Nur Resti.
Minggu, 20 Desember 2015
Selamat Berbahagia
Nur Resti.
Minggu, 18 Oktober 2015
Teruntukmu...
Aku terduduk lesu
Terpaku melihatmu dari jauh
Punggungmu masih segagah itu
Walau jalanmu tak setegak dulu
Rasanya baru kemarin lalu
Aku bergelayut manja pada punggung itu
Aku tetap mengikuti langkahmu
Perlahan ditemani memori beberapa tahun lalu
Saat kita bertamasya tanpa ijin ibu
Berkeliling kota dengan bus warna biru
Pula bergandeng tangan tangan tanpa ragu
Ah, aku rindu hangat tangan itu
Aku masih di belakangmu
Ketika kamu memukul-mukul bahumu
Lelah kah bahumu, duhai priaku?
Aku baik-baik saja, tidur nyenyak lah di bahuku
Selalu seperti itu jawabmu
Ya, dulu bahu itu lah obat tidurku
Aku seketika terpaku
Dengan pemandangan di depanku
Ku palingkan pandangku
Kini tak lagi padamu
Hatiku seketika membiru
Melihat pelukmu untuk ibu
Tanpa kamu tau, aku pun merindu peluk itu
Ayah.
Minggu, 20 September 2015
Selamat Datang di Depok
Senin, 14 September 2015
Para Pejuang Matahari
Senin, 14 September 2015.
Tepat sekali tema ke empat #30HariKotakuBercerita ini jatuh di hari Senin. Tema ke empat ini memang lebih seru bila dibahas di hari Senin. Hari yang bagi sebagian kami tak pernah dinanti. Yang bagi sebagian kami adalah penentu suasana hati untuk 4 hari setelahnya.
Inilah kami, para pejuang matahari.
Senin, matahari dan kami adalah satu kesatuan. Mari simak sebentar cerita kami.
Senin ini kami lagi-lagi menjadi saksi kedatangan si matahari. Dari dalam jendela kereta yang tertutupi punggung-punggung sebagian kami, matahari menyapa kami. Kami bukan sekumpulan pendaki yang secara sengaja berburu matahari. Kami bukan sekumpulan fotografer yang secara sengaja menunggu matahari untuk diabadikan dalam mata kamera. Tapi inilah kami yang terbitnya lebih pagi dari matahari.
Sebagian dari kami adalah penduduk kota administratif di pinggir Ibukota. Ya, sebagian dari kami adalah penduduk kota yang dulunya memiliki nama De Eerste Protestentante Organisatuevan Kristenen atau yang sekarang ini dikenal dengan nama Depok.
Kami memang tak berbeda dengan penduduk Ibukota atau kota-kota lain disekitarnya. Kami adalah penghuni gedung-gedung tinggi pencakar langit di Ibukota. Kami adalah pekerja yang memiliki jam kerja secara tertulis delapan pagi - lima sore—walau kenyataanya lima pagi - delapan malam. Kami yang diwajibkan memiliki tenaga super untuk berdiri di sepanjang perjalanan. Kami yang demi mampu memberikan anak-anak kami pendidikan terbaik, harus rela berangkat sebelum mereka terbangun pun kembali ketika mereka sudah terlelap.
Maka pantaslah kami disebut para pejuang matahari.
Jumat, 11 September 2015
Nyamii~ Bubur Goreng
Selasa, 08 September 2015
Pasar Palsigunung; Tak Sekedar Pasar
Sabtu, 05 September 2015
Kami Punya Lembah Gurame
![]() |
Lembah Gurame. pic via google |
![]() |
Lembah Gurame dari atas. pic via google. |
![]() |
Tempat bermain anak di Lembah Gurame. pic via google |
![]() |
Siswa sekolah dasar di Lembah Gurame. pic via google. |
Kamis, 03 September 2015
Kenapa Cinderlila?
Jadi gini, per tanggal 3 September 2015 pukul 11:07 WIB, alamat blog yang tadinya http://dnqifthi.blogspot.com berubah jadi http://cinderlila.blogspot.com. Dan ini postingan pertama setelah alamat blog berubah. Postingan ini bakal sedikit jelasin kenapa milih nama "Cinderlila" buat alamat blog gue.
Mungkin, setelah nama blog ini berubah jadi Cinderlila, bakal ada (walau gue berdoa gak ada) yang mengerutkan kening sambil bertanya, "Apaan sih nama blognya, sok eksis banget," atau "Yaelah lebay banget, berasa cantik pake nama cinderlila."
Ya, walaupun gue cuma cewek berparas seadanya. Yang gak pantes disejajarkan sama dengan nama-nama princess macam Cinderella. Eh tapi kan gue gak pake nama Cinderella. Gue pake nama Cinderlila.
Lalu kenapa Cinderlila?
Biar eksis?
Ada benarnya juga. Alamat blog gue sebelumnya--dnqifthi--terdiri dari 6 huruf konsonan dari 8 huruf yang ada. Ribet. Gue juga kadang mesti spelling berkali-kali biar orang gak salah alamat. Dan kayaknya buat sebuah nama blog, nama blog gue dulu kurang menjual. Ya walaupun emang gue gak ngejual apa-apa sih. Juga, setiap orang yang join ke media sosial, apapun itu, pasti intinya juga biar eksis. Jadi ya, gak ada salahnya blog ini ganti nama.
