Selasa, 16 Februari 2016

Arina Nur Dina

0 komentar

Hai, Kak!

Ih aneh banget gitu ya nerima surat gini? Apalagi kalau tau surat ini surat cinta. Dan sampai detik surat ini terkirim juga kita masih saling membalas pesan. Tak apa, anggap saja surat ini pemanasan sebelum Kak Arin benar-benar dapat surat cinta dari seseorang.

Sampai surat ini dikirimkan, sebenarnya aku masih heran kenapa kita bisa jadi deket. Dulu ya aku inget banget waktu Kak Arin masih jadi tutor di Lab Pajak. Yampun galaknya bikin aku kesyel~ lalu ternyata aku pun begitu katanya galak pas jadi tutor hiks... Kayaknya udah hampir 3 tahun ya kita nonton konser bareng dan akhirnya jadi suka ketemuan cuma buat ngobrolin hal gak jelas dan bahkan jalan-jalan hemat untuk hilangin penat.

Dari 3 tahun itu, walau kadang aku ngeselin ya? Suka sensi gak jelas. Suka ngomel-ngomel sendiri hehehe sorry my bad ㅠ ㅠ tapi sungguh aku happy banget bisa punya sesosok kakak, yang bisa aku jadiin tempat curhat, tempat ngeluapin kebahagiaan aku karna didadahin Yonghwa, tempat aku belajar banyak hal. Termasuk cara Kak Arin sayang sama keluarga Kak Arin.

Aku, sebagai seorang sulung, yang kadang lelah karna mau gak mau suka gak suka emang akan jadi tumpuan keluarga, aku banyak belajar dari Kak Arin. Cara Kak Arin mensyukuri hidup, bekerja walau ditekan banyak pihak, tetap kuat walau banyak yang nyinyir, aku suka. Aku bersyukur banget aku bisa dekat sama Kak Arin, karna akhirnya aku nemu sesosok yang bisa aku jadiin contoh untuk jadi seorang kakak yang baik.

Kak,
Melalui surat ini aku cuma ingin bilang, Kak Arin harus selalu jadi diri Kak Arin sendiri. Terus melangkah Kak dengan tegap tapi tetap rendah hati seperti Kak Arin yang aku kenal. Jangan takut dan sedih sama semua omongan orang tentang Kak Arin. Aku percaya, banyak banget orang-orang disekitar Kak Arin yang bersyukur bisa kenal, jadi bagian hidup Kak Arin dan sayang sama Kak Arin.

Kak,
Jangan pernah berkecil hati jika kita masih harus berjalan seorang diri. Jangan pernah merasa sepi. Percaya deh Kak, setiap langkah Kak Arin selalu ramai doa dari orang-orang yang sayang sama Kak Arin. Jika ada saatnya Kak Arin lelah, jangan pernah sekalipun berpikir untuk menyerah Kak. Aku percaya, peluk hangat orang-orang yang sayang sama Kak Arin akan terus menguatkan.

Kak,
Aku sok banget ya nulis kayak gini? Hehehe. Uhm juga, maafin ya kalau kadang aku nyebelin dan ngambekan luar biasa. Namanya juga Dalila. Hehehehe. Tapi beneran deh, aku bersyukur banget bisa kenal Kak Arin.

Semangat ya Kak!

Salam,
Dalila.

Kamis, 11 Februari 2016

Kepada Tetangga Sebelah

0 komentar
Sebelumnya maafkan jika sejak kepindahanku ke sini, aku jarang sekali berbagi cerita atau bahkan hanya sekedar untuk bertukar sapa. Mungkin akan dikira aku sombong, tidak mau bergaul dan semacamnya. Tapi sungguh bukan maksudku seperti itu. Jarak kantor dan kontrakan ini memang hanya 500 meter, hanya perlu 10 menit jalan kaki--itu pun jika aku berjalan santai.

