Sabtu, 26 September 2020

Day 13; His Favorite Book

“Astaga!” Teriak laki-laki berbaju abu saat melihatku duduk di salah satu anak tangga lantai empat. 

“Lo lagi. Lo kenapa suka ngagetin gue sih?” Dengan nadanya yang sedikit keras, atau mungkin karena lantai empat masih sepi pagi ini jadi terdengar sedikit keras untukku. Aku pun kaget dengan teriakannya, meski aku sudah menunggu kedatangannya. 

“Sorry, Dim. Kan gue cuma duduk. Gak ketawa.” Ucapku pada Dimas, laki-laki yang terpaksa bangun dari tidurnya karena kaget mendengar suara tawaku minggu lalu.

“Ya gak ketawa sih, tapi lo duduk di tangga sepagi ini sambil nunduk pake jilbab putih lagi.” Jelasnya, yang membuatku mendengus “Dasar penakut” tentunya hanya di dalam hati. 

Aku pun bangun dari dudukku, lalu kuikuti ia yang sudah berjalan menuju kelasnya. Ku lihat di tangannya menggenggam satu buku kecil yang mirip dengan bentuk komik. “Itu komik?” Tanyaku penasaran.

“Iya.” Jawabnya seadanya.

“Komik apa?”

“Death Note. Kenapa?”

“Gak apa-apa. Nanya aja. Lo suka baca komik gitu?”

“Gak juga.” Ucapnya sambil meletakan buku yang ku maksud dan tasnya di kursi kelasnya.

“Lo mau numpang nonton lagi di sini?” Tanyanya padaku

“Gak boleh?” Tanyaku balik.

“Bebas. Tapi jangan berisik.” Ucapnya sambil membuka komik dan membacanya. Aku pun terdiam, sepertinya aku lebih baik diam daripada menimpalinya. Aku perhatikan raut wajahnya yang serius saat membaca halaman demi halaman komik tersebut. Dan tak lama, ia menyadari bahwa tidak ada yang aku lakukan selain mengamatinya.

“Kenapa?” Tanyanya sambil melirikku sebentar sebelum matanya kembali fokus membaca.

“Engga. Fokus banget habisnya. Seru ya?” Tanyaku, bukan karena aku tidak menyukai ia mengabaikanku tapi karena aku tidak pernah bisa mengerti mengapa orang bisa fokus membaca komik, aku pernah mencobanya namun pusing menentukan dari mana kemana aku harus membacanya agar paham dengan jalan cerita sedangkan bukunya sudah ramai sekali dengan gambar-gambar.

“Kenapa?” Ia balik bertanya.

“Ya, engga. Gue bingung aja. Gue gak bisa baca komik habisnya.”

“Kenapa?” Tanyanya dengan menggunakan kata tanya yang sama kembali.

“Ya, gak bisa. Bingung bacanya, dari mana kemana. Kenapa?” Aku menjawab dengan menyelipkan “kenapa” tanpa aku tau kenapa aku menyelipkan kenapa.

“Kenapa, gimana?” Tanyanya sambil menatapku bingung.

“Gak kenapa-kenapa.” Jawabku sambil tertawa. 

Kemudian ia pun menutup komik yang aku rasa sebenarnya belum ia selesaikan, mengambil tasnya dan mengeluarkan komik lain dari dalam tasnya. “Nih, baca. Ikutin aja alurnya.” Ucapnya seraya memberikan komik lain yang berjudul sama dengan yang ia baca.

“Kenapa suka sama Death Note?” Tanyaku penasaran.

“Seru, bisa ngebunuh orang cuma dengan nulis namanya di buku. Coba gue punya. Gue kan bisa nulis nama-nama orang yg ngeganggu gue.” Ucapnya sambil tersenyum sinis.

“Kok lo serem sih, Dim?” Tanyaku yang benar-benar ketakutan dengan ekspresi yang baru saja Dimas buat.

“Hahahahahaha. Bercanda, Sin. Lo nanya mulu lagian. Lo kelas jam sembilan?” Dimas tertawa lepas dan menutup komik yang sedang ia baca dan menatapku.

“Iya jam sembilan. Kenapa lo?” Tanyaku bingung melihat ia yang menatapku dengan tersenyum.

“Lo bisa ketakutan juga ya. Lucu lagi, gemes.” Ucapnya masih sambil tersenyum.

“Huh dasar. Udah ah, gue balik kelas. Pinjem ya.” Jawabku singkat sambil beranjak keluar kelas.

Sesungguhnya hatiku berdegup lumanyan kencang saat mendengar ia mengatakan bahwa aku lucu sambil tersenyum manis. Aku tidak pernah melihat Dimas tersenyum begitu manis dari sekian lama ku perhatikan dia dari jauh. Dimas tidak tau, bahwa aku sudah memperhatikannya sejak lama namun baru minggu lalu ku beranikan mendekatinya. Beruntungnya minggu ini aku mendapatkan alasan untuk dapat menemuinya kembali minggu depan tanpa harus terlihat dibuat-buat, thanks to his favorite book; Death Note. 

“Dibanding Death Note, kenapa gak ada Love Note. Jadi gue bisa nulis nama lo aja biar gak perlu repot-repot gue nyari topik tiap minggu biar bisa deket sama lo, Dim.” Ucapku yang tentu saja hanya dalam hati.

Ditulis untuk #30DaysWritingChallenge hari ketiga belas dengan tema Favorite Book. Oh iya, kalau ada kesamaan pemilihan judul buku di cerita ini dengan kesukaannya orang yang kalian kenal, tahan sahabat jangan gimana-gimana, ini cuma imajinasi aja lho. Hehe

0 komentar:

Posting Komentar

 

cinderlila's diary Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template