Hai! Cinderlila datang lagi
membawa sebuah cerita~~ hahaha sebenernya ini cerita udah lama udah terpendam 8
bulan—1 bulan lagi udah jadi dedek bayik, abaikan—tapi kayaknya gak ada yang
namanya basi ya buat sebuah pengalaman menyenangkan. Jadi, malam ini daripada
cinderlila cuma bengong—pangeran dateng juga gak ada—maka ijinkan aku
bercerita.
Mari naik lorong waktu ke delapan
bulan lalu.
20 September 2015.
Hari ini buat gue termasuk satu
hari dari 365 hari selama 2015 yang sangat gue syukuri. Jadi hari ini, gue
mewakili Depok jadi Host untuk Kumpul Kota Depok. Acaranya gak besar, yang ikut
juga gak banyak tapi dari sini gue banyak dapat pengalaman baru yang berkesan
banget dan kenal teman-teman baru. Mungkin kalian bingung apa sih Kumpul Kota?

Kumpul Kota adalah suatu
gathering dari #30HariKotakuBercerita untuk para pesertanya ditiap kota
masing-masing. Kalau kalian belum tau apa itu #30HariKotakuBercerita, gue
jelasin sedikit. #30HariKotakuBercerita adalah suatu kegiatan menulis selama 30
hari selama bulan September 2015 yang diadain oleh @PosCinta. @PosCinta sendiri
sudah hampir 5 tahun mengadakan acara menulis #30HariMenulisSuratCinta setiap
bulan February. Dan September ini temanya beda, kita harus menulis tentang kota
kita sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Selain menulis, @PosCinta juga
mengadakan gathering untuk para peserta disetiap kotanya yang diakomodir oleh
pesertanya juga secara suka rela.
Karna waktu itu gue berpikir,
kayaknya bakal asik dan seru, suka rela lah gue mendaftar menjadi Host untuk
Kumpul Kota Depok. Yang ternyata benar-benar terpilih. Benar-benar seru kah
menjadi Host Kumpul Kota Depok? Seru! Tapi juga pusing. Ya gimana engga, karna
tujuan acara ini agar kita lebih mencintai kota kita masing-masing dengan
menjelajahi sejarah kota kita masing-masing. Nah lho! Masalah gak tuh? Gue dari
lahir sampai 24 tahun—sekarang 25 oke fine—emang besar di Depok. Tapi masalahnya
gue gak tau sejarah apapun tentang Depok. Emang ada tempat bersejarah di Depok?
Yang gue tau cuma Mall di sepanjang Margonda.
Sempat pusing bingung stress gue
mikirinnya. Googling sana sini, tanya teman-teman kali aja ada yang tau dimana
tempat bersejarah di Depok. Sampai akhirnya ada seseorang yang mention ke
twitter gue kalau dia dengan senang hati mau ngebantu. Ah seneng banget
rasanya! Dari situ lah gue kenal sama yang namanya Nidi. Dia juga peserta
#30HariKotakuBercerita dari Depok. Bertemulah kita, berdiskusilah kita dan
bingunglah kita.
Alhamdulillah nya, di group Host
Kumpul Kota saat itu Host Kumpul Kota Jakarta ngasih link tentang walking tour
Depok. Googling lah gue tentang walking tour itu, tapi hasilnya yang ngadain
walking tour itu udah bubar. Berbekal nyontek ide mereka, gue dan Nidi pun
nge-arrange sendiri walking tour Depok—yang kemudian kita namakan Walking Tour
Jelajah Depok. Kita gak berdua saat itu, ada Tika yang bantu bikin e-flyer
Walking Tour Jelajah Depok dan Mutia yang bantu ngeguide selama acara berlangsung.
Sampailah pada hari H. 20
September 2015.
 |
Sebagian peserta Walking Tour Jelajah Depok.
