Kak!

Ih aneh banget gitu ya nerima surat gini? Apalagi kalau tau surat ini surat cinta. Dan sampai detik surat ini terkirim juga kita masih saling membalas pesan. Tak apa, anggap saja surat ini pemanasan sebelum Kak Arin benar-benar dapat surat cinta dari seseorang.

Sampai surat ini dikirimkan, sebenarnya aku masih heran kenapa kita bisa jadi deket. Dulu ya aku inget banget waktu Kak Arin masih jadi tutor di Lab Pajak. Yampun galaknya bikin aku kesyel~ lalu ternyata aku pun begitu katanya galak pas jadi tutor hiks... Kayaknya udah hampir 3 tahun ya kita nonton konser bareng dan akhirnya jadi suka ketemuan cuma buat ngobrolin hal gak jelas dan bahkan jalan-jalan hemat untuk hilangin penat.

Dari 3 tahun itu, walau kadang aku ngeselin ya? Suka sensi gak jelas. Suka ngomel-ngomel sendiri hehehe sorry my bad ㅠ ㅠ tapi sungguh aku happy banget bisa punya sesosok kakak, yang bisa aku jadiin tempat curhat, tempat ngeluapin kebahagiaan aku karna didadahin Yonghwa, tempat aku belajar banyak hal. Termasuk cara Kak Arin sayang sama keluarga Kak Arin.

Aku, sebagai seorang sulung, yang kadang lelah karna mau gak mau suka gak suka emang akan jadi tumpuan keluarga, aku banyak belajar dari Kak Arin. Cara Kak Arin mensyukuri hidup, bekerja walau ditekan banyak pihak, tetap kuat walau banyak yang nyinyir, aku suka. Aku bersyukur banget aku bisa dekat sama Kak Arin, karna akhirnya aku nemu sesosok yang bisa aku jadiin contoh untuk jadi seorang kakak yang baik.

Kak,
Melalui surat ini aku cuma ingin bilang, Kak Arin harus selalu jadi diri Kak Arin sendiri. Terus melangkah Kak dengan tegap tapi tetap rendah hati seperti Kak Arin yang aku kenal. Jangan takut dan sedih sama semua omongan orang tentang Kak Arin. Aku percaya, banyak banget orang-orang disekitar Kak Arin yang bersyukur bisa kenal, jadi bagian hidup Kak Arin dan sayang sama Kak Arin.

Kak,
Jangan pernah berkecil hati jika kita masih harus berjalan seorang diri. Jangan pernah merasa sepi. Percaya deh Kak, setiap langkah Kak Arin selalu ramai doa dari orang-orang yang sayang sama Kak Arin. Jika ada saatnya Kak Arin lelah, jangan pernah sekalipun berpikir untuk menyerah Kak. Aku percaya, peluk hangat orang-orang yang sayang sama Kak Arin akan terus menguatkan.

Kak,
Aku sok banget ya nulis kayak gini? Hehehe. Uhm juga, maafin ya kalau kadang aku nyebelin dan ngambekan luar biasa. Namanya juga Dalila. Hehehehe. Tapi beneran deh, aku bersyukur banget bisa kenal Kak Arin.

Semangat ya Kak!

Salam,
Dalila.

Kamis, 11 Februari 2016

Kepada Tetangga Sebelah

0 komentar
Sebelumnya maafkan jika sejak kepindahanku ke sini, aku jarang sekali berbagi cerita atau bahkan hanya sekedar untuk bertukar sapa. Mungkin akan dikira aku sombong, tidak mau bergaul dan semacamnya. Tapi sungguh bukan maksudku seperti itu. Jarak kantor dan kontrakan ini memang hanya 500 meter, hanya perlu 10 menit jalan kaki--itu pun jika aku berjalan santai.

Tapi ruteku tidak hanya kontrakan - kantor - kontrakan. Tiga dari lima hari kerja, ruteku bertambah menjadi seperti ini, kontrakan - kantor - kampus - kontrakan. Jika ruteku sudah seperti itu, seketika aku menjadi saingan Cinderella. Melangkahkan kaki ke dalam rumah ketika jam menunjukkan pukul 12. Mungkin saat itu kamu sudah berdansa bersama pangeranmu di dunia mimpi. Aku iri. Aku bahkan tak pernah bertemu pangeranku saat berada di sana. Terlalu lelah untuk mencarinya di sana.