Sebenernya, di tahun 2013 gue pernah bikin tulisan berjudul "Cinderella Cinderlila". Dalam rangka proyek #30HariMenulisSuratCinta. Bukan #30HariMencariCinta lho ya. Jadi, sebenernya nama cinderlila udah lama ada di benak gue. Cuma gak pernah kepikiran buat jadiin nama blog. Baru sekarang ini, pas CNBlue ngerilis teaser untuk album terbarunya, dengan nama Cinderella, gue jadi kepengen ganti nama blog.
Terus, emang ada yang sama dari Cinderella dan Cinderlila?
Hm, kalau untuk urusan tampang sih jelas beda. Apalah artinya aku sama princess kesayangannya Pangeran ini. Princess yang bisa bikin Pangeran jatuh cinta pada pandangan pertama, yang bisa bikin Pangeran turun tangan langsung mencari keberadaannya dengan hanya bermodal sepatu. Princess yang bisa bikin Ibu dan saudara tirinya iri akan kecantikannya.
Tapi, kalau urusan menanti kedatangan Pangeran, kita jelas sama! Layaknya Cinderella yang hanya bisa menanti Pangerannya datang, gue pun sama. Kita pun sama-sama dibantu Ibu Peri. Bedanya, Ibu Peri Cinderella membantu dengan sihirnya, Ibu Peri Cinderlila membantu dengan doanya. Yang selalu jadi pintu dari setiap hal baik yang gue rasakan.
Dan akhirnya, kalau Cinderlila udah hidup bahagia dengan Pangerannya. Cinderlila masih harus sabar nunggu Pangerannya datang, pada waktu yang tepat. Tenang aja, Pangeran. Gak usah buru-buru. Cinderlila yang ini, gak akan berubah walau udah jam 12 malam kok. :)
Rabu, 02 September 2015
Belimbing; Ikon Yang Terlupakan
Baiklah, cerita dimulai.
Belimbing Dewa, ikon resmi Kota Depok yang sudah ditetapkan sejak tahun 2007 oleh Bapak Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail itu memang sangat tenar. Bahkan menurut yang gue baca, ketenaran buah berbentuk seperti bintang berwarna kuning itu sudah sampai ke Istana Negara. Mantan Presiden RI, Pak SBY juga sering sekali menyajikan buah yang memiliki vitamin C dan A yang cukup tinggi itu ke tamu negara sebagai hidangan pencuci mulut. Belimbing Dewa dari Depok pun pernah menjadi juara dunia dalam kontes Internasional di Singapura sebagai buah eksotik, terbesar dan terberat di dunia pada tahun 2008. Belimbing Dewa dari Depok berhasil mengalahkan belimbing yang berasal dari Australia, Belanda dan Malaysia. Hebat, kan?
Minggu, 02 Agustus 2015
Matahari Dari Rumah Warna
Senin, 2 July 2007.
Pukul 03:00.
Hari ini alarmku berbunyi 2 jam lebih awal dari biasanya. Bukan karena hari ini senin dan aku sudah harus bersiap-siap kerja. Senin ini berbeda. Aku tak perlu grasa grusu berangkat lebih awal untuk bekerja. Senin ini aku sedang berada kurang lebih 442 km dari Jakarta, di Dieng tepatnya.
Aku memilih Dieng sebagai tempatku mengistirahatkan pikiran yang sudah lama berantakan isinya. Sudah kurang lebih 7 tahun aku terperangkam oleh sibuknya ibukota yang sepertinya tak pernah lelah. Lalu, mengapa Dieng? Dieng adalah tempat pertama kali orang tuaku bertemu. Dan selama 27 tahun aku hidup, belum pernah sekalipun aku menjejakkan kaki di Dieng.
Pagi ini adalah pagi pertamaku di Dieng. Senin pertamaku di tempat yang begitu damai dan sejuk ini. Aku bangun lebih pagi, tujuannya hanya satu; ingin menjadi saksi matahari terbit. Dengan persiapan seadanya, aku siapkan segala peralatan untuk mendaki Bukit Sikunir. Ini adalah pengalaman pertamaku mengejar sunrise.
Perjalanan menuju Bukit Sikunir begitu menantang. Lubang di sana sini ditambah penerangan seadanya. Namun, tak menyurutkan semangatku. Semoga aku beruntung pagi ini.
Namun kurang lebih 100 meter dari lokasi penanjakan, seorang warga lokal memberitau bahwa jalan menuju penanjakan Bukit Sikunir longsor. Huh, ternyata bukan jodohku bertemu sang matahari. Mungkin ia masih malu kehadirannya aku nantikan. Aku yang akhirnya jadi tak semangat memutuskan kembali ke penginapan.
Ditengah perjalanan, aku mampir ke sebuah warung kopi kecil dekat musolah. Menunggu adzan subuh seraya minum kopi untuk menghangatkan badan dan mengembalikan semangat. Selagi asik menyeruput kopi, konsentrasiku terpecah oleh sesosok perempuan berjilbab sederhana. Ia membawa beberapa mukena ke dalam musolah, setelahnya berlari kecil ke arahku. Ah, bukan ke arahku tapi ke arah warung kopi ini.
"Bu, pisang goreng 20 dan susu panasnya 10 ya. Aku ambil seperti biasa." Katanya lalu menyunggingkan senyum paling manis setelahnya ke arah Ibu penjual kopi. Dan ke arahku. Iya. Ke arahku.
Dengan canggung aku membalas senyumannya.