Setelah foto ini diambil, gubraaaakkkkkk cinderlila jatuh~~~ kecengklak dong sis hiks |
Meeting point walking tour kita
hari itu adalah Stasiun Depok Lama dengan peserta kurang lebih 15 orang, kita
memulai walking tour tepat pukul 9 pagi dengan tujuan pertama yaitu Rumah Sakit
Harapan. Rumah Sakit Harapan ini dulunya tempat bersejarah di Depok—ketika Belanda
masih jadi tuan tanah. Di belakang rumah sakit tersebut dulunya merupakan
gudang penyimpanan padi bagi para budak. Sedangkan di depan Rumah Sakit Harapan
ini ada tugu bernama Tugu Cornelis Chastelein—ia merupakan orang Belanda yang
datang ke Indonesia untuk bekerja pada VOC sekitar abad 16 yang setelah pensiun
ia membeli tanah di pinggiran Jakarta yang sekarang bernama Depok dan
mempekerjakan kurang lebih 150 budak dari berbagai wilayah.
Sayangnya Tugu Cornelis
Chastelein tersebut sempat beberapa kali terhenti pembangunannya karna Pemkot
Depok melarang pembangunan tugu tersebut karna beberapa alasan—salah satu
alasannya karna Pemkot Depok menganggap bahwa Cornelis Chastelein adalah
penjajah yang tidak patut dikenang.
Oh iya sebelum bercerita lebih
jauh, kalian tau gak Depok itu ternyata adalah sebuah akronim?
DEPOK, De Eerste Protestante
Organisatie van Christenen. Itulah asal muasal nama Depok. Dulu kala, Depok
dimaksudkan untuk menjadi Padepokan Kristiani oleh Cornelis Chastelein.
Tujuan walking tour selanjutnya
adalah Gereja Immanuel. Tapi sebelum ke Gereja Immanuel, kita sempat mampir ke
salah satu rumah tua yang masih ditempati. Bapak pemilik rumah berbaik hati
untuk menceritakan kalau rumah tersebut dulunya adalah rumah Belanda yang
ketika kemerdekaan diserahkan kepada negara. Ia juga bercerita bahwa bentuk
rumah tidak pernah ia ubah.
Di Gereja Immanuel, kita gak bisa
masuk karna hari ini minggu dan sedang ada kebaktian. Sebelumnya, ketika survey
lokasi, gue dan Nidi sempat masuk ke dalamnya. Di pintu-pintu samping gereja
terdapat 12 marga Depok. Jangan kaget! Depok juga punya marga lho. Apa aja
marga-marganya?
Bacas, Isakh, Jacob, Jonathans, Joseph,
Laurens, Leander, Loen, Samuel, Soedira, Tholense dan Zadokh. Tapi sayangnya,
marga Zadokh sudah tidak ada penerusnya karna keluarga ini tidak memiliki anak
lelaki.
Dari Gereja Immanuel, kita lanjut
ke YLCC yang letaknya gak jauh dari Gereja Immanuel. YLCC atau Yayasan Lembaga
Cornelis Chastelein adalah suatu yayasan yang didirikan oleh orang-orang asli
Depok. Di sini kita diberi tau tentang sejarah Depok lebih jauh oleh Bapak
Ferdi. Gue sebenernya gak nyangka banget beliau bisa meluangkan waktunya untuk
jelasin sejarah Depok secara langsung, karna pas janjian by phone 1 minggu
sebelum hari ini, awalnya beliau menolak karna ini adalah hari libur dan YLCC
tidak buka. Tapi kemudian setelah dijelaskan maksud tujuan kita adalah untuk
mengenal Depok lebih jauh, Bapak Ferdy & Ibu Suzana menerima kita dengan
begitu hangat.