Tapi ruteku tidak hanya kontrakan - kantor - kontrakan. Tiga dari lima hari kerja, ruteku bertambah menjadi seperti ini, kontrakan - kantor - kampus - kontrakan. Jika ruteku sudah seperti itu, seketika aku menjadi saingan Cinderella. Melangkahkan kaki ke dalam rumah ketika jam menunjukkan pukul 12. Mungkin saat itu kamu sudah berdansa bersama pangeranmu di dunia mimpi. Aku iri. Aku bahkan tak pernah bertemu pangeranku saat berada di sana. Terlalu lelah untuk mencarinya di sana.

Esok harinya, memang kita sama-sama akan bangun ketika subuh berkumandang. Tapi mungkin kamu tidak akan menemukan aku menjemur pakaian atau ikut berbelanja sarapan di depan. Aku memang memilih untuk kembali membenamkan diri di balik selimut. Sepasang mata yang kupunya ini tidak rela jika harus terbuka sebelum genap 6 jam ia beristirahat. Harap maklum ya, beginilah tetanggamu. 

Oh iya kamu juga pernah bertanya, kenapa aku tak pernah terlihat ketika akhir pekan? 

Kamu tau, ini adalah bulan pertamaku memilih untuk tinggal jauh dari kedua orang tua. Aku tidak pernah suka berada jauh dengan mereka. Maka jika akhir pekan tiba, aku memilih pulang ke rumah untuk sekedar melihat wajah mereka. Mungkin setelah bulan kedua, aku sudah merasa terbiasa dan tak lagi merasa aneh ketika jauh dari mereka, aku bisa memilih menghabiskan waktu bersama kalian di akhir pekan. Sekali lagi, harap maklum ya. Sungguh aku juga ingin bisa menghabiskan waktu bersama kalian. 

Hey tapi, jangan ragu untuk mengetuk pintuku jika kalian butuh sesuatu. Pintuku terbuka lebar jika aku bisa membantu. Karna aku percaya, keluarga terdekat adalah tetangga sebelah rumahmu, bukan begitu?

Rabu, 10 Februari 2016

Senyum dari Jakarta

0 komentar

Pagi ini mentari bersinar begitu cantik. Angin berhembus tak terburu-buru, desahnya begitu menenangkan hati. Aku terpaku di suatu sudut ibu kota, melihat begitu banyak orang tergesa-gesa. Tidakkah mereka juga merasa? Pagi ini Jakarta begitu indah.

Aku masih di tempat semula, berdiri di bahu jalan samping lampu merah. Sesekali menutup wajah karena asap dimana-mana. Beberapa kali memalingkan wajah, mencari penyebab klakson bersuara.

Di tempatku berdiri ini, begitu sepi. Tak banyak mereka berlalu-lalang lewat sini. Tak banyak terdengar langkah kaki, mereka lebih memilih deru-deru mesin sebagai pengganti. Tak banyak senyum dari sesama, mereka lebih memilih klakson bersuara sebagai pengganti sapa.

Langit begitu cerah, namun mentari tak langsung sampai menyilaukan wajah. Sinarnya terhalang gedung-gedung yang berdiri begitu gagah. Ku perhatikan beberapa wajah, tak secerah seharusnya. Setumpuk kertas mereka bawa, seraya mengumpat beberapa nama.

Aku masih di tempat semula. Sampai akhirnya didekati beberapa bocah, bernyanyi lagu dengan musik ciptaan mereka. Wajahnya terlihat ceria, walau hanya beberapa keping logam yang mereka terima. "Makasih, kak!" Katanya, seraya memberi senyum paling indah.

Dan seketika, senyumku pun merekah dalam wajah. Dari mereka yang kerap dianggap rendah, oleh banyak mata warga Jakarta.

Selasa, 09 Februari 2016

Ibu

0 komentar

Dia bukan seorang dokter, tapi pelukannya menjadi obat termujarab.

Dia bukan seorang perawat, tapi selalu memastikan kami terawat. 

Dia bukan seorang guru, tapi yang pertama kali memberi kami ilmu. 

Dia bukan seorang pujangga, tapi karnanya kami mengenal cinta. 

Dia bukan seorang juru masak, tapi karnanya kami mampu membedakan rasa. 