Esok harinya, memang kita sama-sama akan bangun ketika subuh berkumandang. Tapi mungkin kamu tidak akan menemukan aku menjemur pakaian atau ikut berbelanja sarapan di depan. Aku memang memilih untuk kembali membenamkan diri di balik selimut. Sepasang mata yang kupunya ini tidak rela jika harus terbuka sebelum genap 6 jam ia beristirahat. Harap maklum ya, beginilah tetanggamu. 

Oh iya kamu juga pernah bertanya, kenapa aku tak pernah terlihat ketika akhir pekan? 

Kamu tau, ini adalah bulan pertamaku memilih untuk tinggal jauh dari kedua orang tua. Aku tidak pernah suka berada jauh dengan mereka. Maka jika akhir pekan tiba, aku memilih pulang ke rumah untuk sekedar melihat wajah mereka. Mungkin setelah bulan kedua, aku sudah merasa terbiasa dan tak lagi merasa aneh ketika jauh dari mereka, aku bisa memilih menghabiskan waktu bersama kalian di akhir pekan. Sekali lagi, harap maklum ya. Sungguh aku juga ingin bisa menghabiskan waktu bersama kalian. 

Hey tapi, jangan ragu untuk mengetuk pintuku jika kalian butuh sesuatu. Pintuku terbuka lebar jika aku bisa membantu. Karna aku percaya, keluarga terdekat adalah tetangga sebelah rumahmu, bukan begitu?

Rabu, 10 Februari 2016

Senyum dari Jakarta

0 komentar

Pagi ini mentari bersinar begitu cantik. Angin berhembus tak terburu-buru, desahnya begitu menenangkan hati. Aku terpaku di suatu sudut ibu kota, melihat begitu banyak orang tergesa-gesa. Tidakkah mereka juga merasa? Pagi ini Jakarta begitu indah.

Aku masih di tempat semula, berdiri di bahu jalan samping lampu merah. Sesekali menutup wajah karena asap dimana-mana. Beberapa kali memalingkan wajah, mencari penyebab klakson bersuara.

Di tempatku berdiri ini, begitu sepi. Tak banyak mereka berlalu-lalang lewat sini. Tak banyak terdengar langkah kaki, mereka lebih memilih deru-deru mesin sebagai pengganti. Tak banyak senyum dari sesama, mereka lebih memilih klakson bersuara sebagai pengganti sapa.

Langit begitu cerah, namun mentari tak langsung sampai menyilaukan wajah. Sinarnya terhalang gedung-gedung yang berdiri begitu gagah. Ku perhatikan beberapa wajah, tak secerah seharusnya. Setumpuk kertas mereka bawa, seraya mengumpat beberapa nama.

Aku masih di tempat semula. Sampai akhirnya didekati beberapa bocah, bernyanyi lagu dengan musik ciptaan mereka. Wajahnya terlihat ceria, walau hanya beberapa keping logam yang mereka terima. "Makasih, kak!" Katanya, seraya memberi senyum paling indah.

Dan seketika, senyumku pun merekah dalam wajah. Dari mereka yang kerap dianggap rendah, oleh banyak mata warga Jakarta.

Selasa, 09 Februari 2016

Ibu

0 komentar

Dia bukan seorang dokter, tapi pelukannya menjadi obat termujarab.

Dia bukan seorang perawat, tapi selalu memastikan kami terawat. 

Dia bukan seorang guru, tapi yang pertama kali memberi kami ilmu. 

Dia bukan seorang pujangga, tapi karnanya kami mengenal cinta. 

Dia bukan seorang juru masak, tapi karnanya kami mampu membedakan rasa. 

Dia bukan seorang pilot, tapi melalui doanya ia biarkan kami terbang. 

Dia bukan seorang penjaga, tapi yang selalu rela terjaga. 

Dia bukan seorang penyiar, tapi karnanya kami merasa didengar. 

Dia bukan seorang jurnalis, tapi selalu jadi yang pertama menantikan kami bercerita. 

Dia bukan seorang pengacara, tapi tak ragu untuk membela. 

Dia bukan seorang hakim, tapi selalu berjuang demi keadilan kami. 

Dia bukan seorang motivator, tapi yang selalu dan akan tetap percaya kami bisa. 

