Ketika rasa tidak lagi sama, mungkin ada sesuatu yang salah.
Dear kalian,
Ingat pernah menerima surat dari blog ini—tujuh bulan lalu?
Ingat pernah ada cerita—yang belum tamat—di blog ini tentang kita?
Ingat bagaimana kita pernah berkumpul lalu tertawa bersama—berlima?
Berlima. Bukan bertiga atau berdua. Pun bukan seorang diri.
Bagaimana keadaan multi-chat setelah kepergian tuan putri?
Tante baik-baik saja? Bagaimana kabar kita? Aku rindu. Peluk sejuta maaf juga sesal untukmu.
Paduka ratu sepertinya sudah lebih dewasa. Beberapa hari lalu, dia mengirimi pesan panjang lebar namun berakhir sama, kesulitan mencerna kata.
Mommy nongski masih berusaha menghindari nasi dan mengganti dengan burger juga kentang dan tak lupa soda? Semangat bekerjanya!
Papah sih baik-baik saja, ya? Kita bahkan baru menghabiskan waktu minggu lalu. Tidakkah juga rindu mereka?
Sebenarnya ada banyak hal yang ingin disampaikan, namun otak terlalu buntu untuk mencerna setiap aba-aba dari hati. Seakan semua kata berlomba ingin keluar terlebih dulu. Entah itu rindu, benci, duka, suka, apapun.
Bagaimana sabtu lalu? Rasanya ingin sekali bertanya mengapa…… Ah tapi sudahlah. Toh bertanya pun tak dapat membalikkan waktu.
Coba ingat, kapan terakhir kita berlima tertawa bersama? Aku bahkan lupa.
Love,
Tuan Putri.
Ps: Tidakkah surat ini terlalu pendek? Sepertinya stok kenangan mulai menipis dan harus segera di-refill agar melupakan tidak menjadi pilihan. Lalu kapan bertemu?
0 komentar:
Posting Komentar