Dia bukan seorang pilot, tapi melalui doanya ia biarkan kami terbang. 

Dia bukan seorang penjaga, tapi yang selalu rela terjaga. 

Dia bukan seorang penyiar, tapi karnanya kami merasa didengar. 

Dia bukan seorang jurnalis, tapi selalu jadi yang pertama menantikan kami bercerita. 

Dia bukan seorang pengacara, tapi tak ragu untuk membela. 

Dia bukan seorang hakim, tapi selalu berjuang demi keadilan kami. 

Dia bukan seorang motivator, tapi yang selalu dan akan tetap percaya kami bisa. 

Dia bukan seorang pemuka agama, tapi melalui hatinya kami percaya keberadaan-NYA. 

Dia hanya wanita biasa, tapi bukan hanya seorang ibu melainkan segalanya.

Minggu, 07 Februari 2016

Yooooonggggg~~~~

0 komentar

Dear Yonghwa,

Surat ini ditulis jam 2:40 AM waktu Dalila bagian galau tak berkesudahan.

Surat ini surat ke delapan dan surat bertema pertama. Tema nya Pacarku Superstar. Ya walau kamu bukan pacarku, tapi dari dulu kan aku emang udah sering ngaku-ngaku jadi istri kamu jadi sepertinya kamu layak Yong menerima surat cinta akuh~~~ ♡

Yooooonggg~~~
Hari ini mama ulang tahun. Kita nyanyiin selamat ulang tahun dulu yuk buat mamaku yang suka ngedumel kalo ngeliat aku seharian di kamar sampe lupa makan cuma buat nontonin kamu di layar 14 inch. Mana cepet ambil gitarnya.

1, 2, 3!

🎤🎸 Saengil Chukahamnida 🎶🎶 Saengil Chukahamnida 🎶🎶 Saranghaneun Uri Eomma 👵👵 Saengil Chukahamnida 🎶🎶

Doain mamaku agar tetap sehat dan bahagia selalu ya Yong. Karna walau mama suka ngedumel kalo aku udah keasikan sama kamu, tapi mama yang gak pernah ngelarang aku terbang ke negara tetangga cuma buat nonton konser kamu.

Yoooonggg~~~
Boleh minta tolong? Bisa tolong kurangin sedikit pesona kamu? Bukan apa-apa, cuma takut aku jadi makin sering kayak orang gila senyam senyum ketawa ketiwi sambil mandangin kamu seliweran di media sosial. Ya mending sih kalau kamu tau aku yang mana. Ini mah, yampuuuuunnn aku cuma remah-remah di kaleng kue lebaran tahun lalu. Itu juga kalo kalengnya gak dibuang mama.

Yooooonggg~~~
Tau gak kenapa aku suka kamu banget? Kamu tuh ngingetin aku sama seseorang kalo lagi pecicilan megang gitar lalu nyanyi dengan suaramu yang tinggi banget itu. Seseorang itu dulu pecicilan banget, suka ngejailin aku, ngumpetin sepatu aku, ngegodain rambut aku yang dulu keriting kayak ramyun sampe akhirnya aku lurusin gegara kesel. Huh! Dia dulu jangankan main gitar, nyanyi aja gak bisa sebenernya. Tapi entah dia betapa dimana, setelah 5 tahun berlalu pas tau-tau aku gak sengaja ketemu lagi sama dia yampuuuuuun Yoooooongggg............ luluh lantah seketika hatiku 💕💕💕💕💕

Yooooonggg~~~
Tiap nyebut atau denger nama kamu, Yonghwa. Juga selalu ada satu orang yang aku inget. Dia pernah bilang aku ngaku-ngaku jadi istri dia gitu karna aku ngaku-ngaku jadi istri Yonghwa. Katanya dia 11-12 sama kamu gitu. Eh tapi aku suka sih. Maksudku, aku tetep sukanya sama kamu. Abis dia gitu sih Yoooonggg, gak pernah nganggep aku kayaknya. Mending sama kamulah aku jadi remah-remah di kaleng kue lebaran tahun lalu juga rela, kamu masih mau inget sama aku tiap kamu dapat penghargaan. (Maksudnya mah padahal inget sama Boice--nama fanclub CNBlue Bandnya Yonghwa)