Dia bukan seorang pemuka agama, tapi melalui hatinya kami percaya keberadaan-NYA. 

Dia hanya wanita biasa, tapi bukan hanya seorang ibu melainkan segalanya.

Minggu, 07 Februari 2016

Yooooonggggg~~~~

0 komentar

Dear Yonghwa,

Surat ini ditulis jam 2:40 AM waktu Dalila bagian galau tak berkesudahan.

Surat ini surat ke delapan dan surat bertema pertama. Tema nya Pacarku Superstar. Ya walau kamu bukan pacarku, tapi dari dulu kan aku emang udah sering ngaku-ngaku jadi istri kamu jadi sepertinya kamu layak Yong menerima surat cinta akuh~~~ ♡

Yooooonggg~~~
Hari ini mama ulang tahun. Kita nyanyiin selamat ulang tahun dulu yuk buat mamaku yang suka ngedumel kalo ngeliat aku seharian di kamar sampe lupa makan cuma buat nontonin kamu di layar 14 inch. Mana cepet ambil gitarnya.

1, 2, 3!

🎤🎸 Saengil Chukahamnida 🎶🎶 Saengil Chukahamnida 🎶🎶 Saranghaneun Uri Eomma 👵👵 Saengil Chukahamnida 🎶🎶

Doain mamaku agar tetap sehat dan bahagia selalu ya Yong. Karna walau mama suka ngedumel kalo aku udah keasikan sama kamu, tapi mama yang gak pernah ngelarang aku terbang ke negara tetangga cuma buat nonton konser kamu.

Yoooonggg~~~
Boleh minta tolong? Bisa tolong kurangin sedikit pesona kamu? Bukan apa-apa, cuma takut aku jadi makin sering kayak orang gila senyam senyum ketawa ketiwi sambil mandangin kamu seliweran di media sosial. Ya mending sih kalau kamu tau aku yang mana. Ini mah, yampuuuuunnn aku cuma remah-remah di kaleng kue lebaran tahun lalu. Itu juga kalo kalengnya gak dibuang mama.

Yooooonggg~~~
Tau gak kenapa aku suka kamu banget? Kamu tuh ngingetin aku sama seseorang kalo lagi pecicilan megang gitar lalu nyanyi dengan suaramu yang tinggi banget itu. Seseorang itu dulu pecicilan banget, suka ngejailin aku, ngumpetin sepatu aku, ngegodain rambut aku yang dulu keriting kayak ramyun sampe akhirnya aku lurusin gegara kesel. Huh! Dia dulu jangankan main gitar, nyanyi aja gak bisa sebenernya. Tapi entah dia betapa dimana, setelah 5 tahun berlalu pas tau-tau aku gak sengaja ketemu lagi sama dia yampuuuuuun Yoooooongggg............ luluh lantah seketika hatiku 💕💕💕💕💕

Yooooonggg~~~
Tiap nyebut atau denger nama kamu, Yonghwa. Juga selalu ada satu orang yang aku inget. Dia pernah bilang aku ngaku-ngaku jadi istri dia gitu karna aku ngaku-ngaku jadi istri Yonghwa. Katanya dia 11-12 sama kamu gitu. Eh tapi aku suka sih. Maksudku, aku tetep sukanya sama kamu. Abis dia gitu sih Yoooonggg, gak pernah nganggep aku kayaknya. Mending sama kamulah aku jadi remah-remah di kaleng kue lebaran tahun lalu juga rela, kamu masih mau inget sama aku tiap kamu dapat penghargaan. (Maksudnya mah padahal inget sama Boice--nama fanclub CNBlue Bandnya Yonghwa)

Yooooonggg~~~
Sabtu depan kita jumpa! Yeay! Tunggu aku di Negeri Singa. Aku gak sabar banget! Udah duatahun nih sejak terakhir aku akhirnya ketemu kamu. Karna kali ini aku mesti segala terbang buat ketemu kamu, boleh dong kalo aku foto bareng kamu? Boleh dong boleh dong boleh dong? Atau kalau gak boleh, bisa dong kamu wish me a happy marriage? Kamu jangan sedih. Walau aku bukan nikah sama kamu, nanti aku panggil suami aku Yoooonggg bukan Yang. Jadi kan aku tetep istrinya Yooooongggg.....Hwa 🙈🙈🙈

Yoooongggg~~~
Ini paragraf terakhir aku. Soalnya aku udah ngantuk dan balon yang aku taruh di kamar mama udah pecah padahal gak ada orang di situ. Yooonggg~~~ thank you for being my mood booster. Thank you for being my Energy. Thank you for always give me one fine day.

