Minggu, 20 September 2015
Selamat Datang di Depok
Senin, 14 September 2015
Para Pejuang Matahari
Senin, 14 September 2015.
Tepat sekali tema ke empat #30HariKotakuBercerita ini jatuh di hari Senin. Tema ke empat ini memang lebih seru bila dibahas di hari Senin. Hari yang bagi sebagian kami tak pernah dinanti. Yang bagi sebagian kami adalah penentu suasana hati untuk 4 hari setelahnya.
Inilah kami, para pejuang matahari.
Senin, matahari dan kami adalah satu kesatuan. Mari simak sebentar cerita kami.
Senin ini kami lagi-lagi menjadi saksi kedatangan si matahari. Dari dalam jendela kereta yang tertutupi punggung-punggung sebagian kami, matahari menyapa kami. Kami bukan sekumpulan pendaki yang secara sengaja berburu matahari. Kami bukan sekumpulan fotografer yang secara sengaja menunggu matahari untuk diabadikan dalam mata kamera. Tapi inilah kami yang terbitnya lebih pagi dari matahari.
Sebagian dari kami adalah penduduk kota administratif di pinggir Ibukota. Ya, sebagian dari kami adalah penduduk kota yang dulunya memiliki nama De Eerste Protestentante Organisatuevan Kristenen atau yang sekarang ini dikenal dengan nama Depok.
Kami memang tak berbeda dengan penduduk Ibukota atau kota-kota lain disekitarnya. Kami adalah penghuni gedung-gedung tinggi pencakar langit di Ibukota. Kami adalah pekerja yang memiliki jam kerja secara tertulis delapan pagi - lima sore—walau kenyataanya lima pagi - delapan malam. Kami yang diwajibkan memiliki tenaga super untuk berdiri di sepanjang perjalanan. Kami yang demi mampu memberikan anak-anak kami pendidikan terbaik, harus rela berangkat sebelum mereka terbangun pun kembali ketika mereka sudah terlelap.
Maka pantaslah kami disebut para pejuang matahari.
Jumat, 11 September 2015
Nyamii~ Bubur Goreng
Selasa, 08 September 2015
Pasar Palsigunung; Tak Sekedar Pasar
Sabtu, 05 September 2015
Kami Punya Lembah Gurame
![]() |
Lembah Gurame. pic via google |
![]() |
Lembah Gurame dari atas. pic via google. |
![]() |
Tempat bermain anak di Lembah Gurame. pic via google |
![]() |
Siswa sekolah dasar di Lembah Gurame. pic via google. |
Kamis, 03 September 2015
Kenapa Cinderlila?
Jadi gini, per tanggal 3 September 2015 pukul 11:07 WIB, alamat blog yang tadinya http://dnqifthi.blogspot.com berubah jadi http://cinderlila.blogspot.com. Dan ini postingan pertama setelah alamat blog berubah. Postingan ini bakal sedikit jelasin kenapa milih nama "Cinderlila" buat alamat blog gue.
Mungkin, setelah nama blog ini berubah jadi Cinderlila, bakal ada (walau gue berdoa gak ada) yang mengerutkan kening sambil bertanya, "Apaan sih nama blognya, sok eksis banget," atau "Yaelah lebay banget, berasa cantik pake nama cinderlila."
Ya, walaupun gue cuma cewek berparas seadanya. Yang gak pantes disejajarkan sama dengan nama-nama princess macam Cinderella. Eh tapi kan gue gak pake nama Cinderella. Gue pake nama Cinderlila.
Lalu kenapa Cinderlila?
Biar eksis?
Ada benarnya juga. Alamat blog gue sebelumnya--dnqifthi--terdiri dari 6 huruf konsonan dari 8 huruf yang ada. Ribet. Gue juga kadang mesti spelling berkali-kali biar orang gak salah alamat. Dan kayaknya buat sebuah nama blog, nama blog gue dulu kurang menjual. Ya walaupun emang gue gak ngejual apa-apa sih. Juga, setiap orang yang join ke media sosial, apapun itu, pasti intinya juga biar eksis. Jadi ya, gak ada salahnya blog ini ganti nama.
Sebenernya, di tahun 2013 gue pernah bikin tulisan berjudul "Cinderella Cinderlila". Dalam rangka proyek #30HariMenulisSuratCinta. Bukan #30HariMencariCinta lho ya. Jadi, sebenernya nama cinderlila udah lama ada di benak gue. Cuma gak pernah kepikiran buat jadiin nama blog. Baru sekarang ini, pas CNBlue ngerilis teaser untuk album terbarunya, dengan nama Cinderella, gue jadi kepengen ganti nama blog.
Terus, emang ada yang sama dari Cinderella dan Cinderlila?
Hm, kalau untuk urusan tampang sih jelas beda. Apalah artinya aku sama princess kesayangannya Pangeran ini. Princess yang bisa bikin Pangeran jatuh cinta pada pandangan pertama, yang bisa bikin Pangeran turun tangan langsung mencari keberadaannya dengan hanya bermodal sepatu. Princess yang bisa bikin Ibu dan saudara tirinya iri akan kecantikannya.
Tapi, kalau urusan menanti kedatangan Pangeran, kita jelas sama! Layaknya Cinderella yang hanya bisa menanti Pangerannya datang, gue pun sama. Kita pun sama-sama dibantu Ibu Peri. Bedanya, Ibu Peri Cinderella membantu dengan sihirnya, Ibu Peri Cinderlila membantu dengan doanya. Yang selalu jadi pintu dari setiap hal baik yang gue rasakan.
Dan akhirnya, kalau Cinderlila udah hidup bahagia dengan Pangerannya. Cinderlila masih harus sabar nunggu Pangerannya datang, pada waktu yang tepat. Tenang aja, Pangeran. Gak usah buru-buru. Cinderlila yang ini, gak akan berubah walau udah jam 12 malam kok. :)
Rabu, 02 September 2015
Belimbing; Ikon Yang Terlupakan
Baiklah, cerita dimulai.
Belimbing Dewa, ikon resmi Kota Depok yang sudah ditetapkan sejak tahun 2007 oleh Bapak Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail itu memang sangat tenar. Bahkan menurut yang gue baca, ketenaran buah berbentuk seperti bintang berwarna kuning itu sudah sampai ke Istana Negara. Mantan Presiden RI, Pak SBY juga sering sekali menyajikan buah yang memiliki vitamin C dan A yang cukup tinggi itu ke tamu negara sebagai hidangan pencuci mulut. Belimbing Dewa dari Depok pun pernah menjadi juara dunia dalam kontes Internasional di Singapura sebagai buah eksotik, terbesar dan terberat di dunia pada tahun 2008. Belimbing Dewa dari Depok berhasil mengalahkan belimbing yang berasal dari Australia, Belanda dan Malaysia. Hebat, kan?