Halo! Cinderlila is back!!
Yeay! Akhirnya sekarang akan bisa
sering-sering nulis karena skripsi akhirnya selesai!! Dan kali ini gue mau
bahas tentang paspor 24 halaman.
Paspor yang kata orang banyak—termasuk petugas
Imigrasi—adalah paspor TKI. Yang setiap kita mau buat mereka—petugas
Imigrasi—akan menakut-nakuti kita dengan bilang “Ini paspor TKI, nanti kamu gak
bisa masuk lho buat liburan.”
Itu lah yang gue alami ketika 3 lalu gue
memutuskan untuk bikin paspor 24 halaman. Alasan gue akhirnya apply untuk paspor
24 halaman karena saat itu gue mikir, gak bakalan habis itu halaman paspor
selama 5 tahun buat gue. Dengan keadaan gue yang baru aja kerja 1 tahun dan
gaji seadanya, mau kemana sih gue 5 tahun ke depan? Bisa ngelilingin Asia
Tenggara aja gue seneng. Makanya daripada sayang itu halaman paspor gak kepake,
mendingan gue bikin yang 24 halaman toh hak dan kedudukannya sama menurut web
Imigrasi —kalian bisa cek langsung di webnya.
Jadilah, saat itu gue apply paspor 24
halaman via online di web Imigrasi. Setelah menyelesaikan pengisian data dan
pembayaran di bank, gue datang ke Imigrasi Depok sesuai dengan tanggal yang
ditentukan dengan membawa semua persyaratan yang ditentukan. Sesampainya di
Imigrasi Depok dan masukin semua dokumennya, kemudian berkas dicek dan gue
dipanggil untuk sedikit interview dan foto, petugas Imigrasi tersebut kemudian
ngomong gini,
Petugas Imigrasi: “Mbak, mau bikin paspor
24 halaman?”
Gue: “Iya, Pak.”
Petugas Imigrasi: “Mbak, paspor 24 halaman
itu untuk TKI. Nanti Mbak gak bisa masuk lho ke negara-negara tertentu.”
Gue: “Kata siapa pak paspor 24 halaman itu
sekarang masih untuk TKI? Bapak kan petugas Imigrasi ya, seharusnya bapak tau
dong kalo di web Imigrasi itu ditulis bahwa paspor 24 dan 48 halaman itu hak
dan kedudukannya sama.”
Petugas Imigrasi: “Iya sih mbak sekarang
udah sama tapi ada beberapa negara yang belum tau.”
Gue: “Nah itu bapak udah tau. Kalau pun
beberapa negara belum tau, itu tugasnya siapa untuk ngasih tau?”
Setelah gue ngomong gini, petugasnya agak
bete mungkin kesel gue jawab mulu kali ya, tapi toh gue bicara bener kan?
Petugas Imigrasi: “Iya tapi tetep aja mbak
kita gak mau ya bertanggung jawab kalau mbak gak dikasih masuk ke negara
tertentu.”
Gue yang dengernya seketika kesel. Lho lho
lho!?!?!? Sama warga negaranya sendiri aja, pemerintahan kita gak mau
bertanggung jawab, gak mau melindungi lho. Tadinya mau gue omongin kayak gitu
tapi daripada gue makin ribut sama ini petugas jadinya gue gak jadi ngomong.
Gue: “Emang negara mana sih pak yang gak
ngebolehin?” tanya gue sinis.
Petugas Imigrasi: “Ya, kayak Amerika,
Eropa, Australia gitu mbak.”
Gue: “Saya gak bakal ke sana juga pak dalam
waktu 5 tahun ke depan. Belum mampu. Bapak emang mau bayarin saya? Udah saya
tetep bikin yang 24 halaman, Pak.”
Petugas Imigrasi: “Yaudah kalo mbak ngeyel.
Tapi mbak harus bikin surat pernyataan di atas materai kalau tidak akan
menyalahkan Imigrasi Depok kalo mbak dilarang masuk.”
Gue: “Heran, sama warga sendiri aja gak mau
melindungi. Iya saya bikin pak tenang aja, saya gak akan nyalahin.”
Dan akhirnya kalimat tersebut terucap dari
mulut gue. sumpah saat itu gue kesel bukan main. Bener-bener kesel, sedih,
kecewa campur lah jadi satu. Untuk hal yang kayak gini aja, ketauan kan kalau
negara kita birokrasinya jelek? Antara web Imigrasi aja sama petugas
Imigrasi sendiri gak sinkron. Jadi gue ngerti deh kenapa sampe beberapa negara
yang belum tau bahwa mulai 2010, paspor 24 halaman itu sudah bisa untuk semua
WNI juga hak dan kedudukannya sama dengan paspor 48 halaman. Yang membedakan
hanya jumlah halaman dan harga saat pembuatannya. Tapi 1 tahun setelah gue buat
paspor itu, beredar kabar kalau per 2020 itu paspor biasa ditiadakan dan
menjadi e-paspor.
Setelah semua drama dengan petugas imigrasi
itu, 3 hari kemudian paspor gue jadi. Dan sampai tulisan ini di tulis, Alhamdulillah
gue bisa masuk ke 6 negara tanpa ada pencekalan ataupun wawancara di Imigrasi
negara-negara tersebut. Ya memang sih enam negara tersebut hanya negara di Asia
dan cuma 1 yang memerlukan apply visa terlebih dulu.
![]() |
Ini dia paspor TKI gue hahahaha |
Enam negara tersebut
adalah Malaysia, Singapura, Hongkong, Macau, Korea Selatan dan Thailand. Gue
masuk ke negara-negara tersebut tanpa dipersulit, tanpa ada pertanyaan “Ini kan
paspor TKI” (pas gue mau ke Singapura, Mas Imigrasi di Bandara Soekarno Hatta
malah yang ngenye begitu tuh, “Mbak kok paspornya paspor TKI?” yang gue jawab
cuma dengan tatapan sinis.) Dan bahkan bisa lolos apply visa untuk Korea
Selatan.
Jadi, kalau sekarang masih bisa bikin
paspor 24 halaman dan kalian pun berpikir hal yang sama kayak gue—gak bakal
habis itu paspor—jangan takut untuk bikin paspor 24 halaman. Jangan takut gak
bisa berpergian ke negara yang sudah pernah gue kunjungi itu.
Dan Maret 2017 insyaallah gue akan ke
China, doakan tidak ada halangan juga ya.