Jumat, 05 Februari 2016

Gadis Bulan Mei

Mei, 25 tahun lalu.

Hari itu malaikat ramai ramai berdoa untuk setiap urat yang tertarik pada tubuh wanita yang dalam hitungan detik kan dipanggil Ibu. Detik itu malaikat pun cemas siapa yang kan bertugas selanjutnya, Izrail kah atau Mikail kah?

Detik berlalu. Suara tangis riuh dari balik pintu, hari itu malaikat Mikail bertugas. Membawa rezeki untuk sepasang manusia yang telah resmi dipanggil Ayah dan Ibu. Semua yang sedaritadi menunggu tak perlu diperintah, ramai ramai mengucap syukur pada Sang Kuasa.

Satu lagi gadis mungil menjadi penghuni bumi. Dengan tangis yang lantang ia seakan berjanji pada Sang Pencipta untuk menjadi pemberat pahala bagi kedua orang tuanya. Seorang pria dengan gagah melantunkan kumandang adzan pada telinga mungil buah cintanya, menyelesaikan kewajiban pertamanya sebagai seorang ayah.

Tak ada wanita yang lebih bahagia hari itu dibanding wanita yang tengah mendekap hangat gadis mungilnya. Tetes air mata yang mengalir di pipinya seakan berkata mulai detik itu kan ia pastikan gadisnya berbahagia. Langit menggenapkan kebahagiaan hari itu dengan menghujani mereka doa-doa dari para malaikat.

25 tahun berlalu,

Gadis mungil itu tumbuh menjadi wanita yang tengah berusaha menjadi dewasa di usia yang kan genap seperempat abad. Ia tumbuh dengan kasih dari sekelilingnya. Walau luka tersisip di dalamnya. Tak jarang ia bertanya makna cinta yang Tuhan nya janjikan. Mengapa perih yang ia rasakan? Bukankah cinta seharusnya berbahagia?

Tapi, Tuhan nya sungguh luar biasa. Dari tubuh mungil itu, IA kuatkan kakinya untuk tetap melangkah. IA lapangkan dadanya agar siap menerima semua rasa. IA meriahkan pikirannya untuk tutupi jika sepi hatinya. IA ukir senyum termanis untuk kelabui derai tangisnya.

Duapuluhlima tahun kini usianya. Entah sudah berapa kali ia terjatuh dan terluka dengan satu hal yang sama. Cinta. Entah berapa juta kali doa yang ia panjatkan tuk benar-benar dicintai. Entah berapa juta kali ia menagih janji Tuhan yang kan membuatnya merasa dicintai. Tak ada yang Tuhan nya jawab.

Tidak. Tuhan nya sudah memberi jawaban. Jawaban yang sama seperti duapuluhlima tahun lalu. Ia dicintai melalui air susu dari tubuh Ibunya. Ia dicintai dari jerih keringat Ayahnya. Ia dicintai dari peluk hangat saudaranya. Ia dicintai dari lembut jemari sahabatnya kala menghapus airmatanya. Ia dicintai dari doa pria dalam tiap sujud yang meminta Tuhan menjaganya sampai waktu benar-benar tepat tuk mempertemukannya.

Tuhanmu sungguh benar-benar menepati janjinya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

cinderlila's diary Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template