Salam,
Yang hobi ngaku-ngaku jadi istri kamu, Cinderlila.

Note: kalau kamu gak ngerti bacanya, kamu buka google translate, copy paste di situ pilih Indonesia --> Korea. Kalau gak ngerti juga, biar ku kasih tau intinya; 사랑해~~~ ♡♡♡♡

Jumat, 05 Februari 2016

Gadis Bulan Mei

0 komentar

Mei, 25 tahun lalu.

Hari itu malaikat ramai ramai berdoa untuk setiap urat yang tertarik pada tubuh wanita yang dalam hitungan detik kan dipanggil Ibu. Detik itu malaikat pun cemas siapa yang kan bertugas selanjutnya, Izrail kah atau Mikail kah?

Detik berlalu. Suara tangis riuh dari balik pintu, hari itu malaikat Mikail bertugas. Membawa rezeki untuk sepasang manusia yang telah resmi dipanggil Ayah dan Ibu. Semua yang sedaritadi menunggu tak perlu diperintah, ramai ramai mengucap syukur pada Sang Kuasa.

Satu lagi gadis mungil menjadi penghuni bumi. Dengan tangis yang lantang ia seakan berjanji pada Sang Pencipta untuk menjadi pemberat pahala bagi kedua orang tuanya. Seorang pria dengan gagah melantunkan kumandang adzan pada telinga mungil buah cintanya, menyelesaikan kewajiban pertamanya sebagai seorang ayah.

Tak ada wanita yang lebih bahagia hari itu dibanding wanita yang tengah mendekap hangat gadis mungilnya. Tetes air mata yang mengalir di pipinya seakan berkata mulai detik itu kan ia pastikan gadisnya berbahagia. Langit menggenapkan kebahagiaan hari itu dengan menghujani mereka doa-doa dari para malaikat.

25 tahun berlalu,

Gadis mungil itu tumbuh menjadi wanita yang tengah berusaha menjadi dewasa di usia yang kan genap seperempat abad. Ia tumbuh dengan kasih dari sekelilingnya. Walau luka tersisip di dalamnya. Tak jarang ia bertanya makna cinta yang Tuhan nya janjikan. Mengapa perih yang ia rasakan? Bukankah cinta seharusnya berbahagia?

Tapi, Tuhan nya sungguh luar biasa. Dari tubuh mungil itu, IA kuatkan kakinya untuk tetap melangkah. IA lapangkan dadanya agar siap menerima semua rasa. IA meriahkan pikirannya untuk tutupi jika sepi hatinya. IA ukir senyum termanis untuk kelabui derai tangisnya.

Duapuluhlima tahun kini usianya. Entah sudah berapa kali ia terjatuh dan terluka dengan satu hal yang sama. Cinta. Entah berapa juta kali doa yang ia panjatkan tuk benar-benar dicintai. Entah berapa juta kali ia menagih janji Tuhan yang kan membuatnya merasa dicintai. Tak ada yang Tuhan nya jawab.

Tidak. Tuhan nya sudah memberi jawaban. Jawaban yang sama seperti duapuluhlima tahun lalu. Ia dicintai melalui air susu dari tubuh Ibunya. Ia dicintai dari jerih keringat Ayahnya. Ia dicintai dari peluk hangat saudaranya. Ia dicintai dari lembut jemari sahabatnya kala menghapus airmatanya. Ia dicintai dari doa pria dalam tiap sujud yang meminta Tuhan menjaganya sampai waktu benar-benar tepat tuk mempertemukannya.

Tuhanmu sungguh benar-benar menepati janjinya.

Kamis, 04 Februari 2016

Bantu Aku Menjawabnya

0 komentar

Dear,
Selamat hari jadi keduapuluhenam.

Sebelumnya, maafkan jika aku tak berkabar beberapa hari ini. Aku baik-baik saja. Aku pun masih ingat untuk solat lima waktu, untuk makan tiga kali sehari tapi rupanya kantukku juga hanya datang tiga jam dalam beberapa hari ini.