Yooooonggg~~~
Sabtu depan kita jumpa! Yeay! Tunggu aku di Negeri Singa. Aku gak sabar banget! Udah duatahun nih sejak terakhir aku akhirnya ketemu kamu. Karna kali ini aku mesti segala terbang buat ketemu kamu, boleh dong kalo aku foto bareng kamu? Boleh dong boleh dong boleh dong? Atau kalau gak boleh, bisa dong kamu wish me a happy marriage? Kamu jangan sedih. Walau aku bukan nikah sama kamu, nanti aku panggil suami aku Yoooonggg bukan Yang. Jadi kan aku tetep istrinya Yooooongggg.....Hwa 🙈🙈🙈

Yoooongggg~~~
Ini paragraf terakhir aku. Soalnya aku udah ngantuk dan balon yang aku taruh di kamar mama udah pecah padahal gak ada orang di situ. Yooonggg~~~ thank you for being my mood booster. Thank you for being my Energy. Thank you for always give me one fine day.

Salam,
Yang hobi ngaku-ngaku jadi istri kamu, Cinderlila.

Note: kalau kamu gak ngerti bacanya, kamu buka google translate, copy paste di situ pilih Indonesia --> Korea. Kalau gak ngerti juga, biar ku kasih tau intinya; 사랑해~~~ ♡♡♡♡

Jumat, 05 Februari 2016

Gadis Bulan Mei

0 komentar

Mei, 25 tahun lalu.

Hari itu malaikat ramai ramai berdoa untuk setiap urat yang tertarik pada tubuh wanita yang dalam hitungan detik kan dipanggil Ibu. Detik itu malaikat pun cemas siapa yang kan bertugas selanjutnya, Izrail kah atau Mikail kah?

Detik berlalu. Suara tangis riuh dari balik pintu, hari itu malaikat Mikail bertugas. Membawa rezeki untuk sepasang manusia yang telah resmi dipanggil Ayah dan Ibu. Semua yang sedaritadi menunggu tak perlu diperintah, ramai ramai mengucap syukur pada Sang Kuasa.

Satu lagi gadis mungil menjadi penghuni bumi. Dengan tangis yang lantang ia seakan berjanji pada Sang Pencipta untuk menjadi pemberat pahala bagi kedua orang tuanya. Seorang pria dengan gagah melantunkan kumandang adzan pada telinga mungil buah cintanya, menyelesaikan kewajiban pertamanya sebagai seorang ayah.

Tak ada wanita yang lebih bahagia hari itu dibanding wanita yang tengah mendekap hangat gadis mungilnya. Tetes air mata yang mengalir di pipinya seakan berkata mulai detik itu kan ia pastikan gadisnya berbahagia. Langit menggenapkan kebahagiaan hari itu dengan menghujani mereka doa-doa dari para malaikat.

25 tahun berlalu,

Gadis mungil itu tumbuh menjadi wanita yang tengah berusaha menjadi dewasa di usia yang kan genap seperempat abad. Ia tumbuh dengan kasih dari sekelilingnya. Walau luka tersisip di dalamnya. Tak jarang ia bertanya makna cinta yang Tuhan nya janjikan. Mengapa perih yang ia rasakan? Bukankah cinta seharusnya berbahagia?

Tapi, Tuhan nya sungguh luar biasa. Dari tubuh mungil itu, IA kuatkan kakinya untuk tetap melangkah. IA lapangkan dadanya agar siap menerima semua rasa. IA meriahkan pikirannya untuk tutupi jika sepi hatinya. IA ukir senyum termanis untuk kelabui derai tangisnya.

Duapuluhlima tahun kini usianya. Entah sudah berapa kali ia terjatuh dan terluka dengan satu hal yang sama. Cinta. Entah berapa juta kali doa yang ia panjatkan tuk benar-benar dicintai. Entah berapa juta kali ia menagih janji Tuhan yang kan membuatnya merasa dicintai. Tak ada yang Tuhan nya jawab.

