Dahulu kala, ada seorang gadis kecil bernama Nila. Nila tak memiliki seorang teman pun di Desanya. Ia tak pernah percaya diri untuk bergaul di lingkungannya. Ia hanya mampu melihat teman sebayanya bermain dari balik jendela kamarnya. Dari balik jendela kamarnya, sering kali ia ikut tertawa melihat tingkah teman-temannya. Mungkin tak tepat untuk menyebut mereka teman-temannya, karna bahkan mereka tak pernah tau akan keberadaan Nila. Tak apalah mungkin pada kehidupan selanjutnya mereka benar-benar bisa menjadi temannya. Itulah yang ada dipikiran Nila.
Nila adalah gadis mungil dengan paras cantik. Namun ada satu perbedaan yang menjadikan ia seperti ini, menjauh dari lingkungan dan tak ingin bergaul. Walau bukan itu yang hatinya inginkan. Begitu pula orang tuanya. Tak jarang orang tua Nila juga menangis mendapati Nila ikut tertawa dari balik jendela kamarnya ketika teman sebayanya bermain.
Jangan dikira tak ada yang orang tuanya lakukan agar Nila memiliki teman. Segala doa dan usaha telah orang tuanya lakukan. Namun tak ada yang bisa mengalahkan ketakutan Nila karna perbedaannya. Tak seperti yang lainnya, Nila memiliki kulit berwarna Nila jika terkena sinar matahari. Itulah penyebab Nila tak percaya diri. Dan itulah mengapa orang tuanya menamainya Nila.
Sampai suatu ketika, banyak peri berdatangan ke Desa mereka. Peri-peri itu membawa serta anak-anaknya. Terdengar kabar ada monster menyerang Desa para peri. Ketika para ayah peri berperang melawan monster, ibu peri beserta anak-anaknya mencari tempat berlindung yang aman. Kala itu, hanya Desa tempat tinggal Nila lah yang menyambut hangat para peri tersebut.
Hari itu, Nila sedang asik melihat teman-temannya bermain bersama empat anak peri dari balik jendela kamarnya. Ia kaget luar biasa ketika tanpa Nila duga, anak para peri itu mengahmpiri jendela kamarnya dan berkata "Mengapa ia berwarna nila? Cantik sekali." Lantas keesokan harinya, empat anak peri itu datang ke rumahnya. "Ibu, ijinkan kami bertemu anak Ibu, kami ingin berteman dengannya." Ucap salah satu diantara mereka pada Ibu Nila.
Nila pada awalnya ragu. Ia takut anak-anak peri itu hanya akan mengejek warna kulitnya. Namun mereka tak menyerah, setiap hari mereka datang ke rumah Nila membawakan mainan yang berbeda setiap harinya. "Nila, ayo bermain bersama kami." "Nila, ayo ikut kami jalan-jalan." "Nila, kenapa kamu tidak menjawab? Nila kami tidak akan menyakitimu percayalah." Anak para peri itu tidak menyerah. Nila pun akhirnya luluh dan untuk pertama kalinya ia memberanikan diri bermain bersama anak lainnya.
"Mengapa kamu ingin berteman denganku? Aku ini kan aneh. Kulitku berwarna nila. Tidak seperti anak-anak lainnya." Tanya Nila suatu waktu.
"Mengapa kamu bertanya seperti itu?" Tanya Riana, salah satu dari empat anak peri itu.
"Jika seperti itu lantas kenapa kamu juga mau berteman dengan kami?" Ayra bertanya balik.
"Kami juga berbeda. Kamu tau? Kenapa kami selalu memakai topi? Karna kami tidak memiliki rambut sepertimu." Tiara menjelaskan seraya tertawa.
"Jika di dunia ini semuanya sama, kamu gak akan tau indahnya pelangi. Bukankah pelangi ada karna hujan bertemu dengan matahari? Mereka berbeda tapi menciptakan sesuatu yang indah. Begitu juga persahabatan." Isti menjelaskan lalu memeluk Nila yang diikuti Riana, Ayra dan Tiara.
Hari itu, untuk pertama kalinya, Nila menangis. Bukan karna terluka, tapi Ia bahagia luar biasa memiliki teman yang menerimanya apa adanya.
0 komentar:
Posting Komentar