Assalamulaikum, wanitaku...
Suratmu satu tahun lalu telah aku terima. Sebelumnya maafkan aku untuk tiga hal; pertama, karena tak juga memberitau dimana letak keberadaanku. Kedua, karena hal itu membuatmu kesulitan ketika mengantarkan suratmu hingga beberapa kali diterima oleh orang yang tak tepat. Ketiga, karena aku menuliskan balasan satu tahun setelahnya, aku tak menyadari kedatangan suratmu kala itu.
Wanitaku,
Kabarku di sini amat baik, IA begitu baik mencurahkan rahmatnya kepadaku setiap waktu. Aku yakin, semua itu juga karena doa yang tak pernah lelah engkau panjatkan. Pagiku tak secerah milikmu, sepertinya langit tengah bersedih akhir-akhir ini, matahari pun enggan menghiburnya. Kamu rindu subuh berjamaah denganku? Bersabarlah untuk sementara waktu, kelak aku tak akan melewatkan subuh berjamaah denganmu. Yang perlu kamu lakukan sekarang, solatlah pada awal waktu, karena itu sebaik-baiknya waktu. Bukankah kamu ingin kita bertemu dalam sebaik-baiknya waktu?
Wanitaku,
Pagi ini aku masih menyantap nasi goreng buatan ibu. Aku tak sabar untuk merasakan lezatnya masakanmu. Kamu juga tak perlu ragu, aku selalu menyisipkan namamu dalam setiap dhuha ku. Karena menyebutmu dalam tiap doaku adalah hal yang selalu membahagiakan pagiku. Maafkan aku karena membiarkanmu berangkat pagi-pagi buta untuk bekerja. Kelak, ketika bersama aku akan mengantar dan menjemputmu, walau sebenarnya aku lebih menyukai kamu berada di rumah saja tapi aku tak akan melarangmu. Aku percaya kamu mampu menyeimbangkan pekerjaan dan keluargamu.
Wanitaku,
Terima kasih telah percaya untuk tetap menunggu. Aku berjanji tak akan membuatmu menyesal untuk tetap menunggu kehadiranku. Aku di sini, akan berusaha semampuku menyiapkan segala hal yang terbaik bagi kebahagiaan kita kelak.
Wanitaku,
Tak perlu ragu, kelak kita akan berjumpa dalam sebaik-baiknya perasaan. Aku tak akan mampu menyakiti hatimu. Bagaimana mungkin aku mampu menyakiti hati seseorang yang telah IA percayakan kepadaku? Bagaimana mungkin aku mampu melukai hati seseorang yang telah mempercayakan aku tuk menjadi jalan menuju surga-NYA?
Wanitaku,
Maafkan aku masih menitipkanmu pada-NYA dan kedua orang tuamu. Bersabarlah dahulu, tak perlu gegabah karena pada saatnya tiba, aku pastikan akan menjemputmu dengan gagah. Tetaplah mendambaku dalam doa. Sampaikan salamku untuk kedua orang tuamu, katakan padanya, aku akan menjemputmu pada sebaik-baiknya waktu.
Dengan penuh rindu,
Calon imammu.
0 komentar:
Posting Komentar