Adzan subuh pun berkumandang. Aku segera ke musolah untuk menunaikan solat. Setelahnya aku kembali lagi ke warung kopi, mengambil tas dan barang-barangku yang ku titipkan. Namun lagi lagi aku bertemu si pemilik senyum paling manis itu. Ia terlihat sibuk mengemasi pisang goreng ke dalam kantung plastik.
Aku dengan tingkat sok akrab paling tinggi memberanikan menyapanya, "beli pisang gorengnya banyak sekali." Seraya berusaha terlihat sekeren mungkin. Iya menoleh dan tersenyum. Lagi-lagi senyumnya begitu manis.
"Iya mas, untuk anak-anak." Jawabnya.
Anak-anak? Hatiku terperanga. Oh sudah punya anak ternyata. Batinku menggerutu. Ia pun pamit kepada Ibu pemilik warung dan kepadaku.
"Buat anak-anak didiknya mas pisang tadi tuh. Laras itu guru TK mas. Tiap pagi selalu pesen susu sama entah pisang atau roti bakar buat anak anaknya." Ibu warung kopi itu menjelaskan padaku. Sepeertinya si Ibu tau aku kecewa ketika si perempuan menyebut anak-anak.
"Gitu toh, Bu? Saya pikir sudah punya anak." Aku menjawab cengengesan.
"TK nya di situ mas. Cuma Laras gurunya." Ucap Ibu warung kopi seraya menunjuk ke arah rumah kecil dengan ayunan dan perosotan seadanya.
Aku memandang TK yang berpapan nama "Taman Kanak-Kanak Rumah Warna". Sungguh sangat seadanya. Aku pun pamit kepada Ibu warung kopi dan memberanikan diri untuk melihat TK itu dari dekat.
Sudah terlihat beberapa anak sedang bermain ayunan. Ini baru pukul 5:45 anak-anak ini udah dateng, rajin banget. Batinku. Sampai kemudian ada satu anak membuyarkan lamunanku.
"Mas, sedang apa? Mau jadi guru ya?"
"Heh? Um... Engga. Mas cuma numpang lewat." Jelasku.
"Eh tapi dik, memang sekolahnya masuk jam berapa? Kok jam segini udah dateng?" Tanyaku pada anak itu.
"Jam 6 Mas...."
"Iya Mas, karena saya mesti kerja jam 10. Jadi ya jam belajarnya singkat." Jelas Laras yang ternyata sudah menghampiriku atau mungkin menghampiri muridnya.
"Sebenernya gak pantes disebut TK cuma seadanya. Seadanya aja. Yang penting anak-anak ini bisa baca, menulis, berhitung dan bersosialisasi dengan baik. Saya cuma bantu seadanya." Jelasnya seraya menyunggingkan senyum lagi.
Aku terdiam mendengar penjelasannya. Kagum. Terpesona. Begitulah kiranya.
Perjalananku pagi ini sepertinya tak berujung sia-sia. Walau memang aku tak dapat melihat matahari muncul dari atas Bukit Sikunir. Tapi pagi ini aku dapat melihat 'matahari' dari Rumah Warna ini. Dari sesosok perempuan yang rela berbagi sinarnya untuk menerangi hidup orang lain. Yang kehadirannya dinanti oleh anak-anak ini tiap pagi.
Laras; perempuan pemilik senyum paling manis ini menjadi matahariku pagi ini. Dan aku rasa juga menjadi matahari untuk kesupuluh anak didiknya setiap hari.
Sehat selalu, Laras.
Salam,
Adam.
*Tulisan ini cuma fiksi. Tapi didedikasikan untuk kalian, siapapun, yang telah berbagi 'sinar' kalian untuk orang lain.*
Minggu, 14 Juni 2015
Semestamu...
Sudah hampir dua bulan sejak terakhir kali aku bercerita tentangmu. Padahal saat itu aku memutuskan untuk terus bercerita tentangmu agar kelak semesta tau bahwa aku sungguh sungguh menginginkanmu. Aku memutuskan untuk terus mendeskripsikan kamu agar kelak semesta tau siapa yang begitu aku inginkan.
Dua bulan berlalu namun rasanya semesta masih ragu akan kesungguhanku. Semesta sepertinya masih tak mampu mencerna pendeskripsianku tentangmu. Dan aku sepertinya kehabisan tenaga untuk bercerita. Aku sepertinya mulai kehilangan gairah untuk meminta. Aku sepertinya mulai jenuh untuk tetap berharap.
Haruskah aku berhenti bercerita, meminta dan berharap tentangmu?
Jika iya, lantas bisakah sekali saja aku meminta agar semesta rela membuatku lupa apa apa tentangmu?
Jika tidak, lantas bisakah sekali saja aku meminta agar semesta rela membuatnya tak lupa apa apa tentangku?
Kamis, 23 April 2015
Should I Give Up?
Hari ini kamu tak terlihat. Aku tak dapat menemukanmu dimanapun. Sepertinya kamu mulai mengurangi kemunculanmu (lagi). Sepertinya memang hanya aku yang terlalu berpikir jauh. Sepertinya memang kamu belum tau bahwa semua ini tentangmu. Tapi biarlah, anggap saja kamu sudah tau. Anggap saja kamu mendengarku setiap waktu.
Hari ini aku lelah. Sedih pula. Ingin rasanya menyerah begitu saja. Aku harus bagaimana? Menyerah atau tetap bertahan? Beri aku saran.
Ps: Aku akan bertahan sekali lagi jika kamu 'menyapaku' hari ini sekali saja.