Beberapa hari ini, ada sesuatu yang menggangguku. Sesuatu itu kerap kali berteriak lantang hingga aku pengang. Menanyakan sesuatu yang seharusnya bisa aku jawab juga dengan lantang. Namun tak ada yang mampu terucap. Jika sudah seperti itu, ia lantas tertawa seakan mengolokku.

Saat itu, aku pikir air mata mungkin bisa menghanyutkan semuanya. Tapi, Dear, bagaimana bisa tak ada satu tetespun yang mau keluar? Bukankah ini salah? Aku harus bagaimana?

Dear,
Bahagiakah kamu memilikiku? Bantu aku menjawabnya agar ia diam.

Rabu, 03 Februari 2016

Nila

0 komentar
Dahulu kala, ada seorang gadis kecil bernama Nila. Nila tak memiliki seorang teman pun di Desanya. Ia tak pernah percaya diri untuk bergaul di lingkungannya. Ia hanya mampu melihat teman sebayanya bermain dari balik jendela kamarnya. Dari balik jendela kamarnya, sering kali ia ikut tertawa melihat tingkah teman-temannya. Mungkin tak tepat untuk menyebut mereka teman-temannya, karna bahkan mereka tak pernah tau akan keberadaan Nila. Tak apalah mungkin pada kehidupan selanjutnya mereka benar-benar bisa menjadi temannya. Itulah yang ada dipikiran Nila.

Nila adalah gadis mungil dengan paras cantik. Namun ada satu perbedaan yang menjadikan ia seperti ini, menjauh dari lingkungan dan tak ingin bergaul. Walau bukan itu yang hatinya inginkan. Begitu pula orang tuanya. Tak jarang orang tua Nila juga menangis mendapati Nila ikut tertawa dari balik jendela kamarnya ketika teman sebayanya bermain.

Jangan dikira tak ada yang orang tuanya lakukan agar Nila memiliki teman. Segala doa dan usaha telah orang tuanya lakukan. Namun tak ada yang bisa mengalahkan ketakutan Nila karna perbedaannya. Tak seperti yang lainnya, Nila memiliki kulit berwarna Nila jika terkena sinar matahari. Itulah penyebab Nila tak percaya diri. Dan itulah mengapa orang tuanya menamainya Nila.

Sampai suatu ketika, banyak peri berdatangan ke Desa mereka. Peri-peri itu membawa serta anak-anaknya. Terdengar kabar ada monster menyerang Desa para peri. Ketika para ayah peri berperang melawan monster, ibu peri beserta anak-anaknya mencari tempat berlindung yang aman. Kala itu, hanya Desa tempat tinggal Nila lah yang menyambut hangat para peri tersebut.

Hari itu, Nila sedang asik melihat teman-temannya bermain bersama empat anak peri dari balik jendela kamarnya. Ia kaget luar biasa ketika tanpa Nila duga, anak para peri itu mengahmpiri jendela kamarnya dan berkata "Mengapa ia berwarna nila? Cantik sekali." Lantas keesokan harinya, empat anak peri itu datang ke rumahnya. "Ibu, ijinkan kami bertemu anak Ibu, kami ingin berteman dengannya." Ucap salah satu diantara mereka pada Ibu Nila.

Nila pada awalnya ragu. Ia takut anak-anak peri itu hanya akan mengejek warna kulitnya. Namun mereka tak menyerah, setiap hari mereka datang ke rumah Nila membawakan mainan yang berbeda setiap harinya. "Nila, ayo bermain bersama kami." "Nila, ayo ikut kami jalan-jalan." "Nila, kenapa kamu tidak menjawab? Nila kami tidak akan menyakitimu percayalah." Anak para peri itu tidak menyerah. Nila pun akhirnya luluh dan untuk pertama kalinya ia memberanikan diri bermain bersama anak lainnya.

"Mengapa kamu ingin berteman denganku? Aku ini kan aneh. Kulitku berwarna nila. Tidak seperti anak-anak lainnya." Tanya Nila suatu waktu.

"Mengapa kamu bertanya seperti itu?" Tanya Riana, salah satu dari empat anak peri itu.

"Jika seperti itu lantas kenapa kamu juga mau berteman dengan kami?" Ayra bertanya balik.