Di YLCC terdapat berbagai
peninggalan-peninggalan Belanda terdahulu. Di kursi-kursi yang sedang kita
duduki itu, dibelakangnya terdapat 12 nama marga Depok seperti yang ada di
Gereja Immanuel. Bapak Ferdy & Ibu Suzana mengungkapkan bahwa mereka senang
sekali masih ada yang ingin tau dengan sejarah Depok. Mungkin kalian tau nya
umur Depok itu 18 tahun, tapi ternyata umur Depok sudah lebih dari 300 tahun,
tapi lagi-lagi sayangnya Pemkot Depok tidak setuju untuk menghitung umur Depok
dari awal sejak Cornelis Chastelein mendirikan Depok.
 |
Peserta Walking Tour Jelajah Depok dengan Bapak Ferdy dan Ibu Suzana dari YLCC |
Kalau sekarang ini Depok itu
panas dan suka banjir, for your information, dulunya Depok merupakan wilayah
yang sangat subur dan memiliki sistem pengairan yang canggih. Depok dulunya
juga merupakan penghasil padi. Gak ada tuh yang namanya kelaparan dan
kebanjiran di Depok. Pas denger ini, gue agak sedih sih. Cukup lama juga kita
di YLCC, Bapak Ferdy dan Ibu Suzana menjelaskan begitu detail tentang Depok.
Tujuan selanjutnya dari walking
tour Jelajah Depok adalah piknik asik di Lembah Gurame. Hayooo tau gak kalian
kalau Depok juga punya Taman Kota? Ya walau saat ini baru punya Lembah Gurame,
tapi ini buat gue adalah kemajuan. Oh iya, kalau sekarang ini sepenglihatan
gue, Pemkot Depok lagi gencar bikin taman kota baru. Semoga segera bisa kita
nikmati ya.
Lembah Gurame ini ada di Jalan
Gurame Depok 1. Kalau mau ke sini, kalian bisa naik angkot 01 dari terminal
atau stasiun Depok dan turun deh di Lembah Gurame. Lembah Gurame akan lumayan
ramai kalau weekend. Gue—ketika masih tinggal di Depok 1—sering banget olahraga
pagi hari minggu di sini.
 |
Piknik Asik di Lembah Gurame |
Di sini, kita duduk-duduk sambil
cerita-cerita dan nikmatin Jus Belimbing. Kalian tau kan kalau Belimbing itu
Ikon Kota Depok—yang walau terlupakan? Sebenarnya, awalnya gue kepengen banget
walking tour ini diadain di Argowisata Belimbing di Sawangan Depok. Tapi pas
gue survey ke sana, ternyata sudah tinggal nama. Bangkrut sis L sedih gue beneran
sedih berhari-hari hiks…
Karna keinginan gue buat piknik di Kebun Belimbing
masih kuat, gue pun beberapa kali survey ke Kebun Belimbing yang ada di Depok. Tapi
apa hasilnya? Nihil sis. Kebun Belimbing di Depok sekarang rata-rata diurus
atau punya orang pribadi atau disewakan ke Koperasi Belimbing, Pemkot Depok gak
ada punya lahan untuk membudidayakan Belimbing—gue bahkan sampai ke Ketua
Asosiassi Belimbing Depok buat nyari tau ini. Pemkot Depok gak pernah
benar-benar mengurus Ikon nya itu. Gue sedih lagi doooonggg pas tau. Yampun ini
tuh sedihnya lebih sedih dibanding ditinggal mantan yang baru beberapa bulan
putus eh nikah.

Buat gue, jadi Host Kumpul Kota Depok
ini berkesan banget. Kalau bukan karna acara ini, gue gak akan tau banyak
sejarah tentang kota kelahiran gue, kota yang ngebesarin gue, kota dimana orang
yang gue sayang tinggal, kota yang menjadikan gue, Dalila, seperti saat ini. Ibarat
Ibu, Depok pun berandil besar dalam membesarkan gue. Diluar dari kekurangannya,
Depok masih jadi tujuan gue pulang. Depok masih jadi satu-satunya yang gue
kangen ketika berada di kota lain.