Rabu, 22 April 2015
I Wanna Give You 'Love'
Hai, kamu yang lagi-lagi masih tetap sama.
Pagi ini aku melihatmu sekali. Namun aku rasa kamu tak menyadari keberadaanku. Aku pun tak menyapamu. Ah, rasanya ingin sekali aku bisa bebas menyapamu setiap pagi. Bahkan jika bisa, setiap hari.
Pagi ini kamu manis. Membuat senyumku terukir tanpa aku sadari. Aku tak percaya setelah aku pikir semua rasa ini sudah mati rasa dan pergi entah kemana, ternyata sebenarnya kamu masih singgah di sana (di hatiku) dan hanya tetap kamu.
Kamu tau? Pagi ini ada yang ingin aku berikan padamu namun aku ragu. Aku takut kamu tak menyukainya. Aku juga taku kamu risih karenanya. Apa aku boleh memberikannya untukmu? Memberi satu hati berwarna merah. Ya, I wanna give you 'love'.
Ps: Kamu belum menjawab pertanyaanku kemarin.
Selasa, 21 April 2015
Hari Ketiga dan Masih Untukmu
Hari ketiga dan masih untukmu.
Jangan bosan dulu membaca tulisan tulisanku, karna sepertinya aku sudah memantapkan hatiku untuk terus menulis tentangmu, mungkin sampai kamu benar benar menyadari bahwa dari tiga tahun lalu, semua itu tentangmu. Jika pada saat itu kamu menyadari, aku harap kamu tidak melarikan diri.
Hari ini aku tak melihatmu dimana pun. Kamu baik baik saja? Huh. Di saat seperti ini, saat aku tak bisa menemuimu dimanapun, aku berharap kamu rela bertukar contact pribadimu. Agar kelak aku dapat menuliskan pesan pesan rindu untukmu (walau pasti hanya berakhir menjadi draft).
Ah iya, apakah kamu sudah tau apa yang hebat dari jatuh cinta?
Tidak ingin kah kamu tau?
Maka jatuh cintalah.
Kepadaku.
Ps: selamat bekerja..... dan jatuh cinta! :)
Senin, 20 April 2015
(Menurutku) Ini Sapaanmu
Siang ini, satu lagi aku tulis untuk kamu yang masih tetap sama.
Kelak mungkin blogku akan kembali ramai dengan tulisan tulisan seperti ini. Yang masih tentangmu, dengan rasa yang masih tetap sama namun ku harap dengan cerita yang berbeda.
Kamu mungkin tak mengerti bagaimana aku begitu mengagumimu. Tak perlu kamu cari tau sedalam apa aku mengagumimu. Yang jelas selama tiga tahun ini rasaku tak berubah, meski sempat mati rasa. Tak mengerti pula bagaimana rasa ini ada, tiga tahun pula aku tak tau jawabannya.
Sepertinya kamu sudah mulai paham ya? Atau memang (masih) hanya aku yang berpikir terlalu jauh? Tapi entahlah aku merasa ada yang berbeda. Meski kamu tak bermaksud seperti itu, tapi terima kasih telah membuatku tersenyum ceria sesaat terbangun dari mimpi. Terima kasih karna setidaknya kamu lagi-lagi membuat pagiku ceria.
Hari ini mungkin aku harusnya aku sudah muram luar biasa karna tak disapa atasanku sekalipun, tapi berkat (mungkin hanya menurutku) sapaanmu pagi ini, hatiku mampu menghasilkan rasa ceria luar biasa yang mampu mengalahkan segala muram hari ini.
Sekali lagi, terima kasih telah menyapaku pagi ini. Aku (masih) menanti sapaanmu hari hari selanjutnya.
Ps: kamu tau apa yang hebat dari jatuh cinta?
Sabtu, 18 April 2015
Abaikan Atau Sapa Aku!
Kepada kamu yang masih sama,
Hei,
Tak terasa ini sudah penghujung minggu. Bagaimana dengan seminggu mu? Aku harap kamu tak kekurangan waktu tidur. Pun juga melewatkan satu saja jam makanmu. Badanmu sudah terlalu tipis untuk tak dijaga.
Aku sepertinya melewatkan satu hari pentingmu ya? Sebenarnya bukan lupa, hanya saja aku sengaja pura pura lupa dan berpura-pura tak tau. Aku masih tak ingin kamu tau. Walau sebenarnya, februari lalu sudah ku siapkan sepucuk surat untukmu. Yang mungkin akan memalukan diriku jika aku tetap mengirimkannya padamu. Akan kutunjukkan suratku itu jika nanti kita bertemu. Iya, jika kesempatan itu datang padaku. Karna sepertinya IA masih tak rela kita bertemu.
Bagaimana suasana kerjamu? Ah, sayang sekali aku tak seberuntung itu untuk menjadi rekan kerjamu. Aku jadi ragu apakah aku akan seberuntung itu menjadi teman hidupmu? Entahlah. Yang jelas aku masih berharap untuk itu. Di saat kamu masih berharap pada yang terdahulu.
Hei,
Kamu tau, aku masih sering berkunjung ke 'rumahmu'. Walau kadang yang kudapat hanya meracau karna cemburu. Aku harap kamu pun begitu, mainlah ke 'rumahku' dan tinggalkan satu saja pesan untukku. Aku rasa aku akan melompat bahagia jika kamu begitu.
