"A ha! Gue mau gantungin di sini gembok gue.” Ucap Iman bersemangat sambil sibuk menyiapkan dua gembok hatinya.
“Jangan nulis nama gue di gembok lo ya, Man. Jangan. Gue udah ada yang punya.” Teriak Sukma bercanda.
“Tau deh yang udah ada yang punya.” Aku, Ana dan Nita balas meledek Sukma berbarengan. Dan kami pun tertawa bersama.
Seselesainya menggantungkan gembok masing-masing di tempat pilihan terbaik menurut kami. Kami pun beranjak menuju kafe yang juga terletak di bagian dasar Namsan Tower. Di kafe ini pun unik, setiap pengunjung berhak menggantungkan atau menempelkan note yang entah berisikan pesan untuk kafe ini atau harapan atau hanya sekedar nama dan tanggal.
“Ayo cepetan cerita lo, Ma.” Paksa Iman setelah kami selesai memilih menu makanan.
“Kalian kok jadi kepo sih? Yampun gue jadi berasa Jessica yang lagi ditanya sama wartawan tentang Taecyon.” Canda Sukma yang berakhir dengan insiden pelemparan tissue oleh Nita.
Nita memang masih sensitif jika mendengar Jessica dan Taecyon diucapkan bersamaan. Bahkan mungkin kami masih ingat betul patah hatinya Nita saat itu. Dua tahun lalu, ketika agency Jesicca dan Taecyon mengakui bahwa mereka benar-benar pacaran, kami sedang berada di rumah Ana, melepas rindu setelah satu tahun tidak pernah bertemu dengan formasi lengkap. Aku, Ana, Nita sedang asik di dapur, memasak menu andalan kami, toppoki dan mandu—walau mandu nya lebih terlihat seperti pastel tapi biarlah.
Sedangkan Sukma dan Iman sedang asik di depan laptop, Iman sedang memperlihatkan Sukma isi tumblr nya yang semakin hari semakin keren. Iman terlihat sudah semakin serius menekuni hobi nya yang kini juga menjadi sumber penghasilannya, menjadi freelancer untuk majalah online.
“OMAYGAT! NITAAAA!” tiba-tiba Sukma berteriak sambil memegang handphone nya.
“OMAYGAT! SUKMA GUE KAGET!” Iman marah karena Sukma teriak persis di sampingnya.
“Kenapa sih?” Nita langsung menuju Sukma dengan penuh penasaran. Aku dan Ana pun mengikuti.
“O....maygaattt..........” Ucap Nita dengan nada sangat pasrah ketika membaca berita dari handphone Sukma. Ia pun seketika kehilangan keseimbangan lalu terjatuh terduduk di sofa dengan tatapan kosong.
“Kenapa sih? Nita lo kenapa?” Tanya Aku dan Ana yang masih belum tau ada berita apa.
“Jessica and Taecyon Dating.” Bacaku ketika membaca berita yang ditunjukan oleh Sukma.
Dan tiba-tiba ketenangan dan kebahagiaan yang kami rasakan berubah menjadi kacau balau dan berita yang amat sangat menyedihkan untuk kami semua. Terutama bagi Nita. Nita tak berhenti menangis saat itu, butuh waktu dua jam untuk menenangkannya. Bahkan mandu yang kami buat pun menjadi gosong karena sibuk menenangkan Nita.
“Cepet cerita deh gak usah bahas-bahas yang dulu-dulu.” Nita masih sebal.
“Oke oke teman-teman. Kalian masih ingat kan gue pernah cerita gue lagi dekat sama satu cowok dan dia ngajak serius? Ya, dia itu yang namanya Bani. Dia itu teman sekantor gue. Dari awal dekat sama dia, dia berkali-kali ngomong kalau dia mau serius sama gue. Awalnya sih gue gak terlalu mikirin, tapi lama kelamaan dia jadi makin serius. Bahkan dia pernah tiba-tiba main ke rumah gue dan kenalan sama orang tua gue.” Cerita Sukma dengan raut wajah yang begitu bahagia.
“Bani itu tiga tahun di atas gue, dia itu sosok pria yang serius tapi menyenangkan. Entah gimana caranya, dia bisa bikin gue nyaman untuk jadi diri sendiri. Sebelum berangkat ke sini, dia lagi-lagi ngomong kalau dia mau serius jalin hubungan sama gue.”
“Dia ikut ke sini?” Tanya Ana.
“Iya, ikut. Bahkan tadi dia mau ikut ketemu kalian, katanya mau kenal sama teman-teman gue. Tapi daripada nanti jadi makin heboh, gue tinggal aja dia.” Jawab Sukma.
“Ah payah bukannya dibawa. Kan gue pengen liat siapa sih yang bisa bikin sesosok Sukma pipinya jadi merah gini.” Goda Nita sambil menyikut Sukma. Aku, Ana dan Iman pun ikut menggodanya.
Kami pun melanjutkan bercerita sambil menikmati makanan yang telah tersedia.
“Ngomong-ngomong, besok kita mau jalan kemana lagi nih?” Tanya Ana. “Gue mau ke Little France deh.” Ucap Nita.
“Gue sih kemana ajalah asal sama kalian, asal jangan ke hati Iman aja. Nanti Yonghwa marah.” Candaku.
“Yaudah gini aja, penginapan kalian dekat sama kafe pertama tadi kan? Kita ketemu di sana lagi aja dulu jam 9, baru nanti kita tentuin mau kemana. Gimana?” Atur Ana.
“Oke Call!” Jawab Iman sok ke-korea-korea-an.
**To be continued**