Tidak. Tuhan nya sudah memberi jawaban. Jawaban yang sama seperti duapuluhlima tahun lalu. Ia dicintai melalui air susu dari tubuh Ibunya. Ia dicintai dari jerih keringat Ayahnya. Ia dicintai dari peluk hangat saudaranya. Ia dicintai dari lembut jemari sahabatnya kala menghapus airmatanya. Ia dicintai dari doa pria dalam tiap sujud yang meminta Tuhan menjaganya sampai waktu benar-benar tepat tuk mempertemukannya.

Tuhanmu sungguh benar-benar menepati janjinya.

Kamis, 04 Februari 2016

Bantu Aku Menjawabnya

0 komentar

Dear,
Selamat hari jadi keduapuluhenam.

Sebelumnya, maafkan jika aku tak berkabar beberapa hari ini. Aku baik-baik saja. Aku pun masih ingat untuk solat lima waktu, untuk makan tiga kali sehari tapi rupanya kantukku juga hanya datang tiga jam dalam beberapa hari ini.

Beberapa hari ini, ada sesuatu yang menggangguku. Sesuatu itu kerap kali berteriak lantang hingga aku pengang. Menanyakan sesuatu yang seharusnya bisa aku jawab juga dengan lantang. Namun tak ada yang mampu terucap. Jika sudah seperti itu, ia lantas tertawa seakan mengolokku.

Saat itu, aku pikir air mata mungkin bisa menghanyutkan semuanya. Tapi, Dear, bagaimana bisa tak ada satu tetespun yang mau keluar? Bukankah ini salah? Aku harus bagaimana?

Dear,
Bahagiakah kamu memilikiku? Bantu aku menjawabnya agar ia diam.

Rabu, 03 Februari 2016

Nila

0 komentar
Dahulu kala, ada seorang gadis kecil bernama Nila. Nila tak memiliki seorang teman pun di Desanya. Ia tak pernah percaya diri untuk bergaul di lingkungannya. Ia hanya mampu melihat teman sebayanya bermain dari balik jendela kamarnya. Dari balik jendela kamarnya, sering kali ia ikut tertawa melihat tingkah teman-temannya. Mungkin tak tepat untuk menyebut mereka teman-temannya, karna bahkan mereka tak pernah tau akan keberadaan Nila. Tak apalah mungkin pada kehidupan selanjutnya mereka benar-benar bisa menjadi temannya. Itulah yang ada dipikiran Nila.

Nila adalah gadis mungil dengan paras cantik. Namun ada satu perbedaan yang menjadikan ia seperti ini, menjauh dari lingkungan dan tak ingin bergaul. Walau bukan itu yang hatinya inginkan. Begitu pula orang tuanya. Tak jarang orang tua Nila juga menangis mendapati Nila ikut tertawa dari balik jendela kamarnya ketika teman sebayanya bermain.

Jangan dikira tak ada yang orang tuanya lakukan agar Nila memiliki teman. Segala doa dan usaha telah orang tuanya lakukan. Namun tak ada yang bisa mengalahkan ketakutan Nila karna perbedaannya. Tak seperti yang lainnya, Nila memiliki kulit berwarna Nila jika terkena sinar matahari. Itulah penyebab Nila tak percaya diri. Dan itulah mengapa orang tuanya menamainya Nila.

Sampai suatu ketika, banyak peri berdatangan ke Desa mereka. Peri-peri itu membawa serta anak-anaknya. Terdengar kabar ada monster menyerang Desa para peri. Ketika para ayah peri berperang melawan monster, ibu peri beserta anak-anaknya mencari tempat berlindung yang aman. Kala itu, hanya Desa tempat tinggal Nila lah yang menyambut hangat para peri tersebut.