Hei,
Menurutmu, apa aku harus menerbitkan tulisan ini? Apa dengan begitu kamu akan tau? Ah, entahlah. Jika tulisan ini nantinya kamu baca, pilihanmu hanya dua; abaikan atau sapa aku! Aku tunggu!
Ps: selamat bertambah usia!
Panggilan-Mu
Sabtu, dini hari.
Aku terdiam dalam sunyi. Mengingat peristiwa demi peristiwa yang terjadi hari ini. Terasa seperti ada suatu yang aku lupa, yang aku lewatkan, yang tak bisa aku ingat namun menggangu pikiran. Berulang-ulang seperti itu.
Aku coba kembali pejamkan mata. Berusaha mengenyahkan sesuatu yang masih tak mampu aku ingat. Namun tetap tak bisa. Semakin ku pejamkan mata semakin hatiku gelisah. Padahal lelahku luar biasa.
Otakku masih tak dapat mengingat namun hatiku bicara ada sesuatu yang aku lupa. Ia--hatiku--seakan menolak lupa. Ia tak pernah segundah ini sebelumnya. Aku masih tak mengerti apa yang aku lupa.
Aku buka lini masa ku satu per satu, mencoba mencari petunjuk dari sana. Barang kali ada celotehan celotehan atau postingan yang dapat membangunkan sesuatu yang aku lupa. Namun tak jua aku dapatkan. Tak ada petunjuk di sana dan hanya limbah limbah otak manusia.
Kembali ku pejamkan mata. Namun tetap tak bisa. Sudah lima jam aku tetap terjaga tanpa mengerti sebabnya. Aku kesal luar biasa. Karna rasanya tak ada yang aku lupa. Pekerjaanku, kehidupanku, keluargaku semua baik baik saja.
Sampai seketika airmata menetes tanpa ragu. Hatiku seakan meluluh. Bergetar luar biasa. Hanya karna mendengar panggilanmu.
Rabu, 11 Februari 2015
I Stand By You, Chong!
Selamat anda beruntung mendapatkan surat cinta ke-13 (walaupun libur 6 surat)!
Hai, Chong!
Surat kali ini temanya I Stand by You. Dan orang yang gue inget pas denger tema itu ya elo! Karna kita nonton film doraemon yang heitttzzz itu berdua jauh-jauh di Bandung. Hahaha, kurang kerjaan!
Gue gak bakal nulis panjang lebar basa basi terlalu lama, karna waktu ngirim surat ke tukang pos tinggal beberapa menit lagi.
Gue cuma mau bilang, gue selalu ada buat lo. Gak cuma di saat lo happy, tapi percayalah gue bakal selalu siap dengerin kegalauan lo, ya walau kadang lo ngeyel sih. Hehehe.
Jadi jangan sedih ya, semangat terus! Walau realita gak seindah yang kita harapin. Tapi tenang chong, sedih gak akan betah berlama lama sama orang yang percaya kalo hidupnya berwarna. Saat hujan akan ada pelangi kalo ada matahari, begitu pun setelah sedih akan ada bahagia kalo kita tetep semangat. So, semangat chong!
Sekian,
Qifthi.
*maaf ya kalo aneh nih surat tapi aneh aneh gini, gue kirimnya tulus lho pake cinta! Cups!
Rabu, 04 Februari 2015
For The First Time In Forever; MR. EIR
Teruntuk Mr. EIR,
Halo, Mister!
Hari ini surat cintanya harus bertema. Bosse PosCinta minta tema hari ini for the first time in forever. Pertemuan pertama yang gak akan pernah dilupa. Dan tema ini seakan membuka lagi memori lima tahun lalu. Mungkin lo gak pernah tau ada apa di lima tahun lalu. Dan lo gak akan pernah baca surat ini. Ya, karna kita sebenarnya gak pernah saling bertatap muka langsung secara sengaja.
Lima tahun lalu, sekitar lima tiga puluh di hari kerja, asal muasal kenapa surat ini bisa ada. Waktu itu, kita masih berseragam putih abu-abu. Dan sama-sama menggunakan sepeda motor, bedanya lo pengendara, gue penumpang. Tentunya di motor yang berbeda. Berangkat pagi-pagi buta demi ngindarin macet. Ya siapa suruh sih SMA aja mesti Depok-Jakarta. Biasanya saat itu gue lagi mengantuk-ngantuk ria di motor. Tapi hari itu beda. Gak tau kenapa, gue tiba-tiba tertarik gitu aja sama pengendara motor yang sama-sama masih SMA berplat nomor B xxxx EIR. Padahal saat itu, lo pake helm full face. Gak sama sekali gue bisa liat wajah lo, Mister. Ditambah motor yang gue tumpangi dan motor lo cuma papasan beberapa detik. Selebihnya, wusssss~ lo kenceng banget bawa motornya. Tapi gak tau kenapa gue bisa setertarik itu.
Hari itu gue belum lebay. Serius. Karna setelah beberapa hari, gue jadi super lebay banget. Kenapa? Karna ternyata esoknya dan esoknya lagi dan jadi hampir semingguan kita selalu papasan! Setelah beberapa kali papasan, rasa penasaran gue semakin menjadi. Sumpah ya tuhan gue juga gak paham kenapa gue bisa sepenasaran itu. Tapi ya lagi-lagi, kenapa sih lo selalu pake helm full face? Huh! Dan karna gue gak pernah bisa untuk ngeliat wajah lo, jadilah gue cuma ngapalain plat nomor lo. Itu lah kenapa lo, gue panggil Mister EIR.