"Kami juga berbeda. Kamu tau? Kenapa kami selalu memakai topi? Karna kami tidak memiliki rambut sepertimu." Tiara menjelaskan seraya tertawa.

"Jika di dunia ini semuanya sama, kamu gak akan tau indahnya pelangi. Bukankah pelangi ada karna hujan bertemu dengan matahari? Mereka berbeda tapi menciptakan sesuatu yang indah. Begitu juga persahabatan." Isti menjelaskan lalu memeluk Nila yang diikuti Riana, Ayra dan Tiara.

Hari itu, untuk pertama kalinya, Nila menangis. Bukan karna terluka, tapi Ia bahagia luar biasa memiliki teman yang menerimanya apa adanya.

Senin, 01 Februari 2016

Surat 15 Menit; Dear A

0 komentar

Iya, seperti judulnya surat ini hanya akan menyita waktumu 15 menit. Jadi aku harap kamu bersedia membacanya. Sebentar hanya 15 menit, kujamin.

Dear A,
Beberapa tahun lalu, ingatkah kamu pernah mendapatkan surat seperti ini?
Beberapa tahun lalu, surat itu kutulis dengan sejuta rasa ingin tau tentangmu.
Beberapa tahun lalu, surat itu adalah caraku untuk tetap berada di dekatmu.
Beberapa tahun lalu, surat itu satu-satunya pelipur laraku.
Beberapa tahun lalu, ketika surat itu terbalaskan, aku melonjak girang tak terkira.

Dear A,
Beberapa tahun setelah itu, percayakah jika aku katakan menulis surat untukmu masih menjadi kegiatan favorite-ku?
Aku terima jika kamu tak percaya.
Karna nyatanya memang beberapa tahun setelah itu, surat itu tak pernah lagi kusisipkan di bawah pintu rumahmu.

Beberapa tahun setelah itu, bagaimana jika aku katakan surat itu kutulis bukan lagi karna rasa ingin tauku namun rasa ingin memilikimu?
Aku terima jika kamu tak peduli.
Karna nyatanya memang beberapa tahun setelah itu, kamu tak lagi peduli akan keberadaan surat itu meski beberapa kali kamu melihat surat itu kutulis di depan halaman rumahku.

Beberapa tahun setelah itu, bagaimana jika aku katakan surat itulah penyebab hatiku membeku?
Aku terima jika kamu tak terima.
Karna nyatanya memang sedari awal, kamu tak pernah menyertakan hatimu di surat itu.

Dear A,
Jika kini kutulis lagi surat untukmu, tak perlu ragu membaca surat ini.
Tak perlu juga terbebani saat membacanya.
Karna bersama surat ini, kurelakan semua rasa inginku padamu.

Minggu, 31 Januari 2016

Januari

0 komentar

Januari,

Ah, rasanya baru kemarin kamu datang dan menyapaku dengan berjuta harap yang baru. Namun hari ini hari terakhirmu menemaniku. Aku tak tau bagaimana harus mengantarmu pergi. Aku tak pandai mengucap selamat tinggal dengan baik. Kamu pasti tau bagaimana perpisahan yang selama ini aku lalui. Selalu mengores hati.

Tapi kali ini denganmu aku ingin mengucap salam perpisahan tanpa ada yang tersakiti.
Januari,

Terima kasih untuk semua harap dan asa yang selalu kamu bawa ketika kamu datang.
Kedatanganmu bagiku adalah hal yang sangat dinanti.
Kedatanganmu bagiku selalu menjadi cambuk untuk menjadi lebih baik.
Kedatanganmu bagiku selalu menjadi pertanda bahwa hidupku harus ada perubahan.
Kedatanganmu bagiku adalah pertanda ada banyak hal yang harus aku ikhlaskan.
Kedatanganmu bagiku adalah sebuah peringatan bahwa kesedihan tak boleh aku peluk terus-menerus.
Kedatanganmu bagiku adalah harapan yang baru.
Kedatanganmu bagiku adalah kepercayaan bahwa kebahagiaan akan terus datang dan tak akan pernah lekang.

Januari,

Terima kasih.
Datanglah kembali.
Aku berjanji, dikedatanganmu kelak akan aku tunjukkan cinta yang selama ini kamu pertanyakan.

 

cinderlila's diary Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template