Hari itu, Nila sedang asik melihat teman-temannya bermain bersama empat anak peri dari balik jendela kamarnya. Ia kaget luar biasa ketika tanpa Nila duga, anak para peri itu mengahmpiri jendela kamarnya dan berkata "Mengapa ia berwarna nila? Cantik sekali." Lantas keesokan harinya, empat anak peri itu datang ke rumahnya. "Ibu, ijinkan kami bertemu anak Ibu, kami ingin berteman dengannya." Ucap salah satu diantara mereka pada Ibu Nila.

Nila pada awalnya ragu. Ia takut anak-anak peri itu hanya akan mengejek warna kulitnya. Namun mereka tak menyerah, setiap hari mereka datang ke rumah Nila membawakan mainan yang berbeda setiap harinya. "Nila, ayo bermain bersama kami." "Nila, ayo ikut kami jalan-jalan." "Nila, kenapa kamu tidak menjawab? Nila kami tidak akan menyakitimu percayalah." Anak para peri itu tidak menyerah. Nila pun akhirnya luluh dan untuk pertama kalinya ia memberanikan diri bermain bersama anak lainnya.

"Mengapa kamu ingin berteman denganku? Aku ini kan aneh. Kulitku berwarna nila. Tidak seperti anak-anak lainnya." Tanya Nila suatu waktu.

"Mengapa kamu bertanya seperti itu?" Tanya Riana, salah satu dari empat anak peri itu.

"Jika seperti itu lantas kenapa kamu juga mau berteman dengan kami?" Ayra bertanya balik.

"Kami juga berbeda. Kamu tau? Kenapa kami selalu memakai topi? Karna kami tidak memiliki rambut sepertimu." Tiara menjelaskan seraya tertawa.

"Jika di dunia ini semuanya sama, kamu gak akan tau indahnya pelangi. Bukankah pelangi ada karna hujan bertemu dengan matahari? Mereka berbeda tapi menciptakan sesuatu yang indah. Begitu juga persahabatan." Isti menjelaskan lalu memeluk Nila yang diikuti Riana, Ayra dan Tiara.

Hari itu, untuk pertama kalinya, Nila menangis. Bukan karna terluka, tapi Ia bahagia luar biasa memiliki teman yang menerimanya apa adanya.

Senin, 01 Februari 2016

Surat 15 Menit; Dear A

0 komentar

Iya, seperti judulnya surat ini hanya akan menyita waktumu 15 menit. Jadi aku harap kamu bersedia membacanya. Sebentar hanya 15 menit, kujamin.

Dear A,
Beberapa tahun lalu, ingatkah kamu pernah mendapatkan surat seperti ini?
Beberapa tahun lalu, surat itu kutulis dengan sejuta rasa ingin tau tentangmu.
Beberapa tahun lalu, surat itu adalah caraku untuk tetap berada di dekatmu.
Beberapa tahun lalu, surat itu satu-satunya pelipur laraku.
Beberapa tahun lalu, ketika surat itu terbalaskan, aku melonjak girang tak terkira.

Dear A,
Beberapa tahun setelah itu, percayakah jika aku katakan menulis surat untukmu masih menjadi kegiatan favorite-ku?
Aku terima jika kamu tak percaya.
Karna nyatanya memang beberapa tahun setelah itu, surat itu tak pernah lagi kusisipkan di bawah pintu rumahmu.

Beberapa tahun setelah itu, bagaimana jika aku katakan surat itu kutulis bukan lagi karna rasa ingin tauku namun rasa ingin memilikimu?
Aku terima jika kamu tak peduli.
Karna nyatanya memang beberapa tahun setelah itu, kamu tak lagi peduli akan keberadaan surat itu meski beberapa kali kamu melihat surat itu kutulis di depan halaman rumahku.

Beberapa tahun setelah itu, bagaimana jika aku katakan surat itulah penyebab hatiku membeku?
Aku terima jika kamu tak terima.
Karna nyatanya memang sedari awal, kamu tak pernah menyertakan hatimu di surat itu.

Dear A,
Jika kini kutulis lagi surat untukmu, tak perlu ragu membaca surat ini.
Tak perlu juga terbebani saat membacanya.
Karna bersama surat ini, kurelakan semua rasa inginku padamu.

 

cinderlila's diary Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template