Rasa penasaran yang super lebay itu semakin jadi lebay, Mister. Karna tau ternyata tiap pagi, rute kita sama. Dan penasaran yang super lebay itu jadi super super berlebihan saat gue gak sengaja liat lo nurunin adek lo (entah itu adek lo apa bukan, gue sih beranggapannya gitu) persis di SMP samping SMA gue.
Lo tau gak sih Mister, kalo tiap pagi ada cewek yang ngebuntutin lo tapi gak pernah berhasil ngeliat wajah lo? Gilak ya? Ya begitulah. Gue juga gak paham kenapa gue bisa begitu.
Bahkan Mister, waktu itu puasa. Hari itu gue berangkat naik angkutan umum berdua temen, ketika kita lagi jalan dan saat itu seolah-olah motor berplat EIR lewat (entah itu emang motor lo apa bukan) kita berdua (temen gue udah tau cerita tentang lo dari A sampai Z) langsung lari sekenceng-kencengnya! Kayak polwan mau nangkep maling! Tapi hasilnya apa? Wuuuuussss~ lo kayak angin puting beliung, cepet banget bawa motornya. Huh!
Sampai di sini, lo jangan berpikir gue gilak. Karna bahkan gue melakukan hal yang lebih gilak lagi.
Berkat rasa penasaran gue yang engga ilang-ilang, akhirnya gue memutuskan untuk nyari lo. Padahal gue gak tau siapa nama lo, muka lo kayak apa, lo sekolah dimana saat itu. Cuma beberbekal penasaran. Dengan bantuan temen-temen gue yang agak error (mau aja nanggepin rasa penasaran temennya), gue nyari lo di sekolah yang tetanggan juga sama sekolah gue.
Lo tau hasilnya apa? Ketemu mister! Ketemu! Motor berplat nomor EIR punya lo ketemu! Bahagia bukan main! Tapi, kalau saat itu gue ketemu sama lo secara face to face, mungkin surat ini gak akan ada. Mungkin kenangan kayak gini gak bakal bertahan lama diingatan gue. Mungkin gue sampai sekarang gak akan penasaran. Karna akhirnya kita gak ketemu! Setelah berlama-lama gue (dan temen gue) nunggu, ah apa daya. Lagi-lagi........... wussssssss~ lo kenceng banget. Tanpa sempat gue bisa jegat lo, nanya nama lo siapa, minta lo buka helm lo, lo udah ilang gitu aja. </3
Setelah itu, gue berasa lagi di-PHP-in, Mister. Sakiiiiiittt. Perjuangan gue sia-sia. Setelah itu, gue memutuskan untuk gak mau lagi penasaran. Walau sebenernya gue masih penasaran sampe sekarang. Setelah itu, gue memutuskan untuk gak mau lagi tau. Walau sebenernya gue masih pengen tau. Tapi setelah itu, gue memutuskan untuk tidak melupakan kegilaan gue akan lo saat itu. Karna itu, surat ini gue tulis. Sebagai bukti, kalo pertemuan saat itu masih jadi yang pertama yang gak bisa dilupa.
Semoga kita suatu saat benar-benar jumpa ya, Mr. EIR.
Selasa, 03 Februari 2015
Surat Limabelas Menit
Teruntuk: @ajeng_yf @sartikakusuma @raismansodikin
Haloooo~~~ haloooo~~~ bandung~~~ ibukota periangan~~~
Ah kok jadi nyanyik? Kalian sih!
Oke, baiklah kita serius!
Halooo kalian yang udah sebulan ini super banget sibuk sampek susah banget nyisihin satu hari aja diantara tigapuluh hari yg kalian punya!
Bertemu lagi dengan dalila, istrinya YH yang super ketjeh ini, masih dengan surat cinta walaupun agak males sih nulis surat buat kalian, tapi berhubung kayaknya kalian jarang dapet surat cinta jadi yaudahlah tuh gue berbaik hati. Hahahahaha *sssstt! Anak gadis ketawanya mesti anggun
Jadi, surat cinta ini isinya apa?
Puja-puji untuk kalian? Hi. Hi. Hi. Hi. *ceritanya ketawa dengan anggun* Jangan haraaaappp! Hahahahhahaha *kelepasan lagi*
Kenapa sih gue selalu absurd bin random begini kalo berhubungan sama kalian? Padahal akuh tuh ya sebelum mengenal kalian, anak gadis mami paling kalem. *oke, abaikan*
Gimana rasanya dapet surat cinta lagi dari gue? Pasti bahagia luar biasa, ya kan? Udah lah akui saja. Hahahaha
Mulai bagian ini dalila nya akan serius.
Hai, kalian bertiga.
Terlepas dari gue yang mungkin jarang banget ngubungin kalian, semoga kalian bertiga gak pernah lupa ya masih ada gue. Karna gue selalu menyempatkan diri untuk setidaknya ngecek satu dari sekian linimasa kalian. Untuk sekedar tau, kalian baik-baik aja.
Akhir-akhir ini, gue seakan kejar-kejaran dengan waktu untuk nyelesein kerjaan yang gak kelar-kelar. Surat ini aja ditulis limabelas menit sebelum waktu kerja di mulai. Setelah itu, gue rasanya dipaksa lupa kalo gue masih punya kehidupan pribadi. Begitulah.
Mau ngeluh, tapi gak guna. Jadi ya mau gak mau tiap hari gue selalu maksa raga gue tetep jalan walau hatinya kadang masih molor di rumah.
Aduh kalian tau gak sih ada banyak hal yang rasanya pengen gue ceritain. Kayak mimpi semalam misalnya. Mimpi gue semalam indaaaaaah banget! Kalian gak penasaran? Makanya sisain satu hari buat kita ketemu lalu berbagi duka, tawa dan cerita.
Berhubung dikit lagi jam kerja. Jadi yaudah, surat ini sampe di sini aja. Hahahahha. Yang jelas gue kangen dan mari jumpa!
Yang kangen,
Dalila.
Minggu, 01 Februari 2015
Teruntuk Kamu; Selamat Berbahagia!
Dear kamu,
Aku mungkin seharusnya malu menulis ini. Tapi sepertinya aku akan lebih malu jika akhirnya kamu tidak tau.
Malam ini kamu tau dengan siapa aku bertemu. Sebelumnya, terima kasih tetap membiarkan kami bertemu. Terima kasih karena tidak melarang kami bertemu. Terima kasih karena kamu masih memberi sebagian untukku.
Malam ini kami bercerita banyak. Cerita yang telah lama aku pendam yang sungguh ingin aku ceritakan. Cerita yang telah lama ingin aku ketahui. Yang sebagian besar adalah tentangmu.
Dear kamu,
Akhirnya malam ini aku tau. Beberapa potong rasa yang selama ini tak bisa aku raba tentangmu kala itu. Ah, sungguh maafkan aku. Namun rasanya maafku sudah tak perlu lagi kamu dengar. Biarlah aku ucap itu tanpa kamu tau.
Malam ini aku tau semua jawaban untuk pertanyaan yang tak pernah aku ucap. Dan semoga kamu juga akan tau semua tanya yang menggerogoti habis kita.
Dear kamu,
Jangan ragu untuk selalu menjadi yang lebih, karena dengan itu kamu tak akan pernah kalah. Terima kasih karena telah mengajariku itu. Untuk menjadi yang lebih dikemudian hari. Jika beberapa waktu lalu aku menganggap aku berada jauh di depanmu, kini aku sadar bahwa aku tak pernah ada diposisi itu. Aku di depanmu hanya karna kamu telah terlebih dulu melewatiku.
Dear kamu,
Selamat berbahagia. Majulah dengan bangga dan mari bersama tinggalkan yang berbau kita. Karena malam ini aku mengerti, bahwa aku belum benar benar meninggalkan itu.
-----------------------------------------------------------------
Ps: Ah iya, aku sudah lihat foto-foto pernikahanmu. Selamat untuk itu.
Dari Aku; Februari
Minggu ke satu aku,
Kepada semua pengirim surat untuku,
Perkenalkan, aku Februari.
Sebelumnya terima kasih sudah menghidupi kembali kotak posku yang sudah sebelas bulan mati.
Telah ku sempatkan membaca satu persatu surat kalian. Terima kasih telah menyambut aku dengan suka cita luar biasa. Kalian membuat tugasku semakin berat! Rasanya aku harus berusaha ekstra keras untuk menemani kalian selama duapuluh delapan hari kedepan.
Aku tersanjung kalian memujiku bulan penuh cinta. Kakak dan adik-adik bulanku iri mendengarnya. Aku juga ragu mengapa kalian begitu banyak berharap cinta kepadaku. Sebenarnya, aku tak punya cinta yang cuma-cuma. Tidakkah kalian tau cinta yang aku punya juga berasal dari kalian?
Tidak tau? Ah, baiklah aku jelaskan.
Aku memang punya cinta.
Yang asalnya dari diri kalian.
Cinta yang aku punya akan semakin terlihat ketika guratan senyum kalian terukir.
Cinta yang aku punya akan semakin menguat ketika tangan-tangan kalian saling menjabat.
Cinta yang aku punya akan semakin terasa ketika pelukan kalian menguat.
Cinta yang aku punya semakin sempurna ketika hati kalian saling percaya.
Lalu,
Jika kalian meminta begitu banyak cinta padaku namun tak pernah mengukir senyum, tak pernah saling menjabat, tak pernah saling memeluk juga tak saling percaya, dari mana akan aku bagi cinta yang kalian pinta?
Dan akan aku beri tau kalian suatu rahasia, cinta itu menular! Kalian akan dengan cepatnya terjangkit cinta karna satu virus mematikan. Kalian tau? Tidak tau? Baiklah aku beritau lagi. Kalian akan terjangkit cinta karna satu virus mematikan, yaitu kebahagiaan!
Maka,
Berbahagialah. Untuk kalian.
Untuk cinta yang kalian punya.
Demi cinta yang mereka pinta.
Bulan yang kalian bilang penuh cinta,
Februari.
Sabtu, 31 Januari 2015
Kepadamu Penyuka Salju
Hei kamu!
Bagaimana kabarmu? Sudahkah memakai baju hangatmu? Tutupi serapat mungkin tubuhmu atau akan terserang flu. Ingat, masih banyak mimpi yang menunggumu. Pun aku.
Hei,
Bagaimana rumahmu? Sudahkah dilengkapi pemanas ruangan? Lantainya terlalu dingin untukku berani menjejak. Aku takut dinginnya 'kan menghapus jejakku perlahan. Juga kita.
Hei,
Bagaimana kulkasmu? Sudahkah kamu mengubah isinya? Tinggalkan lah segala pengawet itu. Bersusahlah sedikit untuk asupan bergizi. Kamu tak perlu pengawet itu untuk tubuhmu apalagi hatimu.
Hei,
Kamu penyuka salju,
Aku rindu.
Aku harap matahari akan melelehkan salju yang menggunung dalam dirimu.
Sebelum kita bertemu.
Jika tidak...
Hei,
Kamu penyuka salju,
Aku rindu.
Bersiaplah untukku lelehkan segala saljumu saat kita bertemu.
Senin, 26 Januari 2015
Selamat Ulang Tahun
Hi, Dear!
Sebelumnya, maafkan ingatanku yang sepertinya semakin melemah untuk hari terpenting kalian. Jauh-jauh hari, ketika Januari pertama kali terbangun dari tidur sebelas bulannya, aku sudah mengingatkan ingatanku untuk mengingat dua hari itu. Tapi apa daya, berakhir lupa. Sungguh, maafkan. Hiks. :(
Maka, sebagai gantinya ku kirim surat pertama ini untuk kalian.
-----------------------------------------
Hi, Dear!
Selamat merayakan tanggal 22 yang ke duapuluh tiga dan tanggal 24 yang ke duapuluh empat. Selamat untuk kalian berdua!
Berdoa lah yang banyak, Dear.
Sebanyak itu pun akan ku-amin-i.
Berbahagia lah setiap harinya, Dear.
Tebarkan pada siapa saja virus kebahagiaan kalian.
Bersemangat lah pada setiap perjalanan yang akan kalian tempuh, Dear.
Buktikan pada diri kalian bahwa kalian sehebat itu.
Paksa kami untuk mengangkat topi atas segala jerih kalian.
Bersyukur lah pada setiap detik yang masih kalian dengar detaknya, Dear.
Kencangkan yakinmu untuk mengalahkan setiap ketidakmungkinan.
Bungkam semua ragu yang terucap dari mulut-mulut jahil akan kalian.
Bersedih lah pada setiap kegagalan yang mungkin akan kalian hadapi, Dear.
Namun jangan berlama, bangkit lah segera.
Biarkan sedihmu menjadi saksi keberhasilan kalian kelak.
Dear,
Mungkin jarak sudah memisahkan paksa kita tapi percayalah aku masih akan tetap berlari untuk memeluk kalian saat semua mengacuhkan.
Mungkin waktu sudah banyak membuat aku lupa tapi percayalah aku tak akan pernah menghapus sedikitpun tentang kita.
Kalian, kita, adalah satu yang akan selalu aku syukuri. Percayalah.
Dan dari tiap kata dalam tulisan ini, aku pinta cinta pada-Nya untuk kalian.
Selamat ulang tahun, kalian berdua!
Penuh cinta,
Dalila.
-----------------------------------------
Ps: Bagaimana bila bertemu? Aku siapkan sabtu minggu bila mau. Aku tunggu! 👌
Kamis, 01 Januari 2015
1st Jan 2015
Hari pertama di bulan pertama di tahun 2015.
2014 sungguh tahun yang panjang, yang kadang ingin sekali cepat cepat aku akhiri. Sungguh tahun yang begitu melelahkan, menguras habis seluruh airmata. Hingga kadang ingin sekali cepat cepat berakhir.
Ada begitu banyak peristiwa yang menguji sabar kami. Menjatuhkan kekuatan kami. Menghancurkan harapan kami.
Awal tahun kami harus menerima kenyataan bahwa salah satu dari kami--beliau yang begitu aku butuhkan--didalam tubuhnya terdapat sel kanker ganas yang sudah menggerogoti. Aku rasanya sampai detik ini, masih tidak mampu bisa menerima kenyataan itu. Namun harus berpura-pura kuat demi beliau.
Setelahnya, rasanya waktu berjalan begitu lambat. Waktu tidak berjalan secepat perkembangan sel kanker tersebut. Kami, hari demi hari diharuskan tetap percaya tabah. Walau rasanya ingin sekali marah. Entah pada siapa.
Hidup rasanya hampa. Kebahagiaan yang dirasa begitu semu. Selalu ada pedih yang terasa ketika kami mampu tertawa bahagia. Ya, kami letih luar biasa.
Dan tidak sampai di sana saja, aku dan adikku--ia yang selama 15tahun tidak pernah dirawat--harus juga merasakan liburan di rumah sakit. Entah bagaimana caranya mama bisa tetap bertahan. Merawat kami bergantian. Sungguh Allah, beri lah beliau selalu kekuatan dan kesehatan seterusnya.
Hingga puncak pedih itu datang di minggu pagi yang tenang. Ya, tenang sungguh sangat tenang. Sampai kami tak mengira saat itu kedatangan tamu luar biasa sampai kami menyadari kepergiaan salah satu dari kami. Tamu luar biasa itu adalah malaikat Izrail.
Otakku seakan beku membuat hatiku begitu kelu sampai airmata tak tau bagaimana caranya untuk berhenti mengalir.... Sungguh Allah bukan ini yang aku harapkan. Bukan akhir seperti ini yang aku harapkan. Sungguh rasanya sesak masih saja menyelimuti dada sampai saat ini.
2014...
Kini telah berakhir. Meninggalkan luka yang rasanya ingin aku buang jauh jauh namun masih saja membuntutiku.
2015...
Sungguh aku berharap untuk secercah harapan yang baru. Kebahagiaan yang dapat membawa kami melupakan semua pedih ini. Aku berharap untuk itu.
Sungguh Allah,
Jadikan harapan kami nyata.